22.2 C
New York
Monday, April 29, 2024

Kopi Simalungun, Diincar Asosiasi ‘Starbuck’

MISTAR.ID – Indonesia adalah negara penghasil kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam yang kemudian disusul Colombia, dan Indonesia menjadi salah satu pengespor kopi Arabika, sedangkan jenis Robusta lebih didominasi untuk pasokan pasar dalam negeri.

Pulau Sumatera, sejak dulu dikenal sebagai penghasil biji kopi terbesar di Indonesia, mulai dari Lampung, Bengkulu, Aceh hingga Sumatera Utara. Kopi Sumatera merupakan salah satu varietas kopi yang berasal dari Sumatera yang bertekstur paling halus dan bercita rasa paling berat dan kompleks diantara beragam kopi di dunia. Sebagian besar kopi Sumatera diproses secara kering (dry-processed), tetapi sebagian lagi melalui proses pencucian ringan (semi-washed).

Salah satunya, adalah Provinsi Sumatera Utara, dikenal sebagai penghasil jenis kopi Arabika dan Robusta. Dua jenis kopi tersebut tumbuh di dataran pertanian Sumatera Utara yang subur. Sumatera Utara memiliki 33 Kabupaten/Kota, namun daerah-daerah terkenal penghasil kopi, yakni Tapanuli Utara, Toba Samosir, Samosir, Humbang Hasundutan, Simalungun, Dairi, Karo, Mandailing dan Tapanuli Selatan. Dari kesembilan daerah penghasil kopi Sumatera Utara tersebut dua diantaranya menghasilkan kopi jenis Arabika dan Robusta, sedangkan tujuh lainnya hanya menghasilkan jenis kopi arabika.

Asosiasi ‘Starbuck’

Sungguh luar biasa, Kabupaten Simalungun ternyata salah satu daerah yang memiliki kualitas kopi peringkat terbaik dunia. Maka tak heran, 30 negara yang tergabung dalam perkumpulan (asosiasi) pengopi dunia yang dikenal dengan nama Starbuck pada Oktober 2013 dan Maret 2014 pernah datang berkunjung ke Simalungun, hanya untuk melihat dan memberi motivasi dan pelatihan bagi petani kopi.
 
Mereka yang tergabung dalam Asosiasi Starbuck itu, kepada para petani dan pemerintah Kabupaten Simalungun mengatakan, akan terus berkesinambungan datang ke Simalungun untuk membicarakan kopi Arabika Simalungun.

Warga pengimpor kopi dari 30 negara itu, kepada Kadis Pertanian Simalungun yang ketika itu dijabat Ir.Amran Sinaga MSi (sekarang Wakil Bupati Simalungun) mengatakan sangat menunggu produksi kopi Simalungun jenis Arabika untuk dipasarkan secara lebih profesional ke negara-negara mereka yang dikenal penggemar kopi berkualitas dunia.

Ir Amran Sinaga MSi kepada Mistar, membenarkan pengakuan ahli kopi dari Asossiasi Starbuck itu, yang mengakui, bahwa kopi Arabika Simalungun termasuk terbaik dunia.
Hal itu katanya, disasari dari hasil penelitian ilmiah secara nasional, bahwa kualitas kopi Arabika Simalungun ternyata sangat bagus dan masuk nominasi kopi terbaik setelah kopi Arabika Gayo, Aceh.
 
“Kopi Arabika dari Gayo dikenal sebagai juara 1 dunia, hanya beda sedikit dengan kopi Arabika yang dihasilkan petani kita di Simalungun,” terang Amran Sinaga.
 
Sumatera Arabika Simalungun

Sekarang, kopi Arabika Simalungun telah berhasil dipatenkan melalui Kemenkumham, dengan nama Sumatera Arabika Simalungun.
 
Kualitas kopi Simalungun menjadi terbaik, karena dari hasil penelitian, selain rasa cocain yang khas, ternyata punya rasa pandan, madu dan lainnya, hampir setara dengan kopi Arabika dari Gayo dan Takengon.
 
Sektor ini diyakini akan mampu mengangkat taraf hidup petani kopi Simalungun menjadi lebih baik dari yang sekarang. Hanya saja, kata Amran, manajemen pasar para pelaku usaha kopi harus lebih ditingkatkan, tidak lagi dengan cara pemasahan tradisonil, atau menjual yang gelondongan, tapi sudah saatnya mengarah pada produksi bubuk kopi.
 
Kalau hanya menjual gelondongan katanya, paling mahal harganya hanya Rp5.000 atau Rp7.000 per kg, tapi kalau dijadikan bubuk, bisa mencapai Rp100 ribu per kg.

Mengenai investor, katanya, sudah banyak datang dari Lampung, Jakarta, Medan dan daerah provinsi lainnya di Indonesia. Mereka sudah menyampaikan minatnya untuk memesan Sumatera Arabika Kopi Simalungun.
 
Bahkan negara-negara penimpor kopi yang tergabung di asosiasi Starbuck juga sudah datang untuk menyampaikan minatnya. Hanya saja menuju ke aras sana, petani kopi kita sekarang ini sedang dibekali untuk mampu memproduksi kopi Arabika yang diinginkan, termasuk harus mempunya mereka sendiri yang khas Simalungun.
 
Pelatihan petani kopi di Simalungun juga sudah berlangsung sejak tahun 2013 lalu. Sebanyak 60 orang petani kopi sudah pernah diberangkatkan ke PT Indocapco di Aceh untuk mengikuti pelatihan. Dan pihak PT Indocapco juga mengakui kualitas kopi Simalungun itu masuk terbaik di tingkat dunia, ini diakui karena pengaruh geografis tanahnya untuk bertanam kopi sangat memenuhi syarat-syarat.
 
Sedangkan kontribusi dari 30 negara Starbuck yang berkunjung ke petani kopi Simalungu, antara lain, memberi pelatihan, prospek pengembangan kopi di Simalungun termasuk menyambut di pasar internasional.
 
Mengenai tingkat konsumsi kopi sebagaimana terungkap dalam bincang-bincang, ketika Amran menjamu tamu asal Eropa itu, ternyata Indonesia masuk pengonsumsi terendah. Hanya 800 gram hingga 1000 gram/kapita/tahun. Sedangkan pengopi di negara Eropah tingkat konsumsinya mencapai 8,9 kg hingga 9 kg/kapita/tahun.
 
Sedangkan negara produsen kopi terbesar, terdiri dari Brazil (urutan 1), Vietnam (urutan 2), Columbia (urutan 3) dan Indonesia (urutan penghasil kopi terbesar ke 4 dunia).
 
“Potensi kopi Simalungun ini, menjadi primadona untuk komoditi ekspor ke luar negeri. Ini harus kita kejar, dan peluang ini tak boleh disia-siakan,” pungkas Amran Sinaga.
Kopi Arabika Simalungun diakui sangat khas, ditanam di sepanjang pinggiran Danau Toba pada ketinggian tanah mencapai 1.400 mdpl.

Sebanyak 13 sampel kopi Arabika Simalungun pernah diuji 13 kelompok tani di Puslitkoka Indonesia, di Jember. Hasilnya, terbukti bahwa kopi Arabika Simalungun tidak terkontaminasi, serta memiliki kandungan air tidak lebih dari 12 persen, serta biji berukuran kecil hingga sedang dan memenuhi syarat mutu SNI kopi.

Editor: Herman

Related Articles

Latest Articles