6.6 C
New York
Friday, March 29, 2024

PGI Surati Presiden Soal Tewasnya Pendeta di Papua yang Diduga Tertembak TNI

Jakarta, MISTAR.ID

Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia menyurati Presiden Joko Widodo atau Jokowi terkait meninggalnya Pendeta Yeremia Zanambani di Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua yang diduga lantaran tertembak Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Ketua Umum PGI Gomar Gultom mengatakan surat itu disampaikan kepada Presiden Jokowi hari ini.

“Pagi ini kami memasukkan surat ke Presiden terkait hal ini,” kata Gomar Senin, (21/9/20).

Baca Juga:KKB Tembak Mati Pendeta di Intan Jaya

Gomar mengatakan Yeremia adalah Pendeta Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) dan tokoh suku Moni, Papua. Majelis Pekerja Harian kini tengah mendalami masalah ini.

“Saya mengecam keras penembakan yang menewaskan Pdt Yeremia Zanambani,” kata Gomar.

Menurut laporan dari pimpinan GKII dan media Papua, kata Gomar, Yeremia diduga ditembak oleh pasukan TNI dalam suatu operasi militer pada Sabtu, 19 September lalu.

Ketika itu, Yeremia hendak ke kandang babi miliknya. Akibat peristiwa ini, tujuh hingga delapan gereja lokal kini kosong karena semua jemaat ketakutan dan lari ke hutan.

Baca Juga:Diinisiasi PGI, Relawan Gereja Dikerahkan Melawan Covid-19

Gomar pun menuntut Presiden Jokowi memerintahkan Kepala Kepolisian RI mengusut tuntas kasus ini dan membawanya ke ranah hukum. Jika benar penembakan dilakukan TNI, Gomar mendesak Presiden memerintahkan Panglima TNI menghentikan segala bentuk operasi militer.

Gomar mengatakan sudah cukup lama Papua bersimbah darah. Dia mengingatkan bahwa segala bentuk kekerasan dan pendekatan militer selama ini tidak menyelesaikan masalah Papua, malah menimbulkan lingkaran kekerasan yang tidak ada ujungnya.

Baca Juga:Pesan Damai Dari Rapat Pendeta HKBP

“Satu nyawa orang Papua pun sangat berharga seturut dengan amanat konstitusi RI, terlebih di hadapan Tuhan,” ucap dia.

Gomar mengatakan ia menagih janji Presiden yang sudah berulang kali menyampaikan akan menempuh pendekatan kultural untuk menyelesaikan masalah di Papua. Gomar berujar, Jokowi juga pernah menyatakan bahwa kekerasan tak akan menyelesaikan persoalan di Papua.

“Rakyat Papua dan gereja-gereja di Indonesia menuntut pemenuhan janji Presiden tersebut,” ujar dia.

Gomar berharap Pendeta Yeremia menjadi korban terakhir di Tanah Papua. Ia mengatakan kuni perdamaian di Papua ada di tangan Presiden dengan bantuan Panglima dan Kapolri. “Otoritas untuk itu sepenuhnya ada di tangan Presiden.”

Sebelumnya Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kapen Kogabwihan) III, Kolonel Czi IGN Suriastawa menyebut Pendeta Yeremia meninggal ditembak oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. Suriastawa menuding KKB menyebar fitnah bahwa TNI yang melakukan penembakan.

“Mereka sedang mencari momen menarik perhatian di Sidang Umum PBB akhir bulan ini,” kata Suriastawa dalam keterangan tertulis, Ahad, 20 September 2020.

Di sisi lain, Kepala Penerangan Pangdam Cenderawasih XVII Letnan Kolonel Reza Patria mengaku belum mendapat informasi detail terkait peristiwa tersebut. Reza mengakui ada dua versi informasi yang beredar ihwal pelaku penembakan pendeta.

“Kami masih melakukan pendalaman,” kata Reza, Senin (21/9/20).

PGI Terima 2 Versi

Sebelumnya ada dua versi tewasnya Yeremia. “Di satu sisi PGI mendapat laporan dari GKII dan pemberitaan media lokal yang menyebutkan, penembakan tersebut diduga dilakukan oleh aparat TNI yang sedang melakukan tugas operasi militer,” kata kata Humas PGI Philip Situmorang dalam keterangan pers tertulisnya, Senin (21/9/20).

GKII yang disebut Philip di atas adalah Gereja Kemah Injil Indonesia, salah satu sinode anggota PGI. GKII menduga Yeremia tewas ditembak oknum TNI. Namun di ada versi kabar yang lain pula, Yeremia ditembak kelompok kriminal bersenjata.

“Sementara media nasional memberitakan bantahan pihak TNI, dan menyebut pelaku penembakan adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB),” kata Philip.

Supaya peristiwa ini jelas, PGI mengusulkan pembentukan tim investigasi yang independen. Investigas independen bisa menghindari kondisi saling tuduh.

“Tidak mudah bagi kami mengklarifikasi peristiwa ini. Untuk itu kami telah menyurati Presiden Republik Indonesia, Kapolri dan Panglima TNI untuk mengusut tuntas kasus ini dengan membawanya ke ranah hukum,” kata dia.(tempo.co/hm01)

Related Articles

Latest Articles