14.4 C
New York
Saturday, May 4, 2024

Ratapan Orang Tua Afghanistan, Jual Anak Agar Tidak Kelaparan

Kabul, MISTAR.ID

Kehidupan warga Afghanistan semakin hari semakin menyayat hati. Demi menghidupi keluarga, rela melakukan apa saja. Bahkan, walau hati meratap pedih, anak yang masih kecil pun harus dikorbankan.

Seperti yang dialami Aziz Gul, seorang ibu di Afghanistan, kalut bukan kepayang setelah mengetahui putrinya yang baru berusia 10 tahun telah dijual untuk dinikahkan.

Suami Aziz Gul menjual putri mereka untuk dinikahkan tanpa memberi tahu dirinya agar bisa mendapat uang muka untuk dipakai menghidupi lima anak mereka lainnya.

Sang suami menjual putri mereka sebesar 100 ribu afghani atau Rp14,2 juta. “Kalau tidak (dijual), mereka semua akan kelaparan,” kata Aziz Gul mengutip pernyataan sang suami.

Baca Juga: Bayi-bayi Afghanistan dalam Penguasaan Taliban, Ancaman Kelaparan dan Kematian

Kehidupan Aziz Gul dan keluarga memang tak pernah mudah. Dahulu sebelum Taliban mengambil alih kekuasaan di Afghanistan saja, Aziz Gul dan keluarga sudah luntang-lantung hidup di permukiman kumuh di sebuah gubuk batu bata bersama anak-anaknya.

Saat itu, mereka hidup di tengah ketidakpastian perang antara pemerintah Afghanistan yang didukung Barat dengan Taliban dan kelompok militan lainnya.

Kini, sejak Taliban kembali ke pucuk kekuasaan pada Agustus lalu, hidup Aziz Gul dan keluarga juga tak berubah, bahkan lebih sengsara.

Baca Juga: Mengerikan! Wanita Afganistan Dibakar, Dijual Jadi Budak Seks Dalam Peti Mati

Di bawah rezim Taliban yang serba diselimuti ketidakpastian, Afghanistan terus terperosok pada jurang krisis ekonomi. Krisis pangan dan kelaparan semakin memburuk.

Hingga kini, Taliban belum mendapat pengakuan internasional sebagai pemerintahan sah Afghanistan.

Rezim Taliban juga dikabarkan sedang menuju kebangkrutan lantaran uang kas negara sudah semakin menipis. Sejak Taliban berkuasa, hampir seluruh negara, terutama Barat, memutus relasi dengan Afghanistan dan menghentikan berbagai aliran bantuan.

Berbagai aset Afghanistan yang diparkir di luar negeri seperti di bank sentral Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa juga ikut dibekukan.

Baca Juga: Sadis! Taliban Lakukan Pembunuhan Massal

Krisis yang kini menimpa Afghanistan membuat masyarakat Afghanistan kian terpuruk, terutama kalangan kelas menengah ke bawah. Tak sedikit orang tua terpaksa menjual anak mereka demi mendapatkan uang.

Namun Aziz Gul menentang langkah suaminya. Aziz Gul, yang menikah di usia 15 tahun, bahkan menyatakan akan bunuh diri jika putrinya yang bernama Qandi Gul harus dijual dan menikah dini.

“Saat suami saya mengaku telah menjual Qandi, jantung saya berhenti. Saya berharap saya mati saja kala itu, tetapi mungkin Tuhan tidak ingin saya mati,” tutur Gul seperti dikutip Associated Press pada Jumat (31/12/21).

Mengenakan jilbab biru, Qandi bersembunyi malu-malu di didekat Aziz Gul saat bercerita kepada Associated Press.

“Setiap kali saya mengingat malam itu, saya merasa mati dan hidup kembali,” tambah Aziz Gul.

Aziz Gul bercerita bahwa dia dan suaminya terlibat debat kusir perihal menikahkan Qandi. Sang suami disebut menegaskan bahwa niatnya menjual putri mereka adalah demi mencegah satu keluarga meninggal kelaparan.

“Tapi saya berkata: ‘lebih baik mati daripada apa yang Kamu perbuat’,” ucap Aziz Gul bercerita.

Aziz Gul meminta bantuan saudara laki-lakinya dan tetua desa untuk mengajukan proses perceraian Qandi meski itu artinya ia harus merelakan imbalan belasan juta.

Sementara itu, si suami kabur karena takut Gul akan mengadukannya kepada rezim Taliban yang baru-baru ini melarang pernikahan anak dan paksa.

“Saya sangat putus asa. Jika saya tidak memiliki uang untuk membayar mereka dan tidak dapat menjaga anak saya disamping saya, saya mengatakan saya akan bunuh diri. Namun saya memikirkan anak-anak saya yang lain. Apa yang akan terjadi pada mereka? Siapa yang akan memberi mereka makan?,” tutur Gul.

Tak hanya keluarga Aziz Gul, keputusasaan juga menghampiri keluarga Hamid Abdullah. Sama seperti Aziz Gul, Abdullah terpaksa menjual anaknya demi membiayai istrinya yang sakit dan tengah mengandung anak kelima.

“Kami tidak memiliki makanan untuk dikonsumsi,” tutur Abdullah. Istrinya, Bibi Jan, mengatakan mereka tak memiliki pilihan lain.

“Ketika kami memutuskan ini (menjual anak), itu rasanya seperti seseorang telah mengambil bagian dari tubuh saya,” kata Bibi Jan.

Di daerah Badghis, ada pula keluarga yang tengah mempertimbangkan menjual anak laki-laki 8 tahun mereka, Salahuddin.

Ibunya, Guldasta, mengatakan pada suaminya untuk membawa Salahuddin ke bazaar dan menjual anak itu karena mereka tak memiliki makanan selama berhari-hari.

“Saya tidak ingin menjual anak saya, tetapi saya harus,” kata Guldasta.

Setidaknya 23 juta warga di Afghanistan mengalami kelaparan ekstrem, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebanyak satu juta anak di bawah 5 tahun juga terancam meninggal dunia karena kelaparan.

Kondisi yang sangat parah itu membuat beberapa rumah sakit, yang tak memiliki dana untuk membeli bahan bakar, terpaksa menebang pohon demi menghangatkan kamar pasien. Beberapa kelompok bantuan juga memperingatkan situasi ini akan semakin parah jika komunitas internasional tak bertindak.

Di Rumah Sakit Provinsi Ghor, hampir 100 ibu dan anak datang tiap harinya untuk melakukan pengobatan malnutrisi. Mereka juga mencari pengobatan terhadap penyakit seperti campak, diare, batuk, dan pilek.

“Hari demi hari, situasinya memburuk di negara ini, dan terutama anak-anak menderita,” kata Asuntha Charles, direktur nasional organisasi kemanusiaan World Vision di Afghanistan.

“Hari ini saya sangat sedih karena mengetahui ada keluarga yang bersedia menjual anak-anak mereka untuk memberi makan anggota keluarga lainnya,” tutur Charles.(CNN/hm02)

 

Related Articles

Latest Articles