9.6 C
New York
Sunday, May 5, 2024

5 Senjata Andalan yang Bikin Uni Soviet Ditakuti Amerika

MISTAR,ID-Uni Soviet sebagai salah satu negara super power pada zamannya, dikenal memiliki militer kuat yang membuat banyak orang di AS tak bisa tidur di malam hari.

Namun dibalik kedigdayaan negara ini, banyak orang yang terkejut ketika Uni Soviet akhirnya hancur berantakan. Dalam sejarah, tercatat, senjata militer andalan Uni Soviet banyak yang menjadi ikonik.

Uni Soviet runtuh tepat 25 tahun lalu, tetapi warisan besarnya tetap hidup sampai saat ini, yaitu sejarah produksi dan desain senjata Uni Soviet.

Komunisme menjadi bencana ekonomi dan jalan buntu ideologis bagi Uni Soviet, yang tidak dapat memotivasi orang-orangnya untuk bekerja atau menyediakan cukup banyak roti dan sosis.

Namun, Uni Soviet dapat membuat senjata yang hebat. Senjata andalan Uni Soviet mencerminkan filosofi desain yang berbeda.

Barat lebih menyukai persenjataan yang kompleks, mahal, dan mungkin terlalu direkayasa. Entah itu tank Tiger atau jet tempur F-35, Barat memilih kualitas daripada kuantitas.

Sementara, Uni Soviet lebih suka senjata yang lebih murah dan sederhana, yang dapat diproduksi dalam jumlah banyak, yang kemudian dilahap perang, lalu mudah diproduksi kembali. Berikut merupakan lima senjata andalan Uni Soviet:

AK-47

Ada apa dengan senjata yang ada di bendera nasional Mozambik ini? AK-47 tidak hanya senapan serbu. Itu adalah ikon, pernyataan politik, senjata militan dan teroris yang disukai selama Perang Dingin. Dengan memproduksi lebih dari 100 juta AK-47, senjata ini ada “di mana-mana”.

Terinspirasi oleh senapan serbu Stg-44 Nazi Jerman, yang murah dan tahan lama, senjata andalah Uni Soviet ini sempurna untuk wajib militer Uni Soviet dan tentara Dunia Ketiga yang kurang terlatih. Dalam hal korban (sipil dan militer) yang ditimbulkan selama 60 tahun terakhir, AK-47 mungkin merupakan senjata paling mematikan di planet ini.

TANK T-34

Apakah T-34 adalah tank terbaik pada Perang Dunia II? Banyak yang akan memperdebatkan ini. Namun, tak diragukan lagi tank yang menjadi senjata andalan Uni Soviet ini menjadi momok bagi tentara Jerman pada 1941. Dengan meriam 76,2 milimeter dan lapisan besi dua inci (untuk perlindungan balistik), T- 34 dapat menghancurkan semua tank Jerman pada saat itu.

Namun, memang T-34 memiliki kekurangan. Tidak seperti tank Barat, yang memiliki komandan tank yang berbeda dengan penembak, komandan T-34 ini juga merupakan penembak. Itu berarti ia menembakkan meriam di saat ia seharusnya mengendalikan tank (versi T-34/85 menambahkan posisi penembak yang terpisah dengan posisi komandan). Kendaraan itu juga memiliki ergonomi yang buruk sehingga membuat kru kelelahan, tidak memiliki radio, dan sering mengalami kerusakan mekanis.

Meski demikian 84.000 T-34 diproduksi. Saking terkesannya, Jerman bahkan mempertimbangkan untuk membangun versi mereka sendiri (tetapi akhirnya memilih untuk menggunakan tank Panther yang lebih kuat tetapi lebih mahal). Terlepas dari kualitas T-34 yang mengesankan, Jerman hampir menaklukkan Uni Soviet pada 1941. Namun itu karena buruknya taktik dan pelatihan Uni Soviet, bukan tank itu sendiri. Begitu Tentara Merah mendapatkan kembali ketenangannya, armada T-34 melaju ke Berlin.

ROKET KATYUSHA

Roket Katsyuya
Roket Katsyuya

Katyusha, atau “Little Katherine”, adalah salah satu artileri paling mematikan dalam sejarah. Nama itu sendiri telah menjadi generik, singkatan praktis untuk segala jenis artileri roket dari Golan Heights ke Darfur.

Seperti T-34, Katyusha termasuk senjata yang ditakuti pasukan Jerman pada 1941. Terinspirasi, Jerman mengembangkan peluncur roket mereka sendiri, Nebelwerfer, atau “Screaming Mimi”.

Roket yang tidak berpemandu cenderung tidak akurat. Katyusha tidak cocok jika musuh ada tepat di atasnya. Namun “Little Katherine” termasuk senjata andalan Uni Soviet. Senjata itu meredam pertahanan Jerman (terkadang menggunakan artileri massa yang dikelompokkan ke dalam divisi artileri besar) sebelum mengirim pasukan penyerang.

MIG-15

MIG-15
MIG-15

Kemampuan yang ditunjukkan jet tempur Mig-15 di Korea sangat mengejutkan bahkan bagi pilot-pilot yang terbiasa melihat keunggulan jet tempur selama tahun-tahun akhir Perang Dunia II. Faktanya, jet tempur Uni Soviet itu begitu mematikan sehingga pesawat pengebom strategis B-29 milik harus beralih dari serangan siang ke malam saat bertempur di Korea Utara.

Mig-15 dapat bermanuver dengan tangkas dan bersenjata lengkap. Jet tempur awal milik AS, seperti P-80 dan F-84, kalah kuat. Sebelum ada F-86 Sabre, pilot Amerika tidak mampu menghadapi Mig-15 (kebanyakan diterbangkan oleh pilot veteran Uni Soviet dari Perang Dunia II).

Lebih dari 18.000 Mig-15 dibangun oleh Uni Soviet. Jet tempur itu tergabung dalam angkatan udara di lebih dari 40 negara.

RPG-7

RPG-7
RPG-7

Pada paruh kedua Perang Dunia II, penggunaan roket anti-tank semakin meluas, termasuk bazooka AS, PIAT Inggris, dan terutama Panzerfaust Jerman.

Namun, RPG-7 telah menjadi ikon untuk roket portabel. RPG-7 telah menjadi artileri ringan yang digunakan sebagai bunker-buster, senjata anti-pesawat (menembak jatuh Blackhawks AS di Somalia), dan senjata serba guna yang bisa digunakan kapan saja saat prajurit perlu menembakkan proyektil jarak pendek.

Sebagai roket anti-tank, RPG bukan roket yang paling akurat. Meski senjata itu mencetak keberhasilan di Vietnam, Perang Oktober 1973, dan konflik lainnya, senjata itu lebih cocok untuk menyerang kendaraan ringan daripada tank canggih.

Meski demikian, RPG diproduksi sangat banyak sehingga hampir menjadi ikon seperti AK-47. Dalam foto atau film pertempuran konflik-konflik selama 50 tahun terakhir, pasti terdokumentasi pejuang yang mengenakan seragam, jubah, atau kaus, yang membawa tabung panjang di atas bahunya. RPG-7 (dan versi tiruan China, Iran, dan lainnya) telah digunakan di hampir setiap konflik sejak awal 1960-an.

Jika teknologi senjata adalah warisan terbesar Uni Soviet, maka itu menunjukkan tentang apa yang ditawarkan Komunisme Uni Soviet. Meskipun demikian, senjata Uni Soviet mendapatkan tempat mereka dalam sejarah.

Sumber: matamatapolitik.com
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles