13.2 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Perusahaan AS Klaim Berhasil Uji Vaksin Corona

Washington, MISTAR.ID

Menurut perusahaan biotek Moderna Inc, Senin (18/2/20), vaksin Covid-19 eksperimentalnya yang pertama kali diuji di AS telah terbukti menghasilkan antibodi pelindung pada sekelompok kecil sukarelawan sehat.

Data tersebut berasal dari delapan orang yang mengambil bagian dalam uji coba keselamatan 45 subjek yang dimulai pada bulan Maret. Menurut laporan, secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa vaksin itu aman dan semua peserta penelitian menghasilkan antibodi terhadap virus.

Analisis tanggapan terhadap delapan individu menunjukkan bahwa mereka yang menerima dosis 100 mikrogram (mcg) dan orang yang menerima dosis 25 mikrogram (mcg) memiliki tingkat antibodi pelindung untuk melawan virus yang jumlahnya melebihi yang ada dalam darah orang yang pulih dari Covdi-19.

“Ini adalah temuan signifikan tetapi ini adalah uji klinis Fase 1 yang hanya melibatkan delapan orang. Itu dirancang untuk keselamatan, bukan untuk kemanjuran,” kata Dr. Amesh Adalja, ahli penyakit menular di Johns Hopkins Center for Health Security. Amesh tidak terlibat dalam penelitian ini, menurut Reuters.

Pasca pengumuman itu, saham Moderna melonjak sebesar 20%. Namun harga saham kembali turun 1,6% dalam perdagangan yang diperpanjang (extended trading) setelah perusahaan mengatakan berencana untuk menjual US$ 1,25 miliar saham biasa untuk mengumpulkan dana yang akan dipakai untuk pengembangan dan pembuatan vaksin.

Meski data yang dirilis menunjukkan bahwa pengembangan vaksin Moderna merupakan yang paling maju saat ini, namun Amesh mengatakan bahwa tidak ada yang bisa memastikan kemanjuran vaksin ke depannya. Oleh karenanya ia mengatakan perlu tetap waspada meski mengaku senang pada hasil saat ini. Vaksin Moderna adalah salah satu dari lebih dari 100 vaksin yang sedang dikembangkan saat ini.

“Apa yang kita lihat sangat menggembirakan,” katanya.

Lebih lanjut, Moderna mengatakan bahwa vaksin buatannya menunjukkan respons dosis, yang berarti bahwa orang yang diberikan dosis 100 mcg akan menghasilkan lebih banyak antibodi daripada orang yang mendapat dosis lebih rendah.

Meski demikian, Vaksin ini telah mendapat lampu hijau untuk memulai pengujian manusia tahap kedua. Pekan lalu, regulator AS telah memberi status “jalur cepat” pada vaksin untuk mempercepat tinjauan peraturan.

Dalam Fase II, uji coba akan dilakukan untuk menguji efektivitas lebih lanjut dan menemukan dosis optimal, di mana Moderna mengatakan akan mencoba menguji penggunaan dosis rendah, yaitu 50 mcg.

Mengurangi dosis yang diperlukan untuk menghasilkan kekebalan dapat membantu mengurangi jumlah vaksin yang diperlukan dalam setiap suntikan, yang berarti perusahaan pada akhirnya dapat menghasilkan lebih banyak vaksin.

“Dalam konteks pandemi, kami memperkirakan permintaan akan melampaui pasokan dan semakin rendah dosis, semakin banyak orang yang kami harapkan dapat dilindungi,” kata Kepala Petugas Medis Tal Zaks.

Zaks menambahkan bahwa perusahaan sedang menyusun rencana untuk menyediakan vaksin untuk berbagai negara di luar Amerika Serikat.

“AS siap menjadi penerima manfaat pertama dari vaksin ini,” kata Zaks, “Perusahaan percaya bahwa mereka memiliki kewajiban etis untuk membuat vaksin ini tersedia bagi siapa pun yang membutuhkannya secara global.”

Pengembangan vaksin Moderna ini tidak lepas dari campur tangan pemerintah AS. Menurut Moderna, perusahaan telah mendapat suntikan dana pengembangan vaksin senilai US$ 483 juta dari Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan (BARDA) pada bulan April. BARDA merupakan lembaga yang berada di bawah naungan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS).

Perusahaan mengatakan bahwa hibah itu akan memungkinkannya memasok jutaan dosis per bulan pada 2020 dan, dengan investasi lebih lanjut, akan bisa memasok puluhan juta per bulan pada 2021 jika vaksin terbukti berhasil.

“Kami berinvestasi untuk meningkatkan produksi sehingga kami dapat memaksimalkan jumlah dosis yang dapat kami hasilkan untuk membantu melindungi sebanyak mungkin orang dari SARS-CoV-2,” kata Kepala Eksekutif Moderna Stéphane Bancel.

Moderna mengatakan akan memulai uji coba tahap akhir yang lebih besar atau Fase III, pada bulan Juli.

Saat ini tidak ada perawatan atau vaksin yang telah disetujui untuk pasien COVID-19. Sebelumnya para ahli memperkirakan bahwa vaksin yang aman dan efektif akan baru tersedia dalam waktu 12 hingga 18 bulan sejak awal pengembangan. Moderna baru mulai melakukan pengembangan pada bulan Januari.

Per Selasa pukul 08:30 WIB, virus corona yang berasal dari Wuhan, China telah menginfeksi 4.890.680 orang di lebih dari 200 negara. Di mana 320.125 meninggal dunia dan 1.907.361 sembuh, menurut Worldometers.(detik/hm03)

Related Articles

Latest Articles