7.5 C
New York
Friday, March 29, 2024

Quality Time Bersama Keluarga pada Masa Covid-19

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dan anaknya. Ini tertuang dalam Undang Undang No.23 tahun 2002 Pasal 1.

Pakar Parenting, Fery Farhati Ganis menjelaskan “quality time” bersama keluarga adalah menyediakan waktu bersama orang tua dengan anak dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

Anjuran pemerintah untuk memutus mata rantai virus corona (covid-19) yang sedang mewabah di dunia adalah “Stay at Home”.

Semua pekerjaan dilakukan di rumah seperti belajar, bekerja, dan beribadah. Dengan adanya anjuran pemerintah ini, anggota keluarga berkumpul bersama dan melakukan aktivitas di rumah bersama-sama.

Belajar hal-hal yang bisa dilakukan di rumah antara lain, membersihkan rumah, menonton, olah raga, bahkan membuat kue dengan melibatkan seluruh anggota keluarga. Berkumpul bersama keluarga adalah momen yang sangat membahagiakan.

Selama ini pekerjaan selalu menyita waktu dan mengurangi quality time atau waktu berkualitas bersama keluarga. Padahal quality time bersama keluarga merupakan salah satu cara menjalin hubungan intim dengan keluarga. Tujuannya untuk membangun keluarga yang harmonis dan bahagia.

Kebersamaan keluarga pada masa covid-19 ini memang memunculkan beberapa masalah bagi orang tua, dimana orang tua dituntut harus bisa menjadi guru yang mendampingi anak-anaknya menyelesaikan tugas-tugas dari sekolah.

Tanpa orang tua sadari, ternyata saat mendampingi anak belajar dan menghabiskan waktu bersama anak, mereka dapat lebih banyak lagi mengenal kelebihan dan kekurangan anak. Dalam proses tersebut keintiman orang tua dan anak bisa terwujud.

Pentingnya Quality Time Keluarga

Berbagai alasan melatarbelakangi orang tua harus bekerja. Mulai pagi sampai sore, bahkan sampai malam. Akibaynya hanya sedikit waktu tersisa bersama keluarga.

Psikolog dan pakar parenting Asteria R. Simangunsong SPsi menuturkan, momen singkat pertemuan orang tua dan anak tetap bisa diwujudkan menjadi quality time.

”Kuantitas atau lamanya bertemu bukan masalah. Yang penting, orang tua ’hadir’ saat bersama anak. Bukan ada secara fisik, tapi sibuk sendiri.”

Kehadiran ayah bunda dalam keluarga mutlak ada. Orang tua punya kewajiban utama untuk mendidik anaknya. Orang tualah yang mengarahkan karakter atau kebiasaan anak, yang bakal dibawa sampai besar.

Hal itu juga ditegaskan Dra Dwi Sarwindah Msi, Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag). Anak mendapatkan sumber makanan moral dari ayah dan bundanya.

Pelajaran tentang salah dan benar, boleh atau tidak, serta tata krama diperoleh anak melalui tindakan dan ucapan orang tua.

Darmawan Muttaqin MA, dosen Fakultas Psikologi Universitas Surabaya juga menekankan, setiap orang tua bisa mendidik anaknya untuk memiliki karakter dan kebiasaan, terlepas dari kesibukannya.

Kegiatan sehari-hari bisa dimanfaatkan untuk menjalin kebersamaan dengan anak-anak. Sebab, quality time tidak melulu harus dihabiskan di luar rumah.

”Yang penting di momen itu, orang tua memberi perhatian dan genuine.” Pernyataan ini sangatlah penting menjadi perhatian semua orang tua.

Kehadiran Orang Tua Secara Fisik, Hati dan Pikiran

Fery Farhati Ganis menekankan pentingnya para orang tua menyediakan quality time atau menghabiskan waktu bersama-sama seluruh anggota keluarga sebagai upaya membangun komunikasi dan hubungan baik dengan anak.

Yang paling penting adalah menghadirkan kedekatan dari hati. Banyak orang tua secara fisik hadir di sekitar anak, namun hatinya entah ada dimana. Di era digital saat ini, banyak orang tua terlalu fokus pada gadgetnya ketika bersama anak.

Para ahli dan psikolog mengungkapkan, anak yang diasuh oleh orang tua yang sering kali sibuk dengan dunia mereka sendiri, khususnya dunia gadget akan membuat anak mudah kehilangan fokus.

Orang tua yang sering kali bermain gadget saat bermain bersama anak, hal ini akan membuat anak kurang konsentrasi, kurang percaya diri dan kurang perhatian.

Sering ditemukan keluhan yang dirasakan anak didik, yaitu kurangnya perhatian orang tua terhadap anaknya yang mengakibatkan anak tidak fokus belajar, yang sering banyak tingkah untuk menarik perhatian dari orang lain.

Kurangnya perhatian orang tua juga terhadap kegiatan kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah, dimana tidak jarang pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh sekolah hanya dihadiri oleh beberapa saja dari orang tua.

Pelaksanaan pembelajaran daring di rumah menyita waktu penggunaan hand phone orang tua dan fasilitas online/internet lainnya menjadi sarana dan prasarana belajar bagi anak-anaknya, tidak luput juga keikutsertaan pikiran orang tua yang mambantu proses belajar anak-anaknya sehingga orang tua tidak memiliki waktu lagi dengan gadgetnya.

Selain penggunaan internet ada juga tugas sekolah yang melibatkan aktivitas seluruh keluarga. Misalnya tugas mata pelajaran agama. Anak ditugaskan memimpin doa bersama keluarganya, mau tidak mau seisi keluarga harus berdoa bersama.

Dari semua tugas yang dilakukan anak di rumah, sering membuat orang tua bangga atau memberikan penghargaan bagi anaknya dengan cara memeluk, tepuk tangan dan memberikan ucapan sanjungan yang dapat meningkatkan motivasi anak.

Menurut Psikolog dan penulis buku The Miracle of Huge, Melly Puspita Sari, memberikan pelukan pada anak minimal 8 kali sehari untuk memberikan energi sehingga anak bisa beraktivitas dan mengoptimalkan potensinya.

Selain itu, penelitian klinis dan psikologis menunjukkan bahwa pelukan antara orang tua dan anak dapat meningkatkan kecerdasan otak anak, merangsang produksi hormon dan oksitosin yang memberikan perasaan tenang dan bahagia serta membantu mengeluarkan zat berbahaya dari otak.

Dalam bukunya “The Hug Therapy’ Psikolog Kathleen Keating menyebutkan, pelukan juga dapat meningkatkan kecerdasan otak dan IQ anak. Dampak positif lainnya yang lahir semenjak munculnya Covid-19 adalah “Mempererat Persaudaraan”.

Banyak melakukan gotong royong, bekerja sama dengan anggota keluarga dan tingkat kepedulian terhadap sesama keluarga juga semakin meningkat.

Maka dari itu, penting bagi diri kita untuk mencari aktivitas positif yang dapat kita terapkan meskipun dalam situasi stay at home atau social distancing.

Kita tetap dapat memonitor diri untuk tetap produktif saat harus bekerja di rumah, dan dapat memanfaatkan waktu selebihnya untuk melakukan aktivitas atau hal positif lainnya yang mungkin selama ini jarang dapat diterapkan, seperti quality time bersama keluarga di rumah.

Bagi masyarakat yang mungkin selama ini padat oleh aktivitas dan pekerjaan hingga sedikit untuk memiliki quality time bersama keluarga, maka inilah saatnya momen itu dapat diterapkan.

Dalam keluarga, quality time merupakan salah satu aktivitas yang juga penting dilakukan dan akan memberikan manfaat-manfaat positif, antara lain mendekatkan anggota keluarga, meningkatkan kehangatan serta keharmonisan keluarga, mengurangi rasa stres, meningkatkan semangat, serta rasa kasih sayang yang juga semakin kuat antar anggota keluarga (*)

(Penulis adalah Staf Pengajar Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar)

Related Articles

Latest Articles