27.4 C
New York
Friday, May 3, 2024

Polisi Tunisia Tangkap 600 Demonstran

Tunis, MISTAR.ID

Unjuk rasa berakhir rusuh menuntut perbaikan ekonomi di Tunisia berakhir rusuh. Polisi menangkap lebih dari 600 orang pengunjuk rasa yang didominasi oleh kaum muda, Senin (18/1/21).

Kerumunan demonstran berkumpul di pusat ibu kota Tunisia, Tunis, melemparkan batu dan bom bensin ke polisi. Pasukan keamanan menanggapi dengan gas air mata dan meriam air, demikian dikutip dari laman media, Selasa (19/1/21).

Tunisia menghadapi masalah ekonomi yang parah dan sepertiga dari kaum mudanya menganggur. Krisis ekonomi semakin parah akibat pandemi Covid-19. Di luar Tunis, bentrokan dilaporkan terjadi di kota Kasserine, Gafsa, Sousse dan Monastir.

Baca juga: 44 Negara Resmi Terjerumus ke Jurang Resesi

Seorang juru bicara kementerian dalam negeri mengatakan mayoritas dari mereka yang ditangkap sejak gelombang protes dimulaiadalah anak di bawah umur yang telah ditahan karena tindakan vandalisme dan penjarahan. Khaled Hayouni mengatakan dua polisi terluka.

“Ini tidak ada hubungannya dengan gerakan protes yang dijamin oleh hukum dan konstitusi,” kata Hayouni. “Protes berlangsung di siang bolong… tanpa ada tindakan kriminal yang terlibat.”

Bentrokan itu terjadi terutama di daerah berpenduduk padat dan miskin di mana hubungan antara anak muda Tunisia dan polisi secara historis tegang. Ketegangan sosial telah memburuk di bawah tindakan penguncian sporadis dan jam malam diberlakukan sejak Oktober untuk memerangi penyebaran virus corona.

Sebelumnya, para demonstran berkumpul di luar kantor pemerintah di Bourguiba Avenue Tunis, menyerukan mereka yang ditangkap dalam beberapa hari terakhir untuk dibebaskan. Mereka meneriakkan “jangan takut, jangan takut, jalan adalah milik rakyat”.

Baca juga: Ini 42 Negara yang Ekonominya Hancur Akibat Covid-19

Seorang pengunjuk rasa, Sonia, seorang pengangguran yang tidak menyebutkan nama keluarganya menentang pernyataan negara yang menyebut bahwa pengkritik disebut pencuri.

“Mereka menyebut setiap orang yang memprotes sistem tersebut sebagai pencuri. Kami datang dengan pada siang hari dan bukan pada malam hari untuk mengatakan kami menginginkan pekerjaan… kami menginginkan martabat. ”

Amnesty International mendesak pihak berwenang untuk menahan diri dan menegakkan hak-hak mereka. Satu dekade setelah revolusi yang menggulingkan kediktatoran Zine al-Abedine Ben Ali, banyak warga Tunisia yang semakin marah pada angka pengangguran yang tinggi dan layanan publik yang buruk. Perekonomian menyusut 9 persen pada tahun 2020 dan harga konsumen telah meningkat tajam. Industri pariwisata utama Tunisia sangat terpukul oleh pandemi. (liputan6/hm09)

Related Articles

Latest Articles