11.7 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Ribuan Migran Honduras Bentrok Dengan Aparat

Guatemala City, MISTAR.ID

Perjalanan ribuan migran asal Honduras yang hendak menyeberang ke Amerika Serikat terhenti. Aparat keamanan Guatemala memukul mundur ribuan migran yang mencoba menerobos perbatasan untuk mencapai Amerika Serikat (AS).

Melansir media pada Minggu (17/1/21), pasukan keamanan mengepung karavan migran di sebuah jalan di kota Vado Hondo, Guatemala Tenggara, dekat perbatasan dengan Honduras. Mereka kemudian menembakkan gas air mata untuk membubarkan kelompok yang berniat menuju “Negeri Paman Sam” dengan berjalan kaki tersebut.

Di tengah ledakan gas dan tabung asap yang memekakkan telinga, banyak migran mundur. Beberapa menunggu di dekat lokasi bentrokan untuk melakukan upaya baru nanti. Sementara yang lain melarikan diri ke pegunungan terdekat. Beberapa menjatuhkan barang-barang mereka berserakan saat lari dari bahaya.

Baca juga: Tolak Pemakaman Covid-19, Warga Honduras Bentrok dengan Polisi

Tentara berseragam dengan pentungan dan perisai plastik memukul mundur satu kelompok yang mencoba menerobos barisan pengamanan. Seorang pejabat kesehatan daerah, yang tidak menyebutkan namanya, mengatakan beberapa migran dipukul dan terluka. Pasukan keamanan Guatemala berada di bawah perintah ketat, untuk tidak membiarkan siapa pun lewat. Alasannya untuk mengendalikan penyebaran virus corona.

Sementara migran Honduras mengatakan mereka putus asa untuk keluar dari kemiskinan, pengangguran, kekerasan geng dan narkoba. Apalagi dua badai dahsyat baru menimpa negara Amerika Latin itu akhir tahun lalu. Para migran berangkat dari Honduras minggu lalu. Mereka bermaksud melintasi Guatemala dan Meksiko untuk mencapai AS, menempuh perjalanan ribuan kilometer yang sulit.

“Mereka tidak punya hati, kami mempertaruhkan nyawa kami,” keluh Dixon Vazquez, 29 tahun. Dia memohon kepada pemerintah Guatemala untuk membiarkan kelompok itu terus berjalan. “Tidak ada pekerjaan di Honduras,” katanya.

Tidak ada pekerjaan ataupun makanan menurut Dania Hinestrosa, seorang pekerja rumah tangga berusia 23 tahun bermigrasi dengan putrinya. Dia mengatakan terpaksa meninggalkan satu anak lagi berusia tiga dan anak kembar berusia empat tahun di Honduras.

“Kami tidak punya pekerjaan, atau makanan, jadi saya memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat,” kata Hinestrosa. Tetapi Kepala Migrasi Guatemala, Guillermo Diaz pada Sabtu bersikeras kelompok itu tidak akan bisa lewat, dan mendesak para migran untuk kembali.

Baca juga: Honduras Siapkan Kuburan Massal

“Siapa pun yang ingin memasuki Guatemala membutuhkan dokumen perjalanan resmi dan tes Covid-19 negatif,” katanya dalam sebuah video. Diaz mengklaim informasi intelijen menunjukkan bahwa anggota geng kejahatan terorganisir telah menyusup dalam kelompok migran.

Menurut otoritas migrasi, hampir 1.400 orang dari karavan sebelumnya telah dikembalikan ke Honduras pada Minggu, termasuk 192 anak-anak. Para pejabat mengatakan sedikitnya 6.000 orang telah tiba di Vado Hondo, dari sekitar 9.000 orang yang meninggalkan Honduras dalam beberapa hari terakhir.

Kelompok pertama berisi pria, wanita dan anak-anak. Banyak dari mereka mengenakan masker karena pandemi. Mereka melewati polisi di perbatasan di El Florido pada Jumat, kata seorang koresponden media.

Seorang pejabat polisi mengatakan kelompok pertama diizinkan masuk Guatemala karena ada banyak keluarga dengan anak-anak. Mereka mengatakan petugas khawatir gas air mata bisa menimbulkan korban. Aparat perbatasan meminta surat-surat kepada para migran dan bukti tes virus corona negatif.

Tetapi tampaknya banyak juga yang dibiarkan, meski tidak memenuhi persyaratan itu. Mereka tertahan di Vado Hondo sejak Sabtu malam, kemajuan perjalanan mereka melambat karena medan pegunungan.

Supremasi hukum Pemerintah Guatemala dalam sebuah pernyataan mengecam apa yang dikatakannya sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasionalnya. Pemerintah Honduras didesak untuk “menahan kepergian besar-besaran penduduknya, melalui tindakan pencegahan permanen.”

Baca juga: 600 Lebih Jurnalis Meninggal karena Covid-19

Para migran mengharapkan sambutan baik di Amerika Serikat di bawah pemerintahan Joe Biden, setelah bertahun-tahun kebijakan anti-imigran yang keras diterapkan Donald Trump. Tetapi pihak berwenang AS telah memperingatkan kelompok tersebut. Mark Morgan, Pejabat Komisaris Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS, mendesak para migran pekan lalu untuk tidak membuang waktu dan uang mereka.

“Komitmen AS terhadap supremasi hukum dan kesehatan masyarakat tidak terpengaruh oleh perubahan administrasi,” katanya dalam sebuah pernyataan. Guatemala, Meksiko dan Honduras memiliki kesepakatan dengan AS untuk menghentikan arus migrasi ke utara.

Lebih dari selusin karavan berisi ribuan migran, telah berangkat dari Honduras sejak Oktober 2018. Tapi semuanya berhadapan dengan ribuan penjaga perbatasan AS dan tentara di bawah perintah Trump, yang menyebut beberapa imigran dari Meksiko sebagai “pemerkosa” dan penjahat.

Pemerintah Meksiko mengatakan tidak akan mengizinkan masuknya karavan migran mana pun secara ilegal. Sebanyak 500 petugas imigrasi telah dikerahkan ke negara bagian perbatasan Chiapas dan Tabasco. (kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles