9.4 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Mengubah Ancaman Bencana Menjadi Berkat dan Kemajuan Pembangunan Desa Buntu Mauli Kabupaten Samosir

Catatan: Pangihutan Sinaga

Latar belakang

Di Desa Buntu Mauli Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir, ada tiga sungai, yaitu sungai Binanga Toguan, Binanga Naualu, dan Binanga Batu Bolon.

Panjang ketiga sungai tersebut masing-masing panjangnya sekitar 1 Km. Sungai ini kerap dilanda banjir bandang. Jika terjadi banjir bandang, ketiga sungai dimaksud membawa material kerikil.

Bahkan beberapa kali banjir bandang mengakibatkan rusaknya jembatan dan perladangan. Akibatnya, warga Desa Buntu Mauli yang bermukim dekat lokasi ketiga sungai, jika musim penghujan selalu was-was dan ketakutan.

Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu dilakukan normalisasi ketiga sungai dimaksud.

Usulan normalisasi sendiri sudah beberapa kali diusulkan ke Pemerintah Kabupaten Samosir, bahkan ke Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara.

Tetapi normalisasi yang diusulkan tersebut belum maksimal untuk mengatasi terjadinya potensi banjir bandang yang kerap terjadi.

Apa daya masyarakat, alasan klasik pemerintah melalui pejabat yang berkompeten selalu beralasan serta mengatakan “keterbatasam anggaran”.

Dalam hal mengantisipasi banjir bandang, masyarakat Desa Buntu Mauli,Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir, tidak berdaya.

Mereka hanya bisa pasrah dalam ketakutan. Bahkan beberapa kali terjadi banjir bandang masyarakat itu sendiri yang rugi.

Jika masyarakat Desa Buntu Mauli bersepakat dan bersedia bekerjasama dengan pemerintah dan pihak swasta, untuk melakukan normalisasi ketiga sungai tersebut, tentunya masalah ini dapat segera teratasi.

Menanam berbagai jenis pohon di sepanjang aliran sungai setelah selesai dilakukan normalisasi, tentunya potensi banjir bandang akan berkurang ke depannya.

Tujuan:

Manfaat dan kegunaan jika dilakukan normalisasi ketiga sungai adalah sebagai berikut :

1.Teratasinya pendangkalan sungai yang mengakibatkan rusaknya lahan pertanian disepanjang aliran ketiga sungai dimaksud jika terjadi banjir bandang di musim penghujan.

2.Material kerikil yang dikeruk dari normalisasi sungai dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di Kabupaten Samosir secara umum, khususnya di Desa Buntu Mauli, Kecamatan Sitiotio, Kabupaten Samosir, yang tentunya akan
mendorong lajunya pembangunan di Kabupaten Samosir secara umum, dan secara khususnya di Desa Buntu Mauli.

3.Akan bertambahnya volume pekerjaan yang menggunakan Dana Desa (DD) jika material kerikil dari normalisai ketiga sungai tersebut digunakan untuk kegiatan Dana Desa, karena
ongkos angkut material sudah lebih murah dari biasanya.

Dalam hal ini masyarakat Desa Buntu Mauli membutuhkan peran, serta seluruh stakeholder dalam mendukung upaya untuk lepas dari rasa was-was banjir bandang yang mengancam desa dan keselamatan masyarakat desa Buntu Mauli.

Stakeholder dimaksud adalah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat, melalui Balai Wilayah Sungai Sumatera Utara, Pemerintah Kabupaten Samosir, melalui Dinas Lingkungan Hidup Pemkab Samosir dan lainnya.

Berbagai stakeholder dimaksud perlu diundang untuk membicrakan hal berulangnya kejadian banjir bandang di desa Buntu Mauli, khususnya instansi terkait perlu melakukan kajian teknis secara holistik agar teratasinya ancaman bencana di Desa Buntu Mauli.

Kesimpulan:

Banjir bandang di Desa Buntu Mauli terakhir terjadi pada tahun 2019 lalu. Peristiwa banjir bandang tersebut telah merugikan masyarakat setempat dan menelan korban jiwa.

Maka untuk mengantisipasi terjadinya banjir bandang terjadi lagi, Pemkab Samosir seharusnya memberdayakan masyarakat dan alat berat milik Pemkab untuk mengeruk kerikil di ketiga sungai.

Tulisan ini hanya pendapat pribadi penulis, semoga ditanggapi secara positif, dengan maksud tujuan agar potensi banjir bandang di Desa Buntu Mauli Kecamatan Sitiotio dapat teratasi.

Penulis adalah Wartawan Harian Mistar & Mistar.id untuk wilayah Kabupaten Samosir

Related Articles

Latest Articles