15.7 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Rp3,5 Triliun Dianggarkan untuk Sekolah Vokasi

Jakarta, MISTAR.ID
Calon siswa yang akan memasuki baik SMK maupun kampus Politeknik diingatkan, bahwa sekolah Vokasi bukanlah sekolah kelas dua.

Untuk itu, pemerintah siap menganggarkan Rp3,5 triliun untuk pengembangan sekolah vokasi di Indonesia. Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Wikan Sakarinto mengungkapkan, anggaran itu diarahkan demi link and match industri dan pendidikan Vokasi. Ada beberapa program yang wajib dijalankan demi kesinambungan keduanya.

“Ada 9 paket atau 5 paling minimal. Pertama kurikulum, kemudian dosen tamu minimal mengajar 100 jam per semester. Itu diajar expert dari industri. Kan kurikulum buat bareng jadi dia bisa ngajar. Kemudian magang direncanakan sejak awal, lalu komtmen serapan lulusan, serta dosen vokasi atau SMK juga diajarin. 5 program tadi didorong dengan Rp. 3,5 triliun. Tahun ini meski pandemi tapi tetep paksa mereka ke jenjang pernikahan,” kata Wikan dalam bincang asik dunia Vokasi Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Sabtu (11/7/20).

Dorongan tersebut diproyeksikan bakal membuat sekolah atau lembaga Vokasi makin banyak yang link and match dengan industri.

Baca Juga:Arief Budiman Akademisi Pembangkang di Bawah Orde Baru Tutup Usia 79

Saat ini, yang sudah saling memiliki keterkaitan diperkirakan baru sekitar 30 persen. Namun, Wikan menargetkan jumlahnya akan meningkat berkali-kali lipat, bahkan hingga 90 persen.

Selain karena bakal makin banyak dibutuhkan ke depan setelah memasuki masa new normal, calon siswa juga bisa menekuni passion yang dia miliki.

“Kalau mau ouput sip, input juga harus sip. Juga passion belajar disini, masuk ngga hanya cari ijazah. Karena dengan ijazah itu artinya aku belajar apa bukan aku bisa apa,” papar mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM itu.

Apalagi, pilihan kelanjutan karir dari mahasiswa Vokasi bukan hanya ada di satu sisi yakni bekerja. Akan ada sejumlah perubahan kurikulum dimana siswa Vokasi bisa melanjutkan kuliah ilmu terapan dengan mudah. Bahkan hingga S2 terapan, baik di Jerman, Taiwan atau juga Indonesia.(cnbcindonesia/hm10)

Related Articles

Latest Articles