12.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Putin Tebar Ancaman Tak Mengirim Migas ke Negara Anti-Rusia

Jakarta, MISTAR.ID

Presiden Rusia Vladimir Putin buka suara terkait rencana negara-negara Barat untuk menerapkan tarif batas atas bagi minyak dan gas dari negaranya. Putin menyebut Rusia tak akan tunduk dengan langkah itu.

Dalam sebuah pernyataan di Forum Ekonomi Timur yang dilansir AFP, Putin mengatakan langkah ini merupakan manuver yang bodoh. Ia menegaskan Rusia tak akan mengirim migas ke negara-negara yang menerapkan tarif batas atas itu.

“Kami tidak akan memasok apa pun jika itu bertentangan dengan kepentingan kami, dalam hal ini (kepentingan) ekonomi .Tidak ada gas, tidak ada minyak, tidak ada batu bara, tidak ada bahan bakar minyak, tidak ada apa-apa,” tegasnya di sela sela forum yang diadakan di Vladivostok itu, dikutip Kamis (8/9/22).

Putin menegaskan akan tetap patuh pada kewajiban kontraktualnya dengan negara-negara pembeli minyak dan gasnya. Ia juga berharap negara lain agar menerapkan hal yang sama dan bukan membeli dengan tarif batas atas yang ditentukan G7.

Baca juga:Serangan Rusia Melemah di Ukraina, Putin Kehabisan Energi?

“Mereka yang mencoba memaksakan sesuatu pada kami tidak dalam posisi hari ini untuk mendikte keinginan mereka. Mereka harus sadar,” tegasnya.

Sementara itu, terkait potensi kenaikan harga energi di Eropa menjelang musim dingin akibat kurangnya pasokan Rusia, Putin bersikeras bahwa negaranya tidak akan memasok apa pun di luar kontrak yang ada.

“Mereka punya beberapa solusi. Baik mensubsidi harga tinggi, yang buruk karena tidak akan mengubah perilaku konsumen… atau mengurangi konsumsi,” tambahnya.

“Dari sudut pandang ekonomi, itu benar. Dari sudut pandang sosial itu berbahaya, dapat menyebabkan ledakan. Lebih baik mematuhi kewajiban kontrak, aturan beradab,” tegasnya.

Sebelumnya, usulan mengenai batas atas harga minyak Rusia telah diusulkan G7. Rabu, Komite Eropa, Uni Eropa (UE) juga mengajukan usulan membatasi harga gas Rusia.

Keduanya direncanakan dengan tujuan yakni mengurangi pendapatan Moskow yang diduga digunakan untuk perang di Ukraina. Harga gas alam baru-baru ini melonjak ke level tertinggi di Eropa karena Rusia menghentikan pasokan, diikuti harga minyak mentah meskipun sudah kembali menurun.

Dari data terbaru The Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA), Rusia telah meraup US$ 158 miliar (atau Rp2.354,2 triliun) untuk pendapatan ekspor energi sejak serangannya berlangsung. CREA memperkirakan bahwa UE adalah importir utama eksportir bahan bakar fosil ke Rusia dengan nilai 85,1 miliar euro, disusul China 34,9 miliar euro dan Turki 10,7 miliar euro.

Baca juga:FSB Ungkap Pembunuh Anak Filsuf Alexander Dugin, Putin: Itu Kejahatan Keji

“Melonjaknya harga bahan bakar fosil berarti bahwa pendapatan Rusia saat ini jauh di atas tingkat tahun-tahun sebelumnya, meskipun ada pengurangan volume ekspor tahun ini,” kata organisasi yang berbasis di Finlandia itu, dikutip AFP.

“Ekspor bahan bakar fosil telah menyumbang sekitar 43 miliar euro untuk anggaran federal Rusia sejak awal invasi, membantu mendanai kejahatan perang di Ukraina,” tambah CREA. (cnbc/hm06)

Related Articles

Latest Articles