14.4 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Ada Varian Baru Covid-19, Strategi Investasi Harus Berubah

Medan, MISTAR.ID

Indeks bursa saham pada akhir pekan kemarin mengalami penurunan kinerja yang buruk. Bukan hanya di Indonesia, tetapi setiap negara di belahan dunia yang lain juga mengalami nasib yang serupa. Kekhawatiran munculnya Omicron atau varian baru Covid-19 membuat pelaku pasar khawatir dengan potensi kemungkinan memburuknya kinerja pasar keuangan global.

Menurut pengamat ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin, pasar saham menjadi salah satu yang paling menderita. Kemunculan Omicron telah membuat kinerja pasar keuangan global terpuruk cukup dalam. Respon dari beberapa negara yang melakukan lockdown menjadi awal bahwa akan ada banyak kinerja perusahaan yang kembali mengalami penurunan.

“Saya menilai investor di pasar saham akan kembali selektif dalam memilih sahamnya. Sektor farmasi, rumah sakit, maupun saham yang memiliki hubungan kuat dengan dunia kesehatan berpeluang untuk kembali mengalami kenaikan. Jadi pelaku pasar akan kembali masuk ke sektor-sektor tersebut seiring dengan memburuknya kondisi ekonomi global akibat kemunculan Omicron,” katanya, Minggu (28/11/21).

Baca Juga:Kemenkumham Batasi Orang Asing Masuk RI Cegah Covid-19 Varian Baru

Gunawan menjelaskan, bisa saja indeks bursa saham dunia tanpa terkecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang untuk mengalami koreksi. Akan tetapi di sisi lain, sejumlah saham tertentu tetap akan berpeluang mencetak keuntungan.

Sehingga investor akan beralih fokusnya ke saham-saham yang berpotensi memberikan keuntungan. Salah satunya adalah sektor kesehatan dan sektor lain yang berhubungan, baik langsung atau tidak langsung.

“Selain saham, investor akan melihat juga kinerja mata uang sebagai acuan selanjutnya di pasar keuangan. Sejauh ini, kinerja mata uang Rupiah mengalami tekanan seiring kekhawatiran investor saat kemunculan Omicron. Di sisi lain US Dolar juga berpeluang untuk mengalami penguatan seiring meningkatnya laju tekanan inflasi ditambah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan, dan kebijakan pengurangan pembelian aset oleh pemerintah AS (tapering),” bebernya.

Baca Juga:WHO Namai Varian Baru Covid-19 Afsel Omicron

Begitupun, pasar keuangan global berpeluang untuk mengalami guncangan jika penyebaran Omicron terus memburuk dan mengakibatkan tindakan penguncian wilayah di banyak negara. Hal ini berpeluang menjadi kabar buruk bagi siapapun.

“Mata uang menjadi fokus kita selanjutnya untuk melihat perubahan yang mungkin memberikan dampak ataupun pukulan bagi kinerja aset yang lainnya. Di pasar domestik, pelemahan Rupiah akan lebih dikaitkan dengan kenaikan risiko memburuknya sejumlah instrumen investasi. Walaupun sejak pandemi Covid-19 berlangsung, Rupiah sempat melemah di atas Rp16 ribu per US Dolar, tetapi Rupiah mampu berbalik menguat. Namun, Omicron telah menciptakan ketidakseimbangan baru. Apa saja mungkin terjadi nantinya,” terangnya. (anita/hm14)

Related Articles

Latest Articles