10.8 C
New York
Monday, May 6, 2024

Pesantren Dan Mesjid di India Jadi Pusat Perawatan Darurat Covid-19

New Delhi, MISTAR.ID

Membludaknya jumlah pasien Covid-19 di India, sementara rumah sakit tak mampu lagi menerima pasien karena sudah penuh, akhirnya pesantren dan mesjid di India dibuka untuk menampung pasien Covid-19.

Mufti Arif Falahi, Kepala Pesantren di barat kota Baroda, India turun tangan membantu menyelamatkan nyawa para pasien Covid-19, selama beberapa pekan terakhir ketika jumlah kasus melonjak tinggi. Pesantren Falahi di negara bagian barat Gujarat diubah menjadi pusat perawatan darurat untuk pasien Covid-19. Itu pun tidak bisa menampung semua pasien yang ada.

“Setiap hari kami harus menolak 50-60 pasien karena kami hanya dapat menampung 142 pasien dengan didukung oksigen,” ujar Falahi kepada media melalui telepon. Pada Senin (10/5/21), India mencatat 3.754 jumlah kematian, sedikit menurun setelah 2 hari berturut-turut lebih dari 4.000 kematian terjadi.

Baca juga: Orang India Minum Urin Sapi Demi Tangkal Covid-19

Sementara, kasus harian mencapai lebih dari 360.000, seperti yang dilansir dari media pada Senin (10/5/21). India adalah negara terparah kedua yang mengalami dampak Covid-19 dengan 246.116 kematian dan lebih dari 22 juta kasus, 10 juta kasus ditambahkan dalam 4 bulan terakhir. Namun, para ahli mengatakan jumlah kasus dan korban tewas sebenarnya jauh lebih tinggi dari pada angka resmi.

Kekurangan tempat tidur ICU Rumah sakit hampir di seluruh India, seperti di ibu kota New Delhi dan pusat keuangan Mumbai, telah kehabisan kamar ICU untuk perawatan. Para ahli memperkirakan bahwa India membutuhkan 500.000 lebih tempat tidur ICU untuk memenuhi krisis kesehatan yang memuncak karena Covid-19. Negara berpenduduk 1,3 miliar saat ini hanya memiliki sekitar 95.000 tempat tidur ICU, menurut perkiraan Center For Disease Dynamics, Economics & Policy.

Pesantren juga memiliki fasilitas isolasi 38 tempat tidur yang menyediakan obat dan makanan bagi pasien. Dia mengatakan pusat perawatan darurat ini memasukkan semua orang dari berbagai agama.

“Kami berusaha untuk membantu orang-orang semaksimal mungkin, tapi kami kesulitan memperoleh oksigen,” ujarnya yang mengacu pada kekurangan oksigen yang telah mempengaruhi seluruh negeri. Puluhan orang meninggal karena kekurangan oksigen di rumah sakit, memaksa Mahkamah Agung turun tangan dan memerintahkan pembentukan satuan tugas ahli untuk melakukan “audit oksigen”.

Baca juga: Di Tepian Sungai Gangga India, Puluhan Mayat Korban Covid-19 Terdampar

Di pesantren yang berubah menjadi pusat perawatan darurat Covid-19 di Baroda, Dr Jaykar Chtrabuji adalah 1 dari 9 dokter yang menjadi sukarelawan di sana. “Ini benar-benar situasi yang membuat stres,” kata Chatrabuji kepada media menambahkan bahwa dia hampir tidak punya waktu untuk tidur karena dia bekerja selama lebih dari 20 jam sehari.

“Tapi, ini juga memuaskan karena membantu orang. Orang kaya mungkin mampu untuk pergi ke rumah sakit swasta, tetapi orang miskin tidak bisa. Itu sebabnya kami melihat begitu banyak orang datang ke sini,” lanjutnya. “Sulit memutuskan siapa yang akan diterima karena kapasitasnya yang kurang (ketika banyak yang mendaftar),” imbuhnya.

Di sudut lain Baroda, kota berpenduduk 2 juta orang, mesjid Jahangirpura juga telah diubah menjadi fasilitas Covid-19 dengan 50 tempat tidur dan akses oksigen untuk pasien. “Ini adalah waktu di mana kita semua harus berkumpul untuk membantu orang. Itulah yang diajarkan agama kami,” ujar Muhammad Irfan, wali mesjid, mengatakan kepada media.

“Virus tidak mengenal agama. Kami percaya ini adalah krisis dan kami harus saling membantu semua, menunjukkan sisi kemanusiaan kita. Saat ini di fasilitas kami ada banyak pemeluk agama lain, dan kami memang buka untuk semua orang,” ungkap Irfan. Sebagian mesjid juga telah diubah menjadi bagian rawat jalan sementara untuk merawat pasien dengan gejala ringan. Orang-orang di seluruh India telah memberikan bantuan apa pun yang mereka bisa. (kompas/hm09)

 

Related Articles

Latest Articles