7.2 C
New York
Friday, April 19, 2024

Prasasti Soe Hok Gie-Idhan Lubis Terpasang di Puncak Mahameru

Malang, MISTAR.ID

Pemasangan prasasti Soe Hok Gie dan Idham Lubis berjalan lancar di Puncak Mahameru Gunung Semeru pada 19-20 September 2020 lalu yang diinisiasi Gimbal Alas Indonesia.  Soe Hok Gie adalah tokoh gerakan mahasiswa di era 1965 -1966 yang mati muda di Lereng Gunung Semeru 3676 mdpl dan buah pikirannya menjadi ilham banyak kaum muda intelektual di masa kini.

Soe Hok Gie dikenang bukan saja karena aktivitas politiknya, namun juga karena idealisme kemanusiaannya, serta kecintaaannya terhadap bangsa dan negaranya tanpa ada belenggu identitas rasial yang disandangnya. Pikiran–pikiran Gie banyak tertuang dalam tulisan–tulisannya yang tersebar luas pada media masa kala itu, sehingga banyak mempengaruhi wacana kritis mahasiswa Indonesia dan kelompok kritis lainnya.

Kritik keras Soe Hok Gie pada era berkuasanya pemerintahan orde lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno yang dianggapnya kurang memperhatikan penderitaan rakyat yang menjadi pembakar api daya kritis mahasiswa saat itu. Selanjutnya, pada pemerintahan orde baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, daya kritis Soe Hok Gie tidak surut, bahkan semakin kencang.

Baca juga: Kematian Aktivis Walhi Sumut Dugaan Kecelakaan Tunggal Menguat

Tanpa ada stigma apapun terhadap Gie, Gimbal Alas Indonesia 3676 mdpl menginisiasi untuk memasang prasasti Soe Hok Gie. Mengingat semangat yang begitu luar biasa yang diwariskan oleh Gie, maka sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada Gie, bahwa Gie adalah sosok pahlawan pelestari sumber daya alam Indonesia.

Dalam rilisnya, koordinator kegiatan pemasangan prasasti oleh Gimbal Alas Indonesia, Teguh Priejatmono, mengungkapkan alasan–alasan pemasangan prasasti Gie. Soe Hok Gie adalah tokoh muda yang memiliki jiwa nasionalis, visioner dan progresif di jamannya yang mencintai bangsa dan tanah air Indonesia. Soe Hok Gie dengan pemikiran-pemikirannya yang idealis adalah patriot bangsa yang peduli pada penderitaan rakyat.

Gie adalah sosok idealis yang mencintai dan berjuang untuk kelestarian sumber daya alam Indonesia. Gie adalah tokoh pendiri Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Indonesia (Mapala UI), yang menginsiprasi dan menjadi panutan bagi penggiat alam bebas dan pecinta alam diseluruh Indonesia, sehingga setelah tiadanya beliau, menjadi pemicu berdirinya organisasi-organisasi mahasiswa pencinta alam khususnya pada kampus-kampus perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia.

Memperhatikan hal tersebut, kata Teguh, maka dianggap penting untuk melaksanakan pemasangan prasasti In Memoriam Soe Hok Gie dan Idhan Lubis di Puncak Mahameru dengan kemanfaatan lain. Tujuannya juga sebagai titik identitas tempat atau lokasi guna memberi pedoman bagi para pendaki (khususnya pendaki pemula).

Jika sudah menemukan prasasti Soe Hok Gie dan Idhan Lubis ini, berarti para pendaki tersebut sudah berada di gerbang Puncak Mahameru 3676 mdpl. Berpedoman pada prasasti Gie sebagai titik balik yang memberikan arahan bagi para pendaki dari puncak untuk turun kembali pulang ke camp awal, sehingga mengurangi resiko tersesat.

Prasasti itu juga sebagai bahan perenungan diri bagi para pendaki (khususnya pendaki pemula) dengan melihat prasasti Soe Hok Gie dan Idhan Lubis ini, mereka akan sadar dan ingat pada kematian, sehingga akan menjadikan mereka lebih waspada, mawas diri dan lebih berhati–hati.

Prasasti Soe Hok Gie dan Idhan Lubis tersebut dengan letak lokasi pemasangan pada gerbang masuk para pendaki dari lereng bawah menuju area Puncak Mahameru 3676 mdpl, pada titik koordinat S 08°06’26.8” E 112°55’17.7”.

Gie merupakan sosok yang patut diteladani sebagai aktivis muda pada jamannya dengan rasa kecintaannya yang tinggi terhadap bangsa dan tanah air Indonesia tanpa harus terikat oleh sekat–sekat dikotomi yang berbau Suku, Ras dan Agama.

Ini sesuai dengan pesan Gie dalam ungkapannya, “Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah agar mahasiswa Indonesia (berkembang menjadi manusia–manusia yang biasa) menjadi pemuda dan pemudi yang bertingkah laku normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia”. (int/hm09)

Related Articles

Latest Articles