7.9 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Positif Corona Melejit Bak Meteor, Saatnya Mempertanyakan Komitmen Pemerintah dan Masyarakat

Mistar.ID-Dalam beberapa hari ini, peningkatan jumlah kasus positif corona di Indonesia, meningkat dengan tajam. Terhitung hingga Sabtu (23/5/20), total kasus positif corona di Indonesia mencapai 21.745 orang. Angka itu bertambah 949 orang, dibanding hari sebelumnya.

Peningkatan angka penderita positif ini menimbulkan pertanyaan tentang komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap perjuangan melawan virus.

Indonesia memiliki kematian Covid-19 terbanyak di Asia Tenggara dengan 1.351 kematian hingga sabtu (23/5/20). Para pejabat kesehatan menyalahkan lonjakan kasus di negara terpadat keempat di dunia ini pada masyarakat yang tidak mengambil tindakan pencegahan yang tepat.

“Ini menggambarkan disiplin orang dalam mematuhi protokol kesehatan dalam memerangi wabah,” ujar Achmad Yurianto, juru bicara gugus tugas nasional Covid-19, dikutip Associated Press.

Namun para politisi juga telah menolak pedoman yang ada. Sejauh ini, hanya empat dari 34 provinsi dan 26 kota di Indonesia yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), semuanya dengan tingkat kepatuhan publik yang rendah.

Baca Juga:Update Corona 23 Mei: Pasien Positif Bertambah Lagi 949 Orang

Pasar-pasar seperti Tanah Abang di ibu kota, Jakarta, dipenuhi pembeli yang membeli pakaian baru untuk anak-anak menjelang Idulfitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan. Petugas keamanan kewalahan oleh ribuan pembeli dan pedagang yang mengabaikan protokol kesehatan dan jarak fisik.

“Saya di sini untuk anak-anak saya. Mereka akan malu jika teman-teman mereka mengenakan pakaian baru saat lebaran sementara mereka tidak,” ucap Ida Farida, seorang ibu dari tiga anak, kepada Associated Press.

“Tentu saja saya khawatir,” imbuhnya ketika ditanya tentang kemungkinan tertular virus. “Namun saya serahkan pada Tuhan.”

Presiden Joko Widodo mengatakan dia belum akan melonggarkan pembatasan sosial berskala besar, dan menegaskan pemerintahnya bertujuan untuk menjaga warganya tetap produktif dan aman.

“Kita harus berdamai dengan Covid-19,” ucap Jokowi dalam sebuah pernyataan video pekan lalu.

“Hidup berdamai bukan berarti kita menyerah, tetapi kita beradaptasi dan ini membutuhkan protokol kesehatan yang ketat.”

Pernyataannya datang beberapa hari setelah Badan Pusat Statistik mengumumkan ekonomi Indonesia tumbuh hanya 2,9 persen pada Januari-Maret, pertumbuhan paling lambat dalam hampir dua dekade, seiring pandemi membuat efeknya terasa dalam ekspor, investasi, dan konsumsi di ekonomi terbesar di Asia Tenggara ini.

Pemerintahan Jokowi telah mengambil langkah-langkah awal untuk melonggarkan pembatasan dengan memungkinkan transportasi umum untuk kembali beroperasi, termasuk maskapai penerbangan, pada 50 persen dari kapasitas mereka.

Baca juga:Banyak Pelanggaran Mudik Di Tengah Covid-19 Membuat Indonesia Jadi Sorotan Dunia

Namun pada hari pertama transportasi umum dilanjutkan, foto-foto beredar di media sosial menunjukkan Bandara Soekarno-Hatta yang dipenuhi ribuan penumpang yang mengabaikan protokol physical distancing.

Para ahli kesehatan telah memperingatkan, perang melawan Covid-19 masih jauh dari selesai, dengan menekankan bahwa kemampuan pengujian yang terbatas di Indonesia telah membuat lebih sulit untuk mendapatkan gambaran akurat tentang tingkat sebenarnya dari pandemi ini.

Pemerintah, bagaimanapun, telah bersikeras Indonesia harus siap untuk kembali normal pada akhir Juli.

Pemerintah telah membentuk tim untuk mengukur kota mana yang harus mengurangi pembatasan di tengah meningkatnya tekanan ekonomi.

Rencana pembukaan kembali (yang masih dalam pengembangan), bertujuan untuk membuka pusat perbelanjaan secara terbatas pada 8 Juni. Itu akan disusul oleh pembukaan kembali sekolah dengan jadwal yang masih membingungkan.

Seperti yang ditunjukkan oleh konsep rencana itu yang beredar luas, restoran, bar, kafe, dan pusat kebugaran akan diizinkan mulai dibuka pada 6 Juli, dengan protokol kesehatan yang ketat, diikuti dengan pencabutan larangan perjalanan dan ibadah massal.

Doni Monardo, kepala gugus tugas COVID-19, menekankan rencana itu bergantung pada pemenuhan metrik kesehatan masyarakat terlebih dahulu, termasuk perataan jumlah infeksi baru di suatu daerah.

Pandu Riono, seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia, memperingatkan bahwa pembukaan kembali ekonomi secara prematur dapat memicu gelombang kedua infeksi, Associated Press melaporkan.(associated press/hm01)

Related Articles

Latest Articles