7.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Wartawan Afghanistan Mendapat Kekerasan dari Taliban Saat Meliput Demo

Kabul, MISTAR.ID
Sebanyak dua wartawan Afghanistan mendapat kekerasan fisik saat meliput aksi protes di ibu kota Afghanistan. Kedua tersebut mengalami luka memar dan luka parah setelah dipukuli serta ditahan selama berjam-jam oleh militan Taliban.

Pasangan itu ditangkap saat demonstrasi pada Rabu dan dibawa ke kantor polisi di ibu kota, di mana mereka mengatakan mereka dipukuli dan dipukul dengan tongkat, kabel listrik dan cambuk setelah dituduh mengorganisir protes.

“Salah satu Taliban meletakkan kakinya di kepala saya, membenturkan wajah saya ke beton. Mereka menendang kepala saya. Saya pikir mereka akan membunuh saya,” kata fotografer Nematullah Naqdi kepada AFP, Kamis 9 September 2021.

Baca juga: Aliansi Anti Kekerasan Terhadap Jurnalis Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Kekerasan Terhadap Jurnalis Nurhadi

Terlepas dari janji-janji rezim yang lebih inklusif, Taliban telah bergerak untuk memadamkan oposisi yang menjamur terhadap kekuasaan mereka.

Pada Rabu malam mereka menyatakan demonstrasi ilegal kecuali jika izin telah diberikan oleh kementerian kehakiman.

Naqdi dan rekannya Taqi Daryabi, seorang reporter, yang sama-sama bekerja untuk Etilaat Roz (Harian Informasi) ditugaskan untuk meliput protes kecil di depan kantor polisi di Kabul oleh para perempuan yang menuntut hak atas pekerjaan dan pendidikan.

Naqdi mengatakan, dia didatangi oleh seorang anggota militan Taliban segera setelah dia mulai mengambil gambar.

“Mereka bilang ‘Kamu tidak bisa syuting’,” kata Naqdi.

“Mereka menangkap semua orang yang merekam dan mengambil ponsel mereka,” tegasnya kepada AFP.

Naqdi mengatakan, Taliban mencoba mengambil kameranya, tetapi dia berhasil memberikannya kepada seseorang di antara kerumunan.

Namun, tiga militan Taliban menangkapnya, dan membawanya ke kantor polisi di mana pemukulan dimulai.

Dianggap musuh
Naqdi menyebutkan bahwa pihak Taliban yang menyerangnya menuduh dia sebagai penyelenggara demonstrasi. “Kemudia Taliban mulai menghina saya, menendang saya,” kata Naqdi.

Dia bertanya mengapa dia dipukuli, hanya untuk diberitahu: “Kamu beruntung, tidak dipenggal”.

Baca juga: Semua Bank di Afghanistan Tutup Sejak Taliban Berkuasa, Warga Kini Tak Punya Uang Tunai

Naqdi akhirnya dibawa ke sel yang penuh sesak di mana ia menemukan rekannya, Daryabi, yang juga telah ditangkap dan dipukuli.

“Kami sangat kesakitan sehingga kami tidak bisa bergerak,” ucap Daryabi.

Beberapa jam kemudian pasangan itu dibebaskan tanpa penjelasan. Selama dalam perjalanan mereka terus menerus dihina.

“Mereka melihat kami sebagai musuh,” ujar Taqi.
Taliban telah mengklaim mereka akan menjunjung tinggi kebebasan pers -,sejalan dengan prinsip-prinsip Islam yang tidak ditentukan,- meskipun wartawan semakin dilecehkan meliput protes di seluruh negeri.

Dalam beberapa hari terakhir, lusinan wartawan telah melaporkan dipukuli, ditahan atau dicegah untuk meliput protes, sebuah pertunjukan perlawanan yang tidak terpikirkan di bawah rezim terakhir Taliban pada 1990-an.

Sebagian besar adalah jurnalis Afghanistan, yang lebih sering dilecehkan oleh Taliban daripada media asing.

Protes tersebut membuktikan ujian awal bagi Taliban, yang setelah mengambil alih kekuasaan pada 15 Agustus menjanjikan pemerintahan yang lebih toleran dan bekerja untuk “perdamaian dan kemakmuran negara”.

Zaki Daryabi, kepala surat kabar Etilaat Roz, mengatakan kata-kata Taliban terdengar hampa.

“Pidato resmi ini benar-benar berbeda dari kenyataan yang dapat diamati di lapangan,” pungkas Daryabi kepada AFP. (medcom/hm06)

Related Articles

Latest Articles