10.6 C
New York
Thursday, April 18, 2024

13 Komjen Bersaing Dalam Bursa Kapolri, Ini Nama-namanya

Medan, MISTAR.ID

Bursa calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) sejak beberapa pekan terakhir semakin ramai. Saat ini ada 13 perwira tinggi Polri berpangkat Komisaris Jenderal (Komjen) yang bisa ikut dalam bursa pengganti Jenderal Idham Azis, yang akan pensiun akhir Januari 2021.

Demikian disampaikan Presidium Indonesia Police Wacth Neta S Pane dalam siaran pers yang diterima Mistar, Senin (30/11/20). Menurutnya, dari 13 Komjen itu, sebanyak enam orang bertugas di internal Polri dan delapan lainnya bertugas di luar Polri.

Meski Komjen yang bertugas di internal Polri lebih berpeluang menjadi Kapolri, tapi para Komjen yang bertugas di luar kepolisian juga tetap memiliki peluang yang cukup besar. “Sutanto, Dai Bachtiar dan Tito Karnavian masuk menjadi Kapolri setelah bertugas di luar Polri, yakni di BNN dan BNPT,” ujarnya.

Saat inipun ada dua Komjen yang bertugas di luar Polri yg berpeluang besar menjadi Kapolri, yakni Kepala BNPT Komjen Boy Rafly dan Sestama BIN Komjen Bambang Sunarwibowo.

Baca Juga:Bursa Calon Kapolri Mencuat Jelang Jenderal Idham Azis Pensiun Awal 2021

Boy Rafly pernah menjadi Humas, Kapolda Banten, dan Kapolda Papua serta Kepala BNPT. “Maraknya isu isu terorisme tentu membuka peluang bagi Boy untuk memimpin kepolisian. Sebaliknya, keberadaan Bambang Sunarwibowi yang pernah bertugas di Asrena Polri dan Sestama BIN juga membuka peluangnya untuk memimpin Polri,” katanya lagi.

Selain itu, kondisi Indonesia yang kerap dalam ancaman konflik, gerakan intoleransi, terorisme dan sebagainya, tentu membutuhkan antisipasi dan deteksi dini yang benar-benar prima dan akurat dari seorang perwira yang pernah bertugas di BIN.

Selain dari eksternal ada tiga Komjen dari internal Polri yang berpeluang besar menjadi Kapolri. Mereka adalah Wakapolri Komjen Gatot Edi yang pernah menjadi Asrena Polri dan Kapolda Metro Jaya serta berpengalaman mengendalikan situasi Jakarta saat Pilpres 2019.

Kabaharkam Komjen Agus Andriyanto yang pernah bertugas di daerah keras sebagai Kapolda Sumut, dan Kabareskrim Komjen Sigit Listyo yang pernah menjadi Ajudan Presiden Jokowi dan Kapolda Banten.

IPW menilai, dari 13 Komjen itu hanya 5 Komjen yang mempunyai peluang besar untuk menjadi Kapolri. Selebihnya ada sejumlah kendala, misalnya faktor angkatan yang lebih senior dari Kapolri Idham dan masa dinas yang hampir pensiun, dan faktor lainnya.

Baca Juga:Bursa Calon Kapolri, Ini Kata Lemkapi

Inilah peta kekuatan 13 Komjen Polri:

1. Wakapolri Gatot Edi (Akpol 88 A, lahir 28 Juni 1965, masa dinas 30 bulan lagi, dan pernah menjadi Kapolda Metro Jaya).

2. Irwasum Agung Budi (Akpol 87, lahir 19 Februari 1965, masa dinas 26 bulan lagi, dan pernah menjadi Kapolda Jabar). Akpol 87 menjadi kendala mengingat Kapolri Idham Azis adalah juniornya di Akpol 88 A.

3. Kabareskrim Sigit Listyo (Akpol 91, lahir 5 Mei 1969, masa dinas 78 bulan lagi, dan pernah menjadi Kapolda Banten). Muncul kontroversial terhadap keberadaannya, di antaranya masa pensiun yg masih cukup lama, yakni hingga Mei 2027.

4. Kabaintelkam Rycko AD (Akpol 88 B, lahir 14 Agustus 1966, pernah menjadi Kapolda Sumut, Gubernur Akpol, dan Kapolda Jateng). Muncul pertanyaan, mungkinkah terjadi mantan ajudan Presiden SBY akan menjadi Kapolri era Jokowi.

5. Kabaharkam Agus Andriyanto (Akpol 89, lahir 16 Februari 1967, pernah menjadi Kapolda Sumut).

6. Kalemdikpol Arief Sulistyanto (Akpol 87, lahir 24 Maret 1965, pernah menjadi Kapolda Kalbar, Deputi SDM, dan Kabareskrim). Akpol 87 menjadi kendala mengingat Kapolri Idham Azis adalah juniornya di Akpol 88 A

7. Kepala BNPT Boy Rafli (Akpol 88 B, lahir 25 Maret 1965, pernah menjadi Kapolda Banten dan Kapolda Papua).

8. Kepala BNN Heru Winarko (Akpol 85, lahir 1 Desember 1962, masa dinas tinggal hitungan hari, dan pernah menjadi Kapolda Lampung).

9. Ketua KPK Firli Bahuri (Akpol 90, lahir 8 Nopember 1963, masa dinas tinggal setahun lagi, dan pernah menjadi Kapolda Sumsel).

10. Waka BSSN Dharma Porengkun (Akpol 88A lahir 12 Januari 1966, dan belum pernah menjadi Kapolda).

11. Sestama Lemhanas Didi Widjarnadi (Akpol 86, lahir 14 Januari 1963, masa dinas tinggal 1,5 bulan lagi).

12. Sestama BIN Bambang Sunarwibowo (Akpol 88 B, lahir 24 Mei 1966, pernah menjadi Asrena, dan belum pernah menjadi Kapolda).

13. Irjen Depkumham Andal BR (Akpol 88 B, lahir 23 Juni 1966, pernah menjadi Kapolda Sultra, Maluku, dan Kapolda Kepri).

Baca Juga:KETUA DPR PASTIKAN UJI KELAYAKAN CALON KAPOLRI PEKAN INI

Dari pantauan IPW, bursa calon Kapolri saat ini makin riuh. Sebab masing-masing calon yang diunggulkan melakukan manuver dan berbagai aksi gerilya. Mulai dari lobi-lobi tingkat tinggi, membuat berbagai kegiatan menyangkut kinerja unit kerjanya, hingga even-even yang membuat si calon mendapat penghargaan.

“Semua manuver itu ujung-ujungya pencitraan agar si calon bisa dilirik Presiden Jokowi yang punya hak prerogatif dalam memilih Kapolri pengganti Idham Azis,” kata Neta.

Bagi kalangan internal Polri yang paham dengan manuver dan aksi gerilya tersebut, tingkah para bakal calon itu membuat kegelian sendiri di institusi kepolisian.

Sebab, gerilya mereka tak lebih seperti orang cari muka. Gerilya itu makin ketat tak kalah Minggu ini akan ada pergantin kepala BNN, sehingga akan ada bintang dua masuk menjadi bintang tiga. Artinya, persaingan dalam bursa Kapolri makin ketat.

Baca Juga:Ini Dia Para Jenderal Calon Terkuat Kapolri

“Pada dasarnya, semua bintang tiga di Polri, ada 13 orang, berpeluang menjadi Kapolri. Meski demikian IPW hanya melihat empat atau lima bintang tiga yg berpeluang kuat masuk bursa dan akan masuk penjaringan Wanjakti polri untuk menjadi calon Kapolri, yang nantinya akan dipilih dua nama untuk diserahkan kepada presiden. Presiden akan memilih satu nama, untuk dilakukan uji kepatutan di Komisi III DPR,” tandasnya.

Melihat persoalan Polri makin rumit ke depan, IPW berharap, Jokowi memilih figur yang punya pengalaman dan jam terbang yang mumpuni, serta pernah menjadi Kapolda di Jawa sehingga instingnya dalam menjaga keamanan nasional sudah terlatih.

Persoalan berat yang dihadapi Kapolri ke depan justru persoalan di internalnya dan bukan di eksternal. Persoalan kelebihan jenderal, Kombes dan AKBP di Polri adalah persoalan pelik yang jika tidak ditangani akan memunculkan sikut menyikut di kalangan internal.

Baca Juga:Kapolres Batu Bara Pimpin Penandatanganan Fakta Integritas Penerimaan Calon Bintara Polri

Persoalan mentalitas yang berbuntut tidak promoternya anggota Polri dalam penegakan hukum juga masalah berat yang tak mudah diatasi.

Neta melihat tidak adanya evaluasi menyeluruh terhadap fasilitas dan sarana prasarana Polri juga membuat kepolisian Indonesia seperti tidak terarah, terutama alutsista, IT, dan teknologi kepolisian.

“Begitu juga tidak adanya evaluasi terhadap Grand Desain Polri membuat motto Polri yang promoter hanya menjadi sebuah kata kosong yang ke depan harus ditata ulang Kapolri baru, agar Polri benar benar menjadi polisi yang modern,” beber Neta.(edrin/hm10)

Related Articles

Latest Articles