9.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

BPOM Telusuri Vaksin Covid Terawan, Benarkah Berlaku Seumur Hidup?

Jakarta, MISTAR.ID

Vaksin Nusantara AntiCovid-19 yang diinisiasi dan dikembangkan Terawan Agus Putranto menjadi perhatian serius para ahli kesehatan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kita tengah menyelusuri Vaksin Nusantara AntiCovid-19 yang diinisiasi mantan Menteri Kesehatan sebelum digantikan Budi Gunadi Sadikin.

Anggota Tim Uji Klinis Vaksin Nusantara Jajang Edi Prayitno mengatakan vaksin nusantara memiliki antibodi atau daya kekebalan tubuh yang mampu bertahan hingga seumur hidup. Nantinya vaksin akan bekerja dalam membentuk kekebalan seluler pada sel limfosit T.

Jajang menjelaskan, cara kerja vaksin ini dibangun dari sel dendritik autolog atau komponen dari sel darah putih, yang kemudian dipaparkan dengan antigen dari Sars-Cov-2.

Baca Juga: Bobrok Mantan Menkes Terawan Dibongkar

“Vaksin punya dokter Terawan ini dendritik bersifat T-cells, berarti sekali suntik berlaku seumur hidup. Sehingga secara pembiayaan pun lebih menguntungkan dan tidak menguras devisa negara, karena ini diproduksi dalam negeri,” kata Jajang.

Jajang pun menyebut pihaknya telah rampung melakukan uji klinis fase I untuk menguji keamanan vaksin dengan sasaran 30 relawan. Hasilnya menurut Jajang tidak ada efek samping berarti yang dirasakan para relawan.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta Tim Uji Klinis vaksin nusantara mempublikasikan hasil uji fase pertama vaksin tersebut secara transparan. Permintaan itu menyusul klaim antibodi vaksin yang digagas mantan Menteri Kesehatan Indonesia Terawan Agus Putranto mampu bertahan seumur hidup.

“Sebetulnya mampu bertahan seumur hidup itu yang mana buktinya? Karena sekarang kita ada di zaman evidence based medicine. Jangan membuat publik bingung,” kata Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/2/21).

Baca Juga: Penipuan Vaksinasi Covid-19, Lansia di Brazil Disuntik Jarum Kosong

Zubairi meminta tim uji klinis vaksin nusantara tak mengeluarkan klaim sepihak sebelum keseluruhan uji klinis selesai. Menurutnya, semua pihak harus bersabar menunggu hasil dari uji klinis I,II, hingga III.

Hasil itu mengacu pada hasil uji keamanan dalam objek penelitian hewan dan manusia. Kemudian berlanjut pada hasil pengujian imunogenitas, khasiat atau efikasi vaksin itu sendiri untuk kemudian dievaluasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Zubairi menyebut sejauh ini belum ada satupun pengembang vaksin virus corona di dunia yang secara gamblang sudah berani membuktikan daya jangkauan dan ketahanan antibodi vaksin usai disuntikkan ke tubuh manusia.

“Sekarang para ahli belum bisa menjawab apakah vaksin Moderna, ataupun Sinovac, Pfzier, mampu bertahan berapa lama. Apakah dua, tiga bulan, enam bulan, atau setahun belum ada yang tahu,” ujarnya.(CNBC/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles