16.8 C
New York
Friday, May 17, 2024

Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulan II Turun 4,75 Persen

Medan, MISTAR.ID

Kabid Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Taulina Anggarani mengatakan, ekonomi Sumut triwulan II-2020 dibanding triwulan II-2019 mengalami kontraksi sebesar 2,37 persen (y-on-y).

Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 5,42 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 1,54 persen.

“Ekonomi Sumatera Utara triwulan II-2020 dibanding triwulan I-2020 menurun sebesar 4,75 persen (qto-q). Dari sisi produksi, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada sebagian besar lapangan usaha,”katanya, Rabu (5/8/20).

Sementara dari sisi pengeluaran, penurunan disebabkan oleh kontraksi pada seluruh komponen kecuali Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah.

Baca Juga:NERACA PERDAGANGAN SUMUT DENGAN RRT MASIH SURPLUS

Adapun pertumbuhan ekonomi Sumut Semester I-2020 dibanding semester I-2019 tumbuh 1,11 persen (c-toc). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 7,65 persen.

“Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada komponen PMTB yang tumbuh sebesar 2,87 persen. Struktur ekonomi di Pulau Sumatera secara spasial pada triwulan II-2020 didominasi oleh beberapa provinsi,” ujarnya.

Di antaranya Provinsi Sumut yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Pulau Sumatera sebesar 24,35 persen, diikuti oleh Provinsi Riau sebesar 20,71 persen, Provinsi Sumatera Selatan sebesar 13,99 persen, serta Provinsi Lampung sebesar 11,03 persen.

“Sementara itu, kontribusi terendah ditorehkan oleh Provinsi Bengkulu sebesar 2,21 persen dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 2,20 persen,” urainya.

Terpisah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (KPw BI Sumut) menerangkan, pertumbuhan perekonomian Sumut triwulan II diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. ]

Baca Juga:Sejumlah Bank Lakukan Hapus Buku Kredit, Ini Alasannya

Bahkan, di Juli 2020, Sumut alami deflasi -0,25% (mtm) lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,07% (mtm). Realisasi ini juga di bawah pola historis rata-rata tiga tahun terakhir 0,88% (mtm).

Secara spasial, semua kota inflasi (Kota Medan, Pematangsiantar, Padang Sidimpuan, Sibolga dan Gunung Sitoli) mengalami deflasi dengan yang terdalam terjadi di Pematangsiantar.

“Deflasi yang terjadi bersumber pada kelompok makanan, minuman serta transportasi. Deflasi kelompok makanan disumbang oleh penurunan harga aneka bawang dan daging ayam ras, seiring peningkatan aktivitas di sentra produksi. Deflasi kelompok transportasi disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara, sejalan dengan rendahnya minat masyarakat untuk bepergian akibat Covid-19 yang masih merebak,” jelasnya.

Selain itu, ditambahkan Wiwiek, deflasi yang terjadi ini juga mengkonfirmasi adanya permasalahan daya beli yang ada di masyarakat yang terus menurun sebagai dampak dari pandemi Covid-19 yang belum ada tanda-tanda mereda.(anita/hm10)

Related Articles

Latest Articles