12.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Badan Siber Bantah Ada Kebocoran Data Pasien Corona

Jakarta, MISTAR.ID

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) membantah adanya kebocoran data pasien Covid-19. Sebagaimana diisukan sebelumnya, ada 230 ribu data pasien virus corona di Indonesia bocor kemudian dijual di internet.

Data-data yang bocor itu cukup lengkap, karena mencakup nama, alamat, NIK, status, tanggal pemeriksaan, positif atau negatif, dan lainnya.

Menyikapi hal tersebut, menyangkalnya. BSSN telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas Covid-19 untuk menyelidiki kabar tersebut.

Baca Juga: Di Tengah Pandemi Air Zamzam Dijual Online

Hasilnya, BSSN menegaskan tidak ada kebocoran data yang terjadi pada sistem data Covid-19 di Indonesia.

“BSSN telah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dan Gugus Tugas terkait untuk memastikan bahwa tidak ada akses tidak sah yang berakibat kebocoran data pada Sistem Elektronik dan aset informasi aktif penanganan pandemi Covid-19,” tegas BSSN, dalam siaran pers yang diterima kumparan, Minggu (21/6/20).

BSSN akan mengambil langkah-langkah untuk terus memastikan keamanan sistem elektronik dan berkolaborasi dengan semua unsur pemerintah dalam hal pengamanan data terkait penanganan pandemi Covid-19.

Baca Juga: Gawat! 230 Ribu Data Pasien Covid-19 Dijual di Dark Web, Menkominfo: Kami akan Telusuri bersama Badan Siber

“Akses tidak sah terhadap suatu sistem elektronik adalah tindakan pidana yang diancam dengan hukuman pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 700 juta sesuai Pasal 46 Ayat 2 UU 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,” tegas BBSN.

Sebelumnya, akun bernama Data Shopping memposting halaman berjudul “Indonesia Covid-19 database” di situs RaidForums pada 18 Mei 2020. Ia mengklaim memiliki 230 ribu data pasien Covid-19 di Indonesia.

Akun Data Shopping juga memberikan bocoran data yang ia punya dan ternyata cukup lengkap. Data-data itu berupa tanggal laporan, status, nama responden, kewarganegaraan, kelamin, umur, telepon, alamat tinggal, risiko, jenis kontak, tanggal pengiriman sampel, status ODP/PDP/Positif, NIK, dan lainnya.

Menurut pendiri komunitas Ethical Hacker Indonesia, Teguh Aprianto, dalam postingan di akun Twitter-nya @secgron, data pasien corona yang bocor dijual 200 dolar AS atau Rp2,8 juta.

Selain itu dalam penelusurannya, Teguh menemukan bahwa data yang dijual bukan seluruh Indonesia, namun hanya di Provinsi Bali.

“Berdasarkan pemeriksaan yang saya lakukan, data tersebut kemungkinan didapatkan dari Pemprov atau RS di Bali, jadi bukan seluruh Indonesia,” tulisnya.(kumparan/hm02)

 

 

Related Articles

Latest Articles