7.9 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Kota Medan Tertinggi Komunitas LSL yang Terpapar HIV/AIDS

Medan, MISTAR.ID

Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Sumut Ikrimah Hamidy mengatakan, mendominasinya persentase kasus penularan HIV/AIDS di komunitas Lelaki Suka Lelaki (LSL) lantaran perilaku seks yang berisiko dan tidak menggunakan pengaman.

Dari data yang diterima pihaknya, jumlah tertinggi komunitas LSL ini masih di Kota Medan. “Jadi kasus LSL ini merupakan peringkat kedua setelah heteroseksual. Hanya saja persentase LSL ini terus meningkat pesat.

Secara akumulasi data LSL terpapar HIV/AIDS ini ada sebanyak 1.740 orang dari tahun 2007-2021. Memang saat ini data kita sudah tidak ada lagi per kabupaten/kota karena sudah secara keseluruhan. Dan, untuk LSL ini masih paling banyak tercatat itu di Kota Medan. Ada juga daerah lain yang memang peningkatan LSL itu tinggi, salah satunya Deli Serdang, Asahan. Daerah-daerah tersebut menjadi lokasi banyak ditemui LSL di Sumut,” jelas Ikrimah pada mistar.id, Jumat (30/9/22).

Baca Juga:Aktivitas Narkoba Tinggi di Sumut, Ikut Dongkrak Kasus HIV/AIDS

Sehingga, KPAD sangat khawatir dengan perkembangan dan banyaknya LSL yang terpapar karena perilaku mereka memang sangat berisiko. “Perlu juga dipahami bahwa LSL ini bukan hanya saja homoseksual, tapi bisa juga biseksual. Artinya dia punya istri tapi dia mau juga dengan lelaki. Kasus ini banyak juga ditemui. Bukan berarti LSL ini hanya homoseksual murni tapi ada biseksualnya,” ungkap Ikrimah.

Maka, dalam pencegahan peningkatan kasus LSL yang terpapar HIV/AIDS peran keluarga sangat-sangat penting. Dengan memantau dan mendidik anak-anak lelaki, sehingga jangan terjerumus di dunia LSL tadi.

“Mulai dari pendidikan seksual. Contohnya mulailah pendidikan di keluarga ini untuk melarang anak-anak satu tempat tidur atau satu selimut. Itu yang pertama. Kedua penanganan terhadap anak laki-laki walau dia masih kecil, jangan dibiarkan dia mau dipegang-pegang oleh orang asing selain dari orang tuanya. Sampai kemaluannya itu juga gak boleh. Apalagi sama laki-laki lain. Itu jangan. Maka harus  terus diingatkan pada anak-anak secara dini, sebagai perlindungan pada anak,” jelasnya.

Baca Juga:Kasus HIV/AIDS di Sumut Duduki Peringkat Lima, Didominasi Komunitas Lelaki Suka Lelaki

Ketiga, sambung Ikrimah, ada faktor trauma pada laki-laki yang mana di masa lalu dia dilecehkan oleh laki-laki juga. Karena apabila anak ini trauma akibat mendapatkan pelecehan oleh laki-laki, kemungkinan besar akan merubah persepsi seksnya. “Misalmya dia diperekosa laki-laki, maka dia bisa jadi LSL tadi. Sebenarnya ada pengobatan melalui rehabilitasi untuk LSL ini melalui hipnoterapi. Ada hipnotetapi yang bisa merubah atau menghilangkan traumatiknya. Maka dengan hipnoterapi ini orang LSL yang faktor trauma bisa dikembalikan persepsi yang heteroseks,” ungkapnya.

Namun, dikarenakan dunia LSL ini sangat tertutup terutama pada komunitasnya, mau tidak mau objek (LSL) ini harus punya niat untuk merubah dirinya sendiri dan juga mendapat dorongan oleh keluarganya. Sehingga melalui proses hipnoterspi bisa berjalan dengan baik.

“Makanya kalau ada di keluarga yang memiliki tanda-tanda LSL ini sebaiknya keluarganya memberi support jangan dibenci dan dikucilkan, karena akan memperburuk keadaan. Tapi rangkul dan bimbing terus untuk bisa berubah. Istilahnya orang yang masuk LSL ini tak ubahnya orang yang masuk ke dunia narkoba. Tanpa dukungan keluarga ini sangat sulit berubah,” pungkasnya.(anita/hm15)

Related Articles

Latest Articles