7.4 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Surabaya Macet Di Hari Pertama PSBB

Surabaya, MISTAR.ID
Hari Pertama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Surabaya diberlakukan, kemacetan lalu lintas terjadi di Bundaran Waru atau tepatnya di perbatasan Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (28/4/20). Kemacetan ini terjadi karena petugas yang berjaga di perbatasan memang melakukan screening terhadap warga yang akan masuk ke Surabaya.

“Karena proses screeing itu,” ujar Koordinator Protokol Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya M Fikser. Karena proses screening menyebabkan kendaraan berhenti dan menimbulkan kemacetan.

“Kami berharap ke depan, karena Surabaya dan Sidoarjo melaksanakan PSBB, kami minta warga di rumah saja,” kata Fikser, saat dihubungi, Selasa (28/4/20).

Dengan adanya pemeriksaan kendaraan di Bunderan Waru menuju arah Jalan Ahmad Yani Surabaya itu, Fikser berharap warga tidak mengunjungi Surabaya tanpa tujuan yang jelas.

Fikser menyampaikan, kemacetan di Bundaran Waru dimungkinkan karena masih ada warga yang belum tahu bahwa Kota Surabaya PSBB.

Fikser mengungkapkan, saat dilakukan pemeriksaan kendaran, petugas akan melakukan pengecekan suhu tubuh terhadap pengendara. Apabila suhu tubuh di atas 38 derajat, mereka akan menjalani rapid test.

Selain itu, lanjut Fikser, masyarakat yang dikenakan screening juga ditanyai kepentingannya masuk ke Surabaya. Jika tanpa tujuan yang jelas, mereka akan diminta kembali.
“Kami tegas minta kembali dan melarang untuk masuk,” ujar Fikser.

Fikser menambahkan, sampai saat ini situasi di posko pemeriksaan atau check point di perbatasan, terutama di kawasan Bundaran Waru, masih terjadi kemacetan. Selain itu, di beberapa titik check point, seperti di kawasan Lakarsantri dan Karangpilang, Surabaya, disebut juga terjadi kepadatan kendaraan.

“Jadi, di pintu-pintu utama, akses masuk ke Surabaya (nontol) pada macet semua. Kami akan terus melakukan sosialisasi agar beberapa hari ke depan jalanan bisa kembali normal dan lengang ya. Warga sudah tahu dan bisa tinggal di rumah,” kata Fikser.

Sumber: Kompas
Editor: Rika Yoesz

Related Articles

Latest Articles