8.4 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Wabah ASF Jangkiti 18 Daerah, Gubsu Gamang Ambil Tindakan

Medan | MISTAR.ID – Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi mulai gamang dalam mengambil tindakan terkait penanganan kasus kematian babi di daerah ini. Sebab, Kementerian Pertanian sejak 12 Desember lalu telah menetapkan bahwa babi-babi di Sumut terserang demam babi afrika (ASF). Risikonya, babi-babi tersebut harus dimusnahkan.

Edy sendiri mengakui bahwa babi-babi tersebut terserang ASF. Hanya saja, dia belum mau memutuskan untuk memusnahkan seluruh babi tersisa karena takut rakyat akan menanggung rugi yang sangat besar.

“Ya. Memang terjangkit ASF. Selayaknya itu dimusnahkan,” katanya, Senin (6/1/20).

Dia mengakui, kasus ini sarat akan dilema. Jika dia mengiyakan bahwa kasus kematian babi, yang semula dinyatakan terserang hog cholera, selanjutnya terserang ASF sebagai bencana, maka semua babi akan dimusnahkan.

“Dan risikonya, seperti China, 20 tahun berikutnya belum diizinkan untuk pelihara babi. Sampai dinyatakan tempat itu steril. Hah. Mampukah itu?” timpalnya.

Saat ini, kata dia, pihaknya masih mencari peluang lain untuk menyelamatkan babi-babi yang tersisa. Salah satunya adalah dengan memperketat jalur masuk keluar babi antar daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah wabah meluas ke daerah lain.

Pihaknya juga akan terus memperketat pos-pos penjagaan yang telah dibentuk. Petugas juga disiapkan untuk membantu masyarakat, mengubur babi sehingga bangkai-bangkai babi tidak dibuang sembarangan.

Berdasarkan data yang diperoleh pihaknya, saat ini sudah lebih dari 42.000 ekor babi mati di Sumut. Puluhan ribu babi yang mati itu sebelumnya dinyatakan terserang kolera babi sebelum Kementerian Pertanian menegaskan terjangkit ASF.

Edy meminta waktu untuk menentukan sikap selanjutnya. “Saya lihat nanti satu bulan ini ya. Kasih waktu saya satu bulan. Tolong ini jangan. Nanti stres rakyat. Rakyat kita ini berbeda dengan rakyat-rakyat di luar,” katanya.

Dia tak mau rakyat menanggung rugi terlalu banyak. Banyak warga di Sumut yang memelihara babi untuk pemenuhan kebutuhan. Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru lalu. Banyak juga yang pelihara babi untuk keperluan sekolah anak.

“Bayangkan kalau ini kita musnahkan dengan harga yang diatur oleh kita. Ini perlu kita pikirkan. Paham ini ya. Kasih kesempatan gubernur untuk berpikir,” pungkasnya.

Terpisah, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut menyebut bahwa virus kolera babi dan african swine fever (ASF) telah merebak ke dua kabupaten lagi. Sebelumnya, ada 16 kabupaten yang dinyatakan terserang, kemudian baru-baru ini bertambah menjadi 18 daerah.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Muhaimin Damanik, mengugkapkan, dua kabupaten tambahan itu yakni Batubara dan Mandailing Natal. “Di Batubara, kematian babi sebanyak 66 ekor, sedangkan di Madina ada 6 ekor,” katanya.

Saat ini, pihaknya sendirin masih menunggu arahan gubernur untuk menentukan langkah selanjutnya dalam penanganan kasus ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, 16 kabupaten yang dinyatakan sebagai daerah wabah penyakit demam babi afrika yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar dan Medan.

Kepala Balai Veteriner Medan, Agustia mengatakan, 16 kabupaten/kota tersebut merupakan kantong populasi babi di Sumut. Virus hog cholera maupun ASF dapat menyerang dengan cepat. Begitupun, berdasarkan ilmunya, babi di Sumut bisa habis semuanya.

“Sumut itu punya 33 kabupaten/kota. Kematian babi ini terjadi di 16 kabupaten/kota. Kita fokus menjaga di 16 ini. Jangan sampai bertambah,” katanya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Azhar Harahap sebelumnya juga sudah mengatakan, bahwa langkah yang dilakukan antara lain dengan bio security yakni membatasi lalu lintas ternak, tidak saling berkunjung khususnya di kandang yang terjadi kematian akibat hog cholera dan ASF dan tidak membuang bangkai ke sungai maupun ke hutan, serta menjaga sanitasi kandang dan ternak.

Reporter: Daniel Pekuwali
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles