12.5 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Pasien Isoman Harus Diperhatikan Serius untuk Cegah Penyebaran Covid-19

Medan, MISTAR.ID

Pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman) harus mendapat dukungan yang serius dari pihak keluarga dan pemerintah setempat. Pasalnya, apabila pasien isoman diabaikan, maka ini bisa jadi ancaman besar penyebaran virus Covid-19.

Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia Sumatera Utara Destanul Aulia mengatakan pasien isoman itu masalah yang besar soal munculnya penyebaran Covid-19 gelombang kedua. Karena, pasien isoman bisa saja keluar rumah tanpa ada pengawasan.

“Penguatan kesehatan di tingkat keluarga masih rendah. Contohnya, keluarga harus melarang keras si pasien tidak boleh keluar rumah dulu. Biar semua kebutuhan pasien yang menyediakan pihak keluarga,” ucap dia, Jumat (16/7/21).

Baca juga: Temuan Lapor Covid, 450 Pasien Meninggal Saat Isoman

Menurut dia, apabila tidak ada pengawasan dan dukungan keluarga, pasien isoman Covid-19 bisa keluar rumah. “Apabila tidak dapat dukungan keluarga ini jadi masalah. Seperti ini banyak kejadiannya Covid-19 muncul karena tidak didukung keluarga,” terangnya.

Selain itu, pemerintah melalui kepala lingkungan tidak boleh lepas tangan terhadap pengawasan dan dukungan terhadap pasien insoman Covid-19. “Tugas Kepling harus diperkuat, Kepling harus tahu siapa warganya dan harus tahu warganya yang sakit,” kata Destanul.

Lanjut dia, Kepling harus mendata warganya yang sedang menjalani insoman. “Jadi harus bisa mengawasi dan memantau si pasien. Jangan sampai si pasien keluar rumah selama masih terkonfirmasi,” ucap dia.

Kemudian, Kepling juga harus bisa berkoordinasi dengan pihak kelurahan maupun kecamatan serta dermawan untuk kebutuhan pasien insoman. “Soalnya pasien juga perlu bantuan seperti obat, vitaman dan kebutuhan lainnya,” jelas dia.

Untuk itu, ia mengimbau kepada kepala lingkungan harus responsif terhadap pasien yang menjalani isolasi mandiri. “Harus responsif kepada masalah kesehatan khususnya pasien isoman Covid-19,” ujarnya.

Baca juga: Warga Jalani Isolasi Mandiri Akibat Covid-19, Diminta Taati Masa Karantina

Dia menambahkan, melonjaknya kasus Covid-19 secara drastis di Provinsi Sumatera Utara disebabkan tingginya mobilitas masyarakat usai Hari Raya Idul Fitri dan liburan. “Ini berawal dari lonjakan di Jawa dan Bali, disebabkan mobilitas di Indonesia mengalami peningkatan sesudah hari raya dan liburan sekolah menyebabkan kembali meningkatnya Covid-19,” jelas dia.

Di samping itu, menurut dia, naiknya kasus virus corona di Sumut karena masyarakat sudah jenuh dengan situasi saat ini. “Di samping itu memang masyarakat yang sudah jenuh sehingga merasa bahwa Covid-19 menurun. Artinya perasaan itu tidak sebanding dengan data yang didapatkan,” ucap dia.

Kemudian, dengan cepatnya varian baru Covid-19 bermutasi, sehingga mendorong masyarakat untuk mencari pelayanan kesehatan ke institusi kesehatan. “Beberapa rumah sakit dan Puskesmas mensyaratkan untuk lakukan swab dan PCR sehingga meningkatnya penemuan kasus,” terang dia.

Ia menambahkan , lonjakan kasus Covid-19 saat ini bukan terjadi ketika pemerintah melakukan PPKM darurat. “Pada saat PCR ada terjadi lonjakan artinya proses screningnya makin tinggi artinya semakin banyak yang diperiksa semakin banyak yang terjaring,” aku dia. (saut/hm09)

Related Articles

Latest Articles