5.7 C
New York
Thursday, April 25, 2024

New Normal, Amankah Anak-anak Ke Sekolah?

MISTAR.ID
Orang tua mulai bimbang prihal anak-anaknya untuk masuk sekolah. Di satu sisi, berlama-lama di rumah tidak sedikit anak-anak yang mulai abai dengan tugas mereka untuk belajar. Karena harus diakui, sistem daring belum dirasa maksimal dengan sejumlah kendala termasuk persoalan sarana dan prasarana.

Di sisi yang berbeda, orang tua juga masih khawatir untuk memasukan anaknya ke sekolah. Dengan semakin tingginya jumlah korban Covid-19 di tanah air. Apa lagi dengan wacana new normal yang tengah mulai dipersiapkan untuk dilaksanakan.

Lantas, apakah kegiatan belajar mengajar anak akan dilaksanakan setelah New Normal mulai diberlakukan? Karena bukan tidak mungkin penularan Covid-19 akan terjadi pada anak-anak di sekolah.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) bersama kementerian/ lembaga terkait tengah merumuskan aturan pelaksanaan new normal di sekolah.

Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kemen PPPA Ciput Eka Purwianti mengatakan, penerapan dan protokol tengah dirancang apabila diputuskan Juli mendatang anak-anak harus kembali ke sekolah.

“Kita coba semua ini diramu oleh tim protokol, saat nanti diputuskan misalnya Juli atau setelah Juli kembali sekolah, ada pengaturan-pengaturan khusus,” kata Ciput.

Beberapa yang tengah dirumuskan PPPA antara lain

1. Sekolah harus menyediakan fasilitas berupa perlengkapan cuci tangan dengan sabun sebanyak-banyaknya.
2. Jumlahnya fasilitas cuci tangan pun harus banyak agar anak-anak tidak perlu mengantre.
3. Menghilangkan jam istirahat dan memperpendek jam pelajaran menjadi 4 jam belajar saja.
4. Jam masuk dan pulang antar kelas diberlakukan berbeda supaya anak-anak tidak berkerumun saat tiba di gerbang sekolah serta saat akan pulang.
5. Beri jeda masuk dan pulang sekolah yang berbeda.

Opsi lain juga muncul dalam penyelenggaraan pendidikan ini,

1. Penerapan jaga jarak terhadap bangku di kelas
Bagi siswa yang jumlah muridnya cukup banyak mungkin harus mencari solusi dengan membagi kelas.
2. Tetap menggunakan masker
3. Guru memberikan tugas yang lebih kreatif kepada anak pada saat jadwal libur. Tugas yang diberikan tidak harus monoton tugas akademis, bisa juga tugas membuat prakarya, berkebun atau lainnya.

Wakil Ketua Komisi X DPR, Hetifah Sjaifudian mengatakan, ‎kebijakan pembukaan sekolah sebaiknya dibedakan antar wilayahnya. Prioritasnya pertama adalah keselamatan siswa, guru, dan juga keluarganya.

“Ketuntasan kurikulum adalah nomor dua. Jikalau memang sekolah ingin dibuka, harus dipastikan memang hanya untuk daerah yang berada dalam zona hijau sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Gugus Tugas Penanganan Covid-19,” ujar Hetifah kepada wartawan..

‎Politikus Partai Golkar ini mengatakan, arah kegiatan belajar mengajar ke depannya diharapkan dapat mengkombinasikan antara tatap muka dan virtual. Sehingga dapat meminimalisasi adanya kontak langsung dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana yang tersedia.

Meskipun ada opsi yang diberikan, namun ketakutan orang tua untuk tetap membiarkan anaknya ke sekolah masih tinggi. Bukan tidak mungkin pula pilihannaya adalah menunda pembelajaran selama setengah tahun. Mengapa tidak ? (Rika/hm06)

Baca juga : Menyikapi New Normal, Kementerian Sarankan Jam Belajar Sekolah Lebih Singkat

 

Related Articles

Latest Articles