13.5 C
New York
Tuesday, May 14, 2024

Akhyar Nasution: Saya Bukan Politainment

Medan, MISTAR.ID

Sesuai janji, Selasa (15/12/20) pagi Akhyar Nasution menerima Mistar di rumahnya di Jalan Intertip Medan. Ia sudah berseragam lengkap sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Medan.

Di teras rumah pribadi model minimalis ini, Akhyar juga sedang menerima tamu. Ia mempersilahkan Mistar bergabung. Wajah Calon Wali Kota Medan ini tampak lelah. Namun sesekali senyumnya berkembang saat mengobrol dengan dua tamu lainnya. Tetapi wajahnya lebih sering serius mendengar.

Kepada Mistar ia bercerita banyak soal Pilkada Kota Medan. Namun ia meminta Mistar agar lebih sensitif melihat situasi, ada hal yang pantas diberitakan, ada juga yang sebaiknya tidak usah direkam.

Baca Juga:21 Kecamatan Sudah Tuntaskan Rekapitulasi, Bobby-Aulia 53,5 % dan Akhyar-Salman 46,5 %

Berulangkali ia menegaskan bahwa dirinya bukanlah politainment (politik entertainment). Backgroundnya sebagai sarjana teknik membuatnya lebih mengedepankan fakta dan data, walau itu pahit dan tidak menyenangkan banyak orang. “Kalau memang hitam ya dibilang hitam, putih ya putih, ngak bisa aku bilang abu-abu untuk menyenangkan orang,” ujar Akhyar dengan sorot mata tajamnya.

Hal ini, kata Akhyar yang menyebabkannya dilabeli sebagai seorang pemarah dan emosional. Secara teori, menurut ahli politik dan komunikasi, David Schultz dan Justus Nieland, politainment mereduksi segala hal yang penting. Politik bukan lagi masalah program dan data, bukan lagi kredibilitas dan kapabilitas.

Disisi lain Akhyar juga memastikan apa yang dilakukannya semua dalam kerangka “pengabdian dan ibadah”. Ia ikut bertarung di pilkada untuk pengabdian dan ibadah.

Baca Juga:Akhyar-Salman Akui Kekalahan di Pilkada Medan

Berikut tanya jawab Mistar (M) dengan Akhyar Nasution (A):

M: Bagaimana bapak menilai pelaksanaan Pilkada lalu?
A: Kalau aku jawab, nanti kalian menilainya tidak objektif. Aku merasakan, tapi kalau aku mengatakan ini segala macam, nanti bisa dituduh ngak legowo, ngak bisa move on…. tapi semuanya sudah aku simpulkan, the invisible hands itu sangat banyak

M: The invisible hands yang bapak maksudkan itu siapa?
A: Jangan tanya aku lah…. kalian yang mencari, ngak bisa kujawab itu.
M: Kemarin Kemendagri telah membantah itu?
A: Biar aja mereka membantahnya.

Akhyar justru mengajak media untuk mencari tahu apa yang dia sebut invisible hands. Sumber-sumbernya banyak sehingga mudah digali.

Baca Juga:Real Count 1.300 dari 4.303 TPS di Medan, Akhyar-Salman Unggul

M:Bagaimana bapak melihat pilkada kali ini dengan pilkada lima tahun lalu?
A: Ya lima tahun lalu, Eldin-Akhyar menang, sekarang kalah, ya itu aja (sambil tertawa).
M: Bapak merasa pilkada ini dicurangi?
A: Saya tidak pernah berkata dicurangi…. so many invisible hands.
M: Apakah jauh hari bapak sudah melihat hal itu? Tetapi bapak tetap mengikuti pilkada?
A: Yes, ya karena apa? Nawaitu (niat, red) saya mengikuti pilkada adalah pengabdian dan ibadah. Dalam ruang itulah saya bergerak, maka seberat apapun cobaan, tantangan dan hambatan, saya akan hadapi.

M: Sehari setelah hari pencoblosan, bapak telah mengumumkan perolehan suara 48 persen hasil penghitungan internal, apakah itu pengakuan kalah?
A: Saya tidak mengatakan itu (pengakuan kalah). Itu pencapaian yang diperoleh, ya sudah diumumkan.
M: Alasannya harus diumumkan?
A: Lho aku kan seorang gentlemen, bukan pengecut. Aku gentlemen….

Baca Juga:Akhyar-Salman Tunggu Hasil Real Count Timnya

M: Ke depan apa yang ingin bapak lakukan?
A: Naiwaituku kan jelas, pengabdian dan ibadah. Pengabdian kan banyak jalannya. Banyak… ngak perlu berhenti di sini. Bisa dalam bentuk sosial kemasyarakatan. Mungkin karena hobiku nanam menanam, mungkin nanti aku bergabung dengan kelompok-kelompok penghijauan.
M: Adakah rencana untuk bertarung dalam pemilihan legislatif nantinya?

A: Ngak kupikirkan itu, aku ngak pernah mikirkan jabatan, karena tujuanku hanya untuk pengabdian dan ibadah. Itu saja.

Selama wawancara, Akhyar terlihat santai. Ia beberapa kali berbicara dengan nada tinggi untuk menegaskan hal yang disampaikannya.

Satu jam wawancara, Akhyar mohon pamit karena sudah ditunggu dalam sebuah acara. Ajudannya sesekali tampak mengingatkan waktu. “Terima kasih ya,” kata Akhyar. (edrin/hm12)

Related Articles

Latest Articles