7.5 C
New York
Friday, April 19, 2024

Catatan Kritis Epidemiolog: Belum Sepakat Dikatakan Covid di RI Terkendali

Jakarta, MISTAR.ID
Pakar epidemiologi menyambut baik reproduksi Corona terus turun dan pandemi Corona dinilai sudah terkendali. Namun epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman memberikan sejumlah catatan kritis agar semua pihak tak lengah dengan penularan Corona.

“Kita menyambut baik adanya penurunan dua hal, pertama angka reproduksi dan test positivity rate yang berlaku secara nasional. Kemudian kasus walaupun menurun, tetapi dalam pandangan saya testing masih belum memadai. Ini dua hal yang penting karena sudah ada perbaikan,” kata epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, kepada wartawan, Senin (20/9/21).

“Namun yang harus dipahami bahwa adanya perbaikan di dua data itu juga harus kita lihat sebagai data nasional yang harus disikapi kritis untuk level daerah, level kabupaten/kota terutama,” kata dia.

Dicky mengatakan angka reproduksi Corona itu berbeda di setiap kabupaten dan kota. Sehingga dia meminta agar pemerintah daerah (pemda) dan warga untuk tidak berlebihan dalam menyikapi penurunan kasus secara nasional.

“Sekali lagi, ini nggak boleh menjadi euforia ya, karena kita ini negara besar, banyak pulau, banyak daerah yang sangat bervariasi pola intervensinya. Jadi kabar baik ini tidak bisa diklaim sebagai kabar baik semua kabupaten/kota, nggak bisa, tidak boleh menurut saya. Harus dilihat kabupaten/kota,” kata dia.

Baca juga:Dituding Moeldoko RS Curang, IDI Meradang

Kematian Akibat Corona Masih Tinggi
Angka kematian akibat Covid-19 atau case fatality di RI, kata Dicky, masih tinggi. Menurutnya masih ada kebobolan kasus Corona yang tidak terdeteksi.

“Berarti masih ada masalah kebobolan dari kasus-kasus yang tidak teridentifikasi, dan ini menjelaskan kenapa Indonesia masih dalam juga level community transmission, belum berubah kita, walaupun sudah membaik saat ini, level community transmission kita rata-rata udah di satu-dua, yang sebelumnya tiga-empat. Tapi ya level community transmission itu masih level terburuk dalam leveling transmisi ya, artinya masih ada banyak kasus yang belum terdeteksi,” tutur dia.

Guna menurunkan angka kematian itu, kata Dicky, perlu adanya beberapa perbaikan. Di antaranya meningkatkan testing, tracing, dan treatment (3T) dan protokol kesehatan 5M.

“Nah ini yang harus menjadi catatan, makanya kalau case fatality rate kita tinggi ya ini menunjukkan ada masalah nih dari hulu sampai hilir di 3T, ini harus diperbaiki termasuk 5M,” ucapnya.

Dicky mengakui vaksinasi di Indonesia saat ini menjadi salah satu yang tertinggi. Akan tetapi cakupan vaksinasi Corona perlu diperluas karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar pula.

“Selain itu catatan penting lainnya bahwa cakupan vaksinasi kita walaupun salah satu yang dari sisi jumlah itu paling besar, tapi kalau bicara per kapita dibandingkan dengan jumlah penduduk ini kita masih jadi PR, karena bicara varian baru, selain bicara vaksinasi penuh juga dibandingkan dengan total populasi,” kata dia.

“Kita dengan negara tetangga ini masih di bawah, bahkan dengan Kamboja kita juga termasuk di bawah, nah ini yang harus dikejar. Karena kalau tidak menempatkan kita pada kondisi yang sangat rawan dan ini bicara juga potensi gelombang berikut,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Dicky menilai Indonesia belum bisa dikategorikan status terkendali dari pandemi. Perlu waktu satu bulan ke depan untuk memastikan status itu.

“Kita belum bisa mengatakan bahwa Indonesia dalam status terkendali, karena bicara Indonesia, satu luas, banyak pulau. Kedua cakupan atau keberhasilan penurunan tes positivity rate, angka reproduksi, dan data penurunan lain ini kan harus kita lihat dalam masa kalau bisa sebulan stabil, bukan naik turun, stabil turun trennya dan menetap di standar, misalnya tes positivity rate paling tinggi 5 persen. Dan itu kita akan lihat per provinsi. Itu kalau bicara konteks Indonesia kita harus bersabar dulu, dan itu belum tercapai,” sebut dia.

Dicky kembali mengingatkan agar Indonesia berhati-hati dengan Corona varian Delta. Dia meminta PPKM tetap diterapkan sesuai dengan situasi daerah dan testing serta tracing Corona ditingkatkan.

“Sekali lagi kita harus sangat berhati-hati berkaitan dengan masalah varian delta ini terutama untuk di Jawa, di daerah pesisir, pedesaan, Di luar jawa terutama, karena ini masalah, sekali lagi kita harus melihat pada performa 3T untuk menguatkan klaim bahwa kita sudah dalam level terkendali. Ini penting supaya masyarakat tidak ada juga termasuk pemerintah daerah, dan pelonggaran harus tetap dilakukan secara bergradasi,” kata dia.

Munculnya varian baru Corona, kata Dicky, membuat pemerintah harus menjaga pintu masuk negara. Dia berharap pemerintah benar-benar menerapkan aturan karantina bagi warga negara yang masuk ke Indonesia.

“Bahwa dalam rangka pandemi ini sangat penting ya menjaga pintu masuk dengan cara membuat aturan atau policy yang pertama memastikan bahwa orang, sekarang sudah ada aturan baru yang dikeluarkan pemerintah bahwa dia datang dan sudah benar itu, sebelum keberangkatan membawa tes dan itu dibuktikan PCR negatif, kemudian sudah divaksin, tapi ini divaksin ini belum cukup jelas, harus ditegaskan harus disampaikan bahwa sudah divaksin lengkap terutama oleh vaksin yang ada dalam list emergency WHO lah,” kata Dicky.

Dia juga mendukung langkah pemerintah untuk melakukan tes kepada orang yang baru tiba di Indonesia. Kemudian hasil tes itu ditindaklanjuti dengan karantina.

“Kemudian kedatangan dia dites juga dan itu harus negatif, kalau dia sudah divaksinasi lengkap dua minggu pasca, terus hasilnya PCR nah dia bisa untuk menjalani 7 hari karantina, dan itu bisa nggak usah bandara misalnya di hotel yang dia tunjuk, tapi ya benar-benar karantina, dan yang ditunjuk itu ada daftar hotel yang memfasilitasi karantina. Atau dia positif itu dia nggak boleh di dalam kota, dia harus di perbatasan, di pintu masuk negara hotelnya,” kata dia.

Potensi Gelombang Ketiga
Selain itu, Dicky juga berbicara potensi gelombang ketiga Corona di Indonesia. Berdasarkan perkiraannya, RI akan mengalami gelombang ketiga di Desember, tapi dengan kenaikan kasus yang semakin mengecil.

“Kalau bicara potensi gelombang ketiga ya saat ini analisis terakhir ya semakin mundur, di Desember dan makin mengecil, maksudnya mengecil itu, tadinya misalnya prediksi Oktober tinggi puncaknya, tapi sekarang mundur ke Desember tapi menurun gelombangnya,” jelasnya.

Potensi lonjakan kasus Corona itu, kata Dicky bisa dipengaruhi oleh intervensi yang efektif. Seperti pemberlakuan PPMK yang maksimal.

“Nah ini berarti ada intervensi yang efektif, PPKM, vaksinasi karena permodelan ini harus diupdate terus, bahkan tiap hari kalau ada. PPKM efektif, oleh karena itu kita harus jaga ke arah bukan ke 3 atau 4, tapi ke 2 atau 1 supaya aktivitas masyarakat nggak terganggu banyak tetapi tidak memperburuk situasi pendemi,” jelas dia.

“Dan berbicara situasi gelombang ketiga ya tetap ada walaupun saat ini konteksnya mengecil dan potensi terjadi di Desember. Tetapi ya kita ya nggak tahu perkembangan, oleh karena itu ya konsistensi menjaga strategi 3T, 5M vaksinasi terus bahkan harus ditingkatkan di banyak daerah ini yang harus terus dilakukan,” lanjutnya.

Baca juga:Hasil Riset AS: Kematian Akibat Covid Indonesia Lebih Tinggi

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan menyampaikan kabar baik terkait pandemi Corona di Indonesia. Angka reproduksi Corona terus turun dan pandemi Corona dinilai sudah terkendali.

“Situasi pandemi COVID-19 terus menunjukkan perbaikan dengan hasil estimasi dari tim epidemiolog FKM UI menunjukkan angka reproduksi efektif Corona Indonesia untuk pertama kalinya selama pandemi ini sudah berada di bawah 1 yakni sebesar 0,98,” kata Luhut Pandjaitan dalam jumpa pers virtual, Senin (20/9/21).

“Angka ini dapat diartikan bahwa pandemi COVID-19 di Indonesia telah terkendali. Ini penilaian dari tim penasihat dari kami,” ucapnya. (detik/hm06)

 

 

Related Articles

Latest Articles