17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Ratu Kecantikan Myanmar Melawan Kekejaman Junta Militer

Bangkok, MISTAR.ID

Miss Grand Myanmar Han Lay bersuara lantang menentang aksi dugaan kekejaman junta militer di negaranya. Hal itu diungkapkannya saat berpidato di ajang kontes kecantikan Miss Grand International 2020 di Thailand beberapa waktu lalu. Pidatonya langsung menarik perhatian publik.

“Hari ini, di negara saya Myanmar … banyak sekali orang yang sekarat,” ujarnya di ajang Miss Grand International 2020 di Thailand, pekan lalu. “Tolong bantu Myanmar. Kami sangat membutuhkan bantuan internasional dari Anda sekarang.”

Satu bulan sebelumnya, Han Lay, 22 tahun, turun ke jalanan Yangon, kota terbesar Myanmar, untuk berunjuk rasa menentang militer. Kerusuhan di Myanmar dimulai dua bulan lalu ketika militer merebut kekuasaan di negara itu, membatalkan pemilihan umum demokratis yang dimenangkan dengan telak oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Aung San Suu Kyi.

Baca juga: Myanmar Mencekam! Korban Terus Berjatuhan, PBB Rapat Darurat

Ketika puluhan ribu orang di seluruh negeri turun ke jalan untuk memprotes kudeta, militer menggunakan meriam air untuk membubarkan mereka. Seminggu kemudian, tanggapan militer meningkat menjadi peluru karet dan kemudian peluru tajam.

Hari paling mematikan dalam konflik terjadi Sabtu pekan lalu, ketika lebih dari 100 orang tewas. Salah satu organisasi pemantau menyebutkan jumlah korban tewas secara keseluruhan lebih dari 500. Menurut Save the Children, 43 dari mereka yang tewas adalah anak-anak.

Han Lay, mahasiswa psikologi di Universitas Yangon, memutuskan untuk menggunakan kontes tersebut sebagai kesempatan untuk berbicara tentang tanah airnya di panggung internasional. “Di Myanmar, wartawan ditahan … jadi saya memutuskan untuk angkat bicara,” katanya kepada media dalam wawancara via telepon dari Bangkok.

Sekarang dia khawatir karena pidato dua menit itu dapat membuatnya masuk radar militer. Dia telah memutuskan untuk tinggal di Thailand setidaknya selama tiga bulan ke depan. Han Lay berkata dia tahu sebelum berangkat ke Thailand bahwa ada kemungkinan dirinya akan dalam bahaya dan harus tinggal di sana untuk sementara waktu.

“Saya sangat khawatir akan keamanan saya dan keluarga karena saya banyak bicara tentang militer dan situasi di Myanmar. Di Myanmar semua orang tahu ada batasan ketika berbicara tentang apa yang terjadi,” katanya. “Teman-teman saya meminta saya tidak kembali ke Myanmar.”

Baca juga: Junta Militer Myanmar Makin Menggila Bantai Penduduk Sipil, Oposisi Minta Perlindungan Tentara Pemberontak

Ketakutannya bukan tanpa dasar. Pekan lalu, aparat keamanan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk 18 selebritas, “influencer” media sosial, dan dua jurnalis berdasarkan undang-undang yang melarang materi “yang dimaksudkan untuk membuat anggota angkatan bersenjata memberontak atau mengabaikan tugas mereka”, lansir media pemerintah. Semua orang tersebut telah bersuara menentang kudeta.

Han Lay mengatakan dia belum dihubungi oleh militer atau pejabat lain usai pidatonya, namun dia mengatakan telah mendapat komentar yang mengancam di akun media sosialnya. “Di media sosial mereka mengancam saya, mengatakan ketika saya kembali ke Myanmar …penjara menunggu saya,” katanya.

Dia tidak tahu siapa di balik ancaman itu. Bagaimana pun, sebagian besar komentar media sosial mendukungnya. Dikatakannya, banyak kawan Han Lay sesama mahasiswa yang ikut protes bersama dirinya pada minggu-minggu pertama setelah kudeta telah dipenjara. Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan Tahanan Politik (AAPP), sedikitnya 2.500 orang telah ditangkap dalam tindakan tegas militer. Dan salah satu teman Hay Lay terbunuh.(kompas/hm09)

Related Articles

Latest Articles