10.9 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Pfizer Lakukan Uji Coba Vaksin Virus Corona Dengan Media Manusia

Berlin, MISTAR.ID
Pfizer dan perusahaan farmasi Jerman, BioNTech, mengumumkan bahwa mereka melakukan uji coba vaksin virus corona dengan media manusia di Amerika Serikat, Senin (4/5/20). Jika tes itu berhasil, maka vaksin bisa siap di gunakan untuk keadaan darurat pada awal bulan September.

Pfizer salah satu perusahaan di bidang farmasi yang bekerja sama dengan negara Jerman, melakukan tes pada sukarelawan yang sehat. Pfizer menjadi salah satu dari beberapa perusahaan farmasi yang mencoba untuk menemukan vaksin virus corona yang aman dan efektif dalam waktu yang dekat

Kedua perusahaan tersebut bersama-sama mengembangkan kandidat vaksin tersebut berdasarkan materi genetik yang dikenal sebagai messenger RNA, yang mempunyai instruksi bagi sel untuk membuat protein. Dengan menyuntikkan messenger RNA yang dirancang khusus ke dalam tubuh, vaksin dapat berpotensi menghentikan sel yang memproduksi protein sehingga dapat memperlambat perkembangan virus corona tanpa benar-benar membuat orang sakit.

Karena virus corona biasanya menggunakan protein ini sebagai kunci untuk membuka dan mengambil alih sel-sel yang ada di paru-paru, vaksin dapat menaikkan sistem kekebalan tubuh sehingga menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. Teknologi ini juga memiliki keuntungan lebih cepat diproduksi, dan cenderung lebih stabil daripada vaksin tradisional, yang menggunakan jenis virus yang lemah sebagai samplenya.

Moderna, Inovio, CanSino dan beberapa perusahaan farmasi lainnya sedang mencoba melakukan uji coba yang sama seperti yang dilakukan oleh Pfizer dan BioNTech, beberapa di antaranya memulai tahapan pertama yakni melakukan pengujian dengan media manusia beberapa minggu lalu. Tetapi tidak ada vaksin yang dibuat dengan teknologi pada virus lainnya yang pernah mencapai pasar global.

Pfizer, yang berbasis di New York, dan BioNTech menyuntikkannya pada sukarelawan pertama dengan menggunakan vaksin mereka, yang disebut BNT162, di Jerman bulan lalu. Sasaran eksperimental hanya diberikan kepada 12 orang dewasa yang sehat, meskipun percobaan tersebut akhirnya meluas atau naik menjadi 200 orang peserta.
Di Amerika Serikat, perusahaan obat berencana melakukan pengujian vaksin pada tahap pertama penelitian sebanyak 360 orang sukarelawan yang sehat, bertambah menjadi 8.000 orang sukarelawan pada akhir tahap kedua. Studi ini akan dilakukan di Universitas Kedokteran Grossman New York, Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, Pusat Medis Universitas Rochester dan Pusat Medis Rumah Sakit Anak-Anak Cincinnati.

Peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membandingkan empat variasi dari setiap vaksin, masing-masing mewakili format messenger RNA dengan instruksi untuk memproduksi bagian yang berbeda dari lonjakan mesin protein. Dokter akan memantau dengan seksama tingkat antibodi, enzim hati, dan indikator lainnya dari kemungkinan efek samping yang terjadi.

“Vaksin diberikan kepada orang sehat agar mereka tetap sehat, sehingga mereka merasa sangat, sangat aman,” kata Dr. Mark Mulligan, seorang spesialis penyakit menular di NYU

Menguji banyak kandidat secara acak adalah salah satu cara perusahaan berharap untuk menekan waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti yang cukup sehingga dapat mempercepat persetujuan penggunaan darurat oleh Food and Drug Administration. Setelah persetujuan itu diterima, Pfizer dan BioNTech dapat mendistribusikan beberapa juta dosis pertama di sini.

Segera setelah perusahaan farmasi dapat menunjukkan bukti bahwa vaksin dapat bekerja secara efektif dan tidak menimbulkan dampak yang serius, mereka dapat mengajukan permohonan untuk jenis persetujuan ini, yang memungkinkan dokter untuk memberikan vaksin kepada mereka yang paling membutuhkan. Tetapi hasil studi yang lebih rinci menunjukkan masih perlu membujuk pengatur federal agar menyetujui kandidat untuk masyarakat yang lebih luas.

Mengingat kebutuhan untuk menghilangkan virus corona, pembuat vaksin di seluruh dunia berlomba untuk mempercepat jadwal mereka dalam pengembangan vaksin, suatu proses yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun. Tetapi perusahaan melakukan upaya yang luar biasa untuk menciptakan hasil percobaan yang mengejutkan dan dalam beberapa kasus, itu melewati langkah-langkah penting, seperti pengujian hewan.

Beberapa ahli telah memperingatkan bahwa mengharapkan vaksin yang disetujui dalam waktu 18 bulan seperti yang disarankan oleh Dr. Anthony Fauci, salah seorang pakar penyakit menular terkemuka di negara itu adalah sesuatu yang terlalu optimis.

Sekelompok ilmuwan yang mengembangkan vaksin di Universitas Oxford di Inggris mengatakan bahkan 18 bulan adalah waktu yang terlalu lama untuk menunggu sebuah vaksin. Dengan persetujuan darurat, mereka mengatakan bahwa tujuan mereka untuk menyediakan beberapa juta dosis vaksin pertama yang tersedia untuk bulan September.

Pfizer dan BioNTech mengatakan mereka berharap untuk memiliki beberapa juta dosis pada saat itu juga, jika semuanya berjalan dengan baik melalui uji coba manusia ini.

“Kita perlu berpikir secara berbeda, kita harus berpikir lebih cepat, Jika kita terkena infeksi virus corona pada gelombang kedua bulan Oktober bersamaan dengan penyakit flu, maka semuanya akan jauh lebih buruk keadaanya dibandingkan yang sudah kita alami sekarang.” kata Dr. Mikael Dolsten, Kepala Ilmiah Perusahaan Pfizer.

Sumber : The New York Times
Pewarta : Jody Setyawan
Editor : Rika Yoesz

Related Articles

Latest Articles