8.3 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Kerinduan Ke Gereja Saat Paskah, “Mati Di Gereja Pun Tak Apa-apa”

NTT, MISTAR.ID

Untuk sementara waktu, induk gereja Kristen dan Katolik menganjurkan ibadah secara online, termasuk pada peringatan Paskah yang jatuh di pekan kedua April ini.

Namun tak semua umat Kristiani mampu mengikuti prosesi kebaktian dan ekaristi melalui sambungan internet, terutama mereka yang berada di pelosok Indonesia timur.

Ibadah kolektif di gereja-gereja yang ditiadakan ini disebut tidak pernah terjadi di Indonesia, termasuk saat keadaan genting seperti Tragedi 1965 dan kerusuhan 1998, setelah turunnya Soeharto sebagai presiden.

Frans Nahak, pendeta Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT), mengaku harus memutar otak agar jemaatnya di Amanuban Timor, Kabupaten Timor Tengah Selatan, bersedia beribadah di rumah jelang akhir Maret lalu.

Dihuni penduduk yang mayoritas Kristiani, tradisi gereja disebutnya begitu kental di perkampungan yang berjarak sekitar empat jam perjalanan darat dari Kupang, Ibu Kota Nusa Tenggara Timur itu.

Korinus Simbala, seorang jemaat GMIT di Amanuban Timor, merasa ada yang tidak lengkap dalam kehidupannya sejak gereja tidak lagi menggelar ibadah hari Minggu.

Larangan pergi ke gereja, terutama pada peringatan Paskah, kata Korinus, sebelum ini tidak pernah muncul di kampungnya.
Menurut Korinus, kebaktian di rumah tak bisa menggantikan kekusyukan dan rasa kebersamaan ibadah di ‘rumah Tuhan’.

“Ada kerinduan besar ke gereja. tapi karena dilarang keras, kami harus sesuaikan dengan permintaan majelis sinode,” ujar Korinus.

“Kalau bukan karena masalah corona, kami lebih baik ibadah di gereja. Sejak zaman nenek moyang, tempat ibadah itu di gereja. Memang kami merasa ini aneh,” tuturnya.

Namun di tengah penyebaran virus corona, Frans menyebut tak ada pilihan lain selain meniadakan ibadah di gereja, termasuk seremoni jalan salib, prosesi paskah yang biasanya diikuti ratusan jemaatnya.
Meski begitu, keputusan itu ditentang sebagian jemaatnya.

Frans berkata, geger wabah Covid-19 tidak dirasakan warga kampungnya, yang sebagian besar buta aksara dan tak memiliki akses internet.

“Banyak pertanyaan dari umat. Saat diputuskan ibadah dari rumah, mereka menuduh ‘pendeta dan majelis kurang iman’, bahkan sempat ada beberapa jemaat yang ke gereja walau sudah dianjurkan kebaktian di rumah.” ujarnya, Rabu (8/4/20).

“Mereka tidak ikuti informasi, ada keterbatasan komunikasi. Mereka tidak mengikuti media. Jemaat saya minta bukti (bahaya Covid-19). Ada yang bilang, ‘mati di gereja pun tidak apa-apa’,” tuturnya.

Gereja di bawah pelayanan GMIT tersebar di seluruh NTT dan sebagian Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Umat protestan yang beribadah di gereja ini mencapai sekitar 1,2 juta orang, kata Ketua Sinode GMIT, Mery Kolimon, yang memimpin semacam sidang majelis permusyawaratan di induk gereja tersebut.

Mery berkata, sejak 29 Maret lalu, semua ibadah di gereja ditiadakan. Sebagai gantinya, Sinode GMIT menggelar ibadah tanpa jemaat di gereja, yang disiarkan melalui Youtube dan Radio Republik Indonesia Pro 1 Kupang.

Namun, kebaktian online itu hanya diikuti 20% jemaat GMIT, kata Mery.

Di daerah pelosok, gereja akhirnya memasang pengeras suara agar nyanyian kidung, kotbah, hingga doa syafaat bisa didengar jemaat dari rumah mereka.

Strategi menggunakan pengeras suara ini tidak berlaku di Amanuban Timor karena menurut Pendeta Frans Nahak, jaringan listrik masih sangat terbatas di kampung mereka.

“Sebagian gereja menggunakan TOA, dua sampai tiga pengeras suara yang bisa menjangkau seluruh kampung. Jadi pendeta memimpin kebaktian dari gereja, jemaat mendengar dari rumah,” ujar Mery.

Keganjilan ibadah di masa pendemi ini tidak dirasakan jemaat saja. Pendeta Mery Kolimon mengaku tidak terbiasa berkotbah di gereja tanpa jemaat, meski ibadah itu direkam dan disiarkan melalui internet.

“Saat saya memimpin kebaktian, di hadapan kursi-kursi yang kosong, saya sangat sedih. Saya belajar betapa berharganya kebaktian dalam persekutuan. Ada kerinduan besar untuk beribadah bersama lagi di gereja,” tuturnya.

Sumber : BBCIndonesia
Editor : Mahadi

Related Articles

Latest Articles