9.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Benarkah Sinar Matahari Pagi Dapat Membunuh Covid-19?

Oleh : Ady Frenly Simanullang, M.Si

Sinar matahari pagi dianggap dan dipercaya mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Bahkan sinar yang mengandung ultraviolet itu diklaim mampu membunuh virus corona yang tengah mewabah di dunia, khususnya Indonesia. Benarkah demikian?

Tulisan sederhana ini tidak mengulas dari semua disiplin ilmu melainkan dari ilmu fisika. Selain mengandung radiasi ultraviolet (UV), sinar matahari itu sendiri terdiri dari tiga jenis sinar yaitu UVA, UVB dan UVC. Namun, UVA dan UVB adalah jenis sinar ultraviolet yang cukup familiar di telinga kita. Perbedaan keduanya terletak pada panjang gelombangnya.

Imbauan pemerintah agar menjaga social distancing, physical distancing dan work from home atau bekerja dari rumah bagian dari upaya memutus rantai penyebaran covid-19. Itulah sebabnya banyak masyarakat berjemur pada pukul 7 pagi atau sebelum dan setelahnya hanya untuk mendapatkan asupan vitamin D. Kandungan sinar matahari itu juga sebagaimana studi dari Georgetown University Medical Center, dapat meningkatkan aktivitas sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi (sel T)

Paparan sinar matahari memiliki segudang manfaat untuk tubuh. Namun di samping itu, paparan sinar matahari yang berlebihan juga bisa meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan. Lalu, seperti apa manfaat sinar matahari bagi tubuh?

Ditinjau dari ilmu fisika, matahari memiliki sinar polikromatik yang artinya banyak warna yang dapat diuraikan berdasarkan panjang gelombang masing-masing warna dan matahari juga disebut sebagai cahaya tampak karna dapat dilihat oleh mata secara langsung, sinar matahari sendiri mengandung radiasi ultraviolet (UV) yang berfungsi sebagai berikut:

Sumber utama vitamin D
Sinar ultraviolet ternyata dapat membantu mengubah kolesterol yang tersimpan di kulit menjadi vitamin D. Hanya dengan berjemur selama 5 menit di pagi hari, tubuh mendapatkan 400 unit vitamin D.

Mengurangi kolesterol darah
Proses pembentukan vitamin D mengubah kolesterol di dalam darah akan mengurangi kadar kolesterol dalam tubuh.

Penawar infeksi dan pembunuh bakteri
Sinar ultraviolet ternyata juga membantu membasmi virus-virus penyebab kanker. Secara umum, sinar matahari mampu membunuh bakteri, virus, dan jamur yang berpotensi menyebabkan TBC, peritonitis, pneumonia, dan asma saluran pernapasan.

Mengurangi gula darah
Sinar matahari membantu penyerapan glukosa ke dalam sel-sel tubuh yang merangsang glukosa menjadi glikogen sehingga secara langsung berperan menurunkan kadar gula darah dalam tubuh kita.

Meningkatkan kebugaran pernafasan
Penambahan glikogen di otot dan hati melalui sinar matahari ternyata meningkatkan perbaikan sistem pernafasan karena meningkatkan kemampuan darah dalam menyalurkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Membantu membentuk dan memperbaiki tulang
Vitamin D yang dibentuk melalui sinar matahari berfungsi meningkatkan penyerapan kalsium oleh tubuh sehingga memperbaiki komponen tulang dan mencegah penyakit rakhitis, osteoporosis, dan osteomalacia.

Meningkatkan kekebalan tubuh
Sinar matahari mampu meningkatkan antibodi dalam tubuh dengan membentuk sel darah putih untuk melawan substansi asing yang merugikan di dalam tubuh.
Jadi benarkah sinar matahari pagi mematikan virus covid-19?, Penjelasanya dapat ditelisik dari sudut fisika, misalnya suhu matahari.

Melansir Tempo, Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekular Eijkman, Herawati Sudoyo, mengatakan belum ada penelitian mengenai keterkaitan hidup-matinya virus corona dengan suhu udara. Berdasarkan itulah, hingga kini, tidak satu pun penelitian yang menyebut virus Corona Covid-19 bisa mati dalam suhu sinar matahari.

Hal senada dikemukaman Herawati, virus Corona akan mati jika dipanasi dengan suhu 56 derajat celcius selama 30 menit. Namun, dia mengingatkan bahwa suhu di Indonesia tidak mencapai 56 derajat.

Merujuk laporan cuaca dari Google Weather, suhu di Jakarta pada 1 Maret lalu adalah 29 derajat celcius. Kategori panas ekstrem memang pernah terjadi pada Oktober 2019 lalu. Namun, saat itu, suhu hanya mencapai 37-39 derajat celcius.

Pada 8 Februari 2020 lalu, China Daily juga membantah isu bahwa sinar matahari bisa membunuh virus Corona Covid-19. Suhu iradiasi matahari tidak bisa mencapai 56 derajat celcius. Sinar ultraviolet pun tidak dapat menyamai intensitas dari lampu ultraviolet. Karena itu, virus tersebut tidak dapat dibunuh oleh sinar matahari.

Keterangan senada juga diutarakan dokter Ahli Gizi, dr. DR. Tan Shot Yen. Menurutnya, informasi soal sinar matahari dapat membunuh virus corona adalah tidak benar. Berjemur badan atau menjemur atau kena matahari itu tidak sama dengan bayangan menggoreng virusnya.

Kebiasaan menjemur benda di bawah sinar matahari dengan maksud mematikan kuman jahat yang menempel dalam benda tersebut, namun hal itu tidak berlaku untuk jenis virus corona. Tan menjelaskan, tidak benar orang dengan berjemur di bawah sinar matahari dapat membunuh virusnya. Ultraviolet digunakan cara mematikan kuman itu masih dalam penelitian.

Kesimpulan
Berdasarkan pemeriksaan fakta di atas, bahwa berjemur pada saat matahari pagi hanya dapat menambah kekebalan tubuh dan membentengi timbulnya penyakit serta bukan untuk membunuh virus Covid-19.

Bila ditinjau dari suhu, virus Corona akan mati pada suhu 56 derajat celsius itu pun harus selama 30 menit (Menurut Herawati). Sedangkan Suhu iradiasi matahari di Indonesia saja tidak sampai mencapai 56 derajat celcius apalagi di waktu pagi hari.

Nah, kategori panas ekstrem di Indonesia memang pernah terjadi pada Oktober 2019 lalu. Namun, saat itu, suhu hanya mencapai 37-39 derajat celcius (laporan cuaca dari Google Weather).

 

(Penulis adalah dosen program studi Pendidikan Fisika Universitas HKBP Nommensen Pematangsiantar)

 

Related Articles

Latest Articles