11.7 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

1.000 Lebih Massa Unjuk Rasa di Istana Kepresidenan

Jakarta, MISTAR.ID
Lebih dari 1.000 orang massa menggelar aksi unjuk rasa di Istana Kepresidenan, Kamis (28/10/21). Massa tersebut tergabung dalam elemen buruh, masyarakat sipil dan mahasiswa, dengan menamakan dirinya Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak).

“Kalau dari Gebrak 1.000, kalau masyarakat sipil dan beberapa kan tergabung dalam Gebrak. Nah memang kita koordinasi (kemarin) dengan kelompok BEM itu ada sekitar 200-an,” kata Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (Kasbi) Nining Elitosmelalui sambungan telepon, Kamis (28/10/21).

Nining mengatakan, massa aksi nantinya akan berkumpul di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Massa aksi kemudian akan melakukan long march ke Istana Merdeka.

Baca Juga:PBB Kecam Taliban Akibat Aksi Kekerasan Terhadap Pengunjuk Rasa

Adapun jika polisi mencegat massa di kawasan Patung Kuda, menurut Nining tidak masalah. Ia menyatakan pihaknya akan mematuhi pembatasan tersebut. Dia menegaskan bahwa unjuk rasa kali ini merupakan aksi damai.

“Kalau memang di situ dibatasin kita juga nggak memaksa diri karena kita kan memang aksi damai. Kalau ini kan menyampaikan aspirasi bagaimana kondisi objektif dua tahun belakangan memang semakin memprihatinkan,” kata Nining.

Menurut Nining, selama ini pihaknya menekankan unjuk rasa secara damai. Hanya saja ketika di lapangan massa aksi menjadi emosi lantaran ada tindakan blokade di banyak titik dan penangkapan oleh aparat.

Baca Juga:Gemapsi Unjuk Rasa Minta DPRD Bentuk Pansus Selidiki Pelanggaran Bupati Simalungun

“Kita juga kalau (massa) aksi 1.000 mau bentrok buat ngapain juga kan, nggak ada ininya. Kita kan selalu pengin aksi damai,” tuturnya.

Nining berharap aparat kepolisian bertindak humanis dalam mengawal unjuk rasa yang akan digelar hari ini maupun waktu lainnya. Menurut Nining, masyarakat berharap pemisahan TNI-Polri saat reformasi membuat aparat penegak hukum bertindak humanis, melindungi, dan mengayomi.

“Bukan kemudian untuk melakukan menakut-nakuti, mengancam apalagi melakukan kekerasan,” ujarnya.(cnn/hm10)

Related Articles

Latest Articles