10.4 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Jangan Main-main, Rektor USU: Pemeriksaan Swab Gratis!

Medan, MISTAR.ID

Pemeriksaan swab tidak dipungut biaya alias gratis. Hal ini perlu disampaikan dan diingat kepada masyarakat.

“Rumah-rumah sakit yang mengirimkan swab ke RS USU jangan main-main. Kita di sini sudah gratis, nanti malah dikenakan (biaya) pada pasien di kabupaten/kota masing-masing.”

Jika ini sampai terjadi, tentu kita lakukan langkah hukum. Sebab hal tersebut merupakan pungutan liar,” tegas Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu, saat peresmian Laboratoriun Polymarace Chain Reaction (PCR) untuk pemeriksaan swab, milik Rumah Sakit (RS) Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (17/4/20).

Disebutkan Runtung, sebelum dioperasikan secara resmi, laboratorium PCR ini telah melakukan pengujian terhadap 40 sampel swab sebelumnya. Namun, karena 40 swab tersebut merupakan dari ODP ataupun PDP, sehingga hasilnya negatif Covid-19.

“Tadi pagi kita sudah menerima swab dari 40 spesimen berbagai rumah sakit di Sumut yang belum kita buka. Sebab, kalau kita buka lalu diuji dan kebetulan pak gubernur bersama rombongan meninjau langsung, kita khawatir itu membahayakan. Untuk itu, usai melaksanakan shalat Jumat, pengujian dilakukan terhadap 40 spesimen tersebut,” sebutnya.

Runtung mengaku, berdasarkan tim medis yang dibentuk di RS USU, hasil pemeriksaan terhadap pengujian swab dengan alat PCR diperoleh dalam waktu 1×24 jam.

“Real-nya pengujian terhadap swab dilakukan selama 4 jam dan hasilnya diperoleh. Akan tetapi, lantaran swab yang diterima dari rumah sakit yang mengirimkan tidak bisa ditentukan sehingga kita memutuskan hasilnya dapat diketahui dalam waktu 1×24 jam,” ucap Runtung.

Meski begitu, setelah hasil swab diketahui, pihaknya tidak bisa langsung mengumumkan kepada publik. Hasilnya tetap dilaporkan ke Balitbangkes Kemenkes RI Jakarta secara online sehingga tidak melebar kemana-mana.

“Kita tetap satu pintu, hasil pemeriksaan swab yang dilakukan dikirim ke Pemerintah Pusat dan mereka yang mengumumkan nantinya,” terang Runtung.

Ia menuturkan, walau RS USU telah resmi melakukan pengujian terhadap swab pasien suspect Covid-19 tetapi masih ada keterbatasan. Pasalnya, saat ini reagensia yang tersedia hanya untuk 330 pasien.

“Stok reagensia yang ada di RS USU hanya bisa digunakan untuk 330 pasien. Meski demikian, kami berterima kasih kepada gubernur Sumut karena sebelum habis reagensia ini, mudah-mudahan sudah ada bantuan kepada RS USU. Sebab, karena tanpa reagensia kami tidak bisa melakukan pengujian swab,” jelas dia.

Oleh karenanya, kata Runtung, RS USU masih membutuhkan bantuan reagensia. Apalagi, dalam satu hari sudah menerima 40 swab.

“Ini baru hari pertama, sudah 40 swab diterima. Kita tidak tahu esok hari, lusa dan ke depannya, bisa terjadi peningkatan. Kalau kita katakan menolak untuk memeriksa swab dikarenakan tidak adanya reagensia yang merupakan bahan habis pakai, masyarakat luas berasumsi RS USU itu bohong,” tuturnya.

Maka dari itu, ia berharap kepada Pemerintah Pusat agar segera mengirimkan tambahan reagensia ke RS USU.

“Sebenarnya kami sudah berupaya untuk membeli reagensia ini, namun karena menjadi rebutan (dibutuhkan) sehingga baru diterima untuk 33 pasien (dari yang dipesan untuk 1.000 pasien),” ujarnya.

Runtung menambahkan, alat PCR di laboratorium RS USU yang siap melakukan pengujian swab ada 2 unit.

Namun, dalam waktu dekat akan bertambah lagi 2 unit milik Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Kemenkes RI beserta tim medisnya yang berkantor sementara di RS USU. Dengan demikian, jika nantinya sudah tiba maka ada 4 unit alat PCR yang bisa digunakan.

Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi yang meresmikan laboratoriun tersebut mengatakan, selama ini untuk mengetahui secara pasti apakah warga Sumut terpapar virus corona, dilakukan beberapa tahap pemeriksaan kesehatan, yakni melalui dua kali pemeriksaan rapid test dan kemudian mengambil swab lalu dikirim ke Balitbangkes Kemenkes RI Jakarta.
Tahapan pemeriksaan kesehatan tersebut dilakukan terhadap Pasien Dalam Pengawasan (PDP) yang mengalami gejala, maupun tidak ada gejala, tetapi memiliki kontak erat dengan penderita Covid-19.

“Pada hari ini real time laboratorium PCR yang kita resmikan di RS USU mulai kita buka. Dengan demikian, berarti sudah bisa kita umumkan kondisi orang yang kita cek,” ujar Edy didampingi Ketua DPRD Sumut Baskami Ginting dan Kepala Dinkes Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan saat meninjau laboratorium PCR di lantai 4 RS USU, Jumat (17/4).

Kata Edy, laboratorium PCR RS USU merupakan satu-satunya di Sumut yang melakukan pemeriksaan swab. Dengan laboratorium tersebut, ada kejelasan masa inkubasi virus yang dikatakan selama 14 hari sehingga dapat mempersingkat waktu.

“Khusus di RS USU ini ada 5 ruang isolasi bagi PDP. Sedangkan secara keseluruhan terdapat 250 kamar isolasi yang stand by di Sumut. Harapan saya, kamar isolasi tersebut tidak terpakai. Namun, apapun alasannya tetap harus disiapkan,” ungkapnya.

Diutarakan Edy, dalam penanganan pandemi Covid-19 di Sumut ini telah membuat berbagai perencanaan hingga ke tingkat Puskesmas yang berjumlah sekitar 700 lebih di Sumut.

“Puskesmas ini kita siapkan APD (Alat Pelindung Diri) untuk menerima keluhan dari masyarakat yang berstatus ODP (Orang Dalam Pemantauan).
Apabila ODP ini tak bisa ditangani dan mengalami gejala-gejala penyakit corona, maka kemudian dikirim ke rumah sakit rujukan yang ada di daerah. Namun, jika kondisinya penuh maka harus segera dikirim ke Medan,” katanya.
“Apabila dalam 1 alat PCR bisa memeriksa hingga 30 swab, maka sehari dapat menguji 120 spesimen,” pungkasnya.

Reporter: Saut Hutasoit
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles