6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

Memulihkan Perekonomian Rakyat Tanpa Bansos, Mungkinkah?

MISTAR.ID–Hampir dua tahun virus corona menginfeksi secara global termasuk Indonesia. Dampaknya tidak hanya mengancam kesehatan dan keselamatan jiwa, tapi membawa dampak buruk yang luar biasa besar pada sektor ekonomi dan sosial di tengah masyarakat.

Di awal menyebarnya virus ini, mendapat beragam respon dari masyarakat. Bahkan kepanikan sempat terjadi, tidak sedikit orang yang menimbun makanan, memborong masker dan cairan pembersih tangan walau dengan harga sangat mahal. Yang ada adalah gambaran ketakutan yang amat sangat.

Kondisi sosial di tengah masyarakat, seiring waktu berjalan, kepanikan-kepanikan itu mulai hilang, meskipun pandemi Covid-19 itu belum juga hilang, bahkan bermutasi dengan varian-varian baru yang sangat membahayakan, yang terakhir bernama varian delta.

Baca Juga: Terima Kedatangan Pelaku UMKM, Ombudsman: Gubsu Awasi Ketat Program Bantuan Covid-19

Kepanikan memang mulai jauh berkurang, tapi tetap saja banyak hal yang dulu leluasa kita lakukan, sekarang ini menjadi dibatasi. Lahir berbagai kebijakan, peraturan dan semangat agar kita bisa tetap bertahan dan selalu sehat akbiat ancaman pandemi yang masih terus terjadi.

Ironis memang. Sepeti halnya, apa yang terjadi membuat pendapatan masyarakat jauh menurun, dan paling parahnya harga sejumlah bahan pokok justru mengalami kenaikan. Tapi, ada yang kelihatan aneh, atas semua itu masyarakat malah terlihat bagai orang yang ‘masa bodoh’. Bahkan ada sebagian masyarakat yang hingga saat ini tidak meyakini bahwa virus itu sangat berbahaya dan tidak perlu ditakuti.

“Kenapa takut pada Corona, semua sudah digariskan Tuhan. Kalau sudah saatnya mati, ya sudah mati. Jadi, tak perlu takut pada apapun, cukup takut akan Tuhan,” ucap seorang pria tak ingin menyebutkan namanya, tapi mengaku marga Silalahi.

Baca Juga: Jika Indonesia Berlakukan Lockdown, Ekonomi Bakal Ambruk Kembali

Salah satu contoh, dampak harga kebutuhan di pasar tradisional Dwikora Pematangsiantar. Walau menunjukkan tren kenaikan harga, seperti harga daging ayam misalnya yang mencapai Rp32 ribu/Kg, namun, kenaikan ini tidak menyurutkan minat masyarakat untuk membelinya.

Bahkan salah satu pelaku usaha rumah makan mengakui, jumlah daging ayam yang dibelinya sudah kembali normal seperti semula ketika Covid-19 belum mewabah.

“Masyarakat yang beli saat ini sudah lumayan banyak seperti saat corona belum ada. Mudah-mudahan jangan kayak awal virus itu datanglah. Saat itu, daganganku tidak ada yang laku karena pembelinya tak ada, karena takut Corona,” jelas Rudiyem.

Baca Juga: Corona Cekik Ekonomi Rakyat Kecil, DD Waspada Distribusikan Paket Sembako di Medan

Biasanya, jika beberapa harga kebutuhan pokok mengalami tren kenaikan, apalagi di luar momen hari raya, maka akan banyak yang berceloteh mengeluh, terutama para Ibu rumah tangga khususnya. Bahkan ada juga bahan pokok yang kenaikannya menonjol, seperti sayur mayur.

Atas kenaikan harga-harga itu, masyarakat konsumen menyahutinya sekan biasa-biasa saja. Padahal, inkam per kapita atau tingkat penghasilan di masa pandemi ini sangat terpuruk.

Kenapa masyarakat konsumen seperti tak begitu terbebani? Ini tidak terlepas dari besarnya peran pemerintah dalam memberikan bantuan banyak jenis bansos, seperti BLT dan bantuan kebutuhan pokok lainnya.

Sampai kapan? Sekarang, pemerintah mulai menutup keran untuk menyalurkan bantuan sosial. Akankah masyarakat konsumen mampu bertahan dengan sikapnya yang terkesan bagai tak tepengaruh situasi dan kondisi dari dampak pandemi Covid-19 ini?

Seperi kicauan seorang konsumen di Pematangsiantar, Intan, dia tak ambil pusing soal harga-harga kebutuhan merangkak naik, padahal tingkat penghasilan masyarakat semakin sulit.

“Mau mahal atau tidak, saya harus membelinya buat kebutuhan sehari-hari. Kalau porsinya saya kurangi, sama saja buat capek balik lagi pergi ke pajak ini. Yah udahlah, mau gimana lagi,” ujar Intan.

Menurutnya, dampak Corona terhadap ekonomi keluarganya tidak terlalu ia permasalahan. Meski demikian, anjuran pemerintah untuk menjaga protokol kesehatan tetap dijalankan keluarganya.

“Virus ini memang berbahaya dan harus disikapi secara serius, tetap tenang dan sabar. Jalani aja terus, sembari pemerintah bekerja untuk menanggulanginya,” katanya.

Dampak kehadiran pandemi yang masih belum berakhir ini, akan semakin terasa ketika kekuatan bantuan sosial yang selama ini diterima masyarakat berakhir. Aktivitas tranksasi perekonomian, khususnya di kelas menengah ke bawah akan sangat terasa, daya beli akan semakin melemah akibat penurunan pendapatan. Kecaulia pemerintah akan memperpanjang kembali berbagai kebijakan bantuan sosialnya.(yetty damanik/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles