19.5 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Harimau Sumatera Mati Akibat Racun Serangga Di Aceh Selatan

Tapaktuan, MISTAR.ID

Seekor harimau sumatera ditemukan mati di Aceh Selatan setelah memangsa sejumlah kambing. Belakangan, harimau tersebut dinyatakan mati akibat racun insektisida yang ditemukan di perut hewan buas tersebut. Namun belum ada tersangka untuk kasus tersebut.

Kepala Balai Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Agus Arianto, Kamis (2/7/20) menuturkan hasil pemeriksaan tim dokter dalam pada organ bagian dalam harimau ditemukan zat insektisida yang biasa dipakai petani untuk memusnahkan hama serangga.

Zat racun itu juga ditemukan dalam daging kambing sisa makanan harimau yang berserakan beberapa meter dari lokasi penemuan bangkai harimau.

Baca juga : Badan Konservasi Riau Selamatkan Harimau Sumatera

“Ditemukan zat yang diduga racun insektisida, warnanya keunguan yang diduga bahan racun pertanian. Zat itu juga ada pada kulit mangsa (kambing) yang dimakan harimau,” kata Agus.

Dinding saluran pencernaan dan lambung mengalami pendarahan, jaringan bawah kulit memar, hidung pendarahan, lidah mengalami sianosis, dan adanya luka gores karena bencana tajam di bagian perut.

Bangkai harimau sumatera ditemukan pada Minggu (28/6/20) di perkebunan warga. Di dekat bangkai harimau ditemukan enam ekor kambing yang tidak utuh lagi. Diduga harimau tersebut mati usai memangsa kambing. Harimau tersebut berjenis kelamin betina usia 2 tahun.

Meski demikian, kata Agus, hasil pemeriksaan oleh tim dokter BKSDA Aceh sampel itu perlu diperiksa kembali di laboratorium Pusat Studi Sawata Primata Bogor, laboratorium Patologi Universitas Syiah Kuala, dan Puslabfor Mabes Polri. “Kamis terus berkoordinasi dengan pihak Polres Aceh Selatan untuk mempercepat penanganan kasus ini,” kata Agus.

Baca juga : BBKSDA-TPL Pelatihan Survei Okupansi, Kumpulkan Data Populasi Harimau Sumatera

Dihubungi terpisah Kepala Satuan Reserse Kriminal Polisi Resor Aceh Selatan Inspektur Satu Zeska Taruna menuturkan pihaknya belum bisa menyimpulkan penyebab kematian harimau jika belum ada hasil resmi dari tiga laboratorium tersebut.

“Kami ada laboratorium forensik sendiri dan nanti dibuatkan berita acara, baru pro Justitia (kekuatan hukum),” kata Zeska. Beberapa saksi sudah diperiksa, namun belum ada yang ditetapkan sebagai tersangka karena alat bukti belum mencukupi.

Keberlangsungan hidup satwa lindung di Aceh semakin terancam. Perburuan untuk pergadagangan, alih fungsi habitat, dan konflik dengan warga membuat satwa lindung satu per satu punah. Selain harimau, satwa lindung seperti gajah dan orangutan juga paling banyak diburu.

Data dari BKSDA Aceh sejak 2007 hingga 2019 konflik harimau dengan manusia terjadi sebanyak 98 kali. Kawasan paling sering konflik harimau adalah kabupaten Aceh Selatan. Sebanyak sembilan warga tewas dan puluhan ternak mati diterkam harimau. Sementara enam harimau mati karena terkena jerat.(kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles