10.1 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Terungkap, Pangeran Yordania Minta Arab Saudi Bantu Kudeta Raja

Amman, MISTAR.ID
Sejumlah media Yordania melaporkan, Awadallah memiliki kedekatan dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salam. Dokumen dakwaan menyatakan, Awadallah “dekat dengan pejabat kerajaan Saudi” dan memiliki jaringan kontak di luar negeri.

Bahkan, Pangeran Hamzah bin Hussein dari Yordania disebut meminta dukungan Arab Saudi untuk menggulingkan kakak tirinya yang saat ini menjadi pemimpin kerajaan, Raja Abdullah II.

Hal itu terungkap dalam dakwaan pengadilan dua tersangka kaki tangan Hamzah yang dirilis, Minggu (13/6/21).

“Pangeran Hamzah bertekad memenuhi ambisi pribadinya untuk memerintah, yang melanggar konstitusi dan kebiasaan Kerajaan Hashemite,” bunyi dokumen dakwaan tersebut. “Agar berhasil, dia (Pangeran Hamzah) berusaha mengeksploitasi keprihatinan dan masalah penduduk untuk membangkitkan hasutan dan frustrasi di masyarakat.”

Baca Juga:Penyair Myanmar Dibunuh karena Melawan Kudeta Militer

Kedua terdakwa kaki tangan Hamzah itu terdiri dari mantan Kepala Istana Kerajaan, Bassem Awadallah, yang juga berkewarganegaraan Saudi, dan mantan utusan khusus kerajaan, Sharif Hassan bin Zaid. Keduanya disebut dekat dengan kerajaan Saudi.

Awadallah dan Hassan menghadapi persidangan di Pengadilan keamanan Negara akhir Juni 2021 mendatang. Menurut tim pengacara, keduanya terancam 20 tahun penjara jika terbukti bersalah. Namun, sebagaimana dilansir AFP, Pangeran Hamzah sendiri tidak akan diadili terkait upayanya “mengguncang keamanan kerajaan.”

Pihak berwenang mengatakan, kasus Pangeran Hamzah telah diselesaikan secara kekeluargaan di antara anggota Kerajaan Hashemite.

Baca Juga:Pascakudeta Militer, Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Mali

Sementara itu, Saudi dengan cepat menyangkal tuduhan tersebut. Riyadh menyatakan “dukungan penuh” untuk Yordania dan keputusan yang diambil oleh Raja Abdullah II dan mantan Putra Mahkota Hamzah untuk menjaga keamanan dan stabilitas.

Secara terpisah, Pangeran Hamzah dilaporkan sangat prihatin dengan sikap Riyadh atas drama kerajaan yang menyeretnya itu. “Jika sesuatu yang buruk terjadi pada saya di Yordania, apakah pejabat Saudi akan membantu saya atau tidak?” ucap Hamzah kepada Awadallah menurut dokumen dakwaan.

Pangeran Hamzah sempat dituduh hendak melakukan rencana jahat untuk mengguncang negara kerajaan tersebut. Pangeran Hamzah sempat ditangkap dan menjadi tahanan rumah sekitar awal April lalu karena alasan keamanan dan stabilitas di Yordania.

Baca Juga:Demo Tolak Kudeta di Tokyo, Dua Diplomat Myanmar Dipecat

Pemerintah Yordania mengklaim Pangeran Hamzah berhubungan dengan pihak asing untuk mengguncang negara itu. Amman mengklaim telah menyelidiki Pangeran Hamzah selama beberapa waktu terakhir.

Namun, Hamzah sendiri membantah melakukan konspirasi. Pangeran Hamzah akhirnya berjanji setia kepada Raja Abdullah II tak lama setelah ditahan. Pangeran Hamzah merupakan putra tertua mendiang Raja Hussein dan Ratu Noor. Setelah ayahnya meninggal, Yordania dipimpin saudara tirinya, yakni Raja Abdullah.(cnn/hm10)

Related Articles

Latest Articles