14.7 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Pertemuan Pangeran Arab Saudi-PM Israel Batal

Washington, MISTAR.ID
Rencana pertemuan antara Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, di Washington D.C., Amerika Serikat, pada pekan depan batal akibat rencana itu bocor.

Seperti dilansir Middle East Eye, Jumat (28/8/20), Tanggal kunjungan dilaporkan sudah ditetapkan dan mereka sudah mengirim tim protokol. Dilaporkan pertemuan itu akan digelar pada 31 Agustus setelah Kongres Nasional Partai Republik selesai.

“Pangeran bin Salman hendak berkunjung ke Washington pada 31 Agustus. Itu sudah ditetapkan. Kunjungannya terkait dengan suatu hal yang besar berkaitan dengan Israel. Seperti apa tepatnya masih dalam pembicaraan,” kata sumber seorang pejabat Saudi.

Baca juga: UAE – Israel Jalin Hubungan Bilateral Dan Hentikan Aneksasi Palestina

“Di dalam pertemuan itu akan dilakukan dengan Netanyahu secara pribadi atau di depan kamera. Bagaimanapun juga itu hal besar. Hal itu bukan berarti pengumuman soal normalisasi hubungan, tetapi memberikan sinyal bahwa akan ke arah sana,” lanjut sumber itu.

Baca juga: Israel Khawatir Program Nuklir Arab Saudi Gandeng China

Pangeran bin Salman dilaporkan sudah membeli empat rumah untuk dia dan rombongannya tinggal sementara. Sebab, dia dilaporkan enggan menginap di kedutaan besar atau rumah dinas duta besar yang dikhawatirkan bisa menjadi lokasi unjuk rasa.

Nampaknya rencana mempertemukan Pangeran bin Salman dan Netanyahu digagas oleh Presiden AS, Donald Trump, dan Penasihat Urusan Timur Tengah sekaligus menantu, Jared Kushner.

Keduanya menggencarkan rencana perdamaian Timur Tengah, dan sudah berhasil menengahi kesepakatan normalisasi hubungan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel.

Rencana itu bubar pada Sabtu pekan lalu setelah Pangeran bin Salman menerima laporan bahwa agenda itu bocor. Padahal, dia dilaporkan mensyaratkan supaya pertemuan itu dilakukan secara diam-diam, dan kehadirannya juga hanya boleh diungkap jika pertemuan itu jadi digelar.

Tujuannya adalah supaya pihak-pihak yang bertentangan dengan sang putra mahkota tidak sempat menyiapkan pernyataan.

Sebab, saat ini Pangeran bin Salman dituduh menjadi dalang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi, dan percobaan pembunuhan terhadap mantan petinggi intelijen Saudi, Saad al-Jabri.

Setelah Pangeran bin Salman membatalkan agenda itu, Trump dan Kushner masih mencoba membujuknya. Dia meminta Menteri Luar Negeri Mike Pompeo yang berkunjung ke Timur Tengah merayu bin Salman supaya melanjutkan agenda itu.

Akan tetapi, bin Salman tetap menolak. Apalagi dilaporkan Trump dan Kushner merancang supaya bin Salman dan Netanyahu bersalaman di akhir pertemuan.

Trump dan Kushner disebut ingin mengulang momen seperti yang pernah diperagakan oleh mendiang Presiden Mesir, Anwar Sadat, usai meneken perjanjian damai dengan PM Israel Menachim Begin, di tempat peristirahatan kepresidenan AS di Kamp David pada 1978 silam. Namun, pihak bin Salman menilai hal itu akan merusak reputasinya.

“Bin Salman sempat setuju karena Trump dan Kushner yang membujuknya. Dia butuh Trump untuk menang. Trump mengizinkannya menjadi putra mahkota asal sang paman (Mohammed bin Nayef) disingkirkan. Trump memberinya legitimasi, dan dia juga butuh sosok pelindung politik dari segala tuduhan seperti pembunuhan Khashoggi, pemenjaran para kerabatnya di Hotel Ritz-Carlton, dan blokade terhadap Qatar. Sedangkan kalangan Demokrat tidak mendukung bin Salman,” ujar sumber itu.

“Bin Salman berhitung jika dia mendadak muncul dengan Netanyahu di sebuah kegiatan besar maka hal itu cukup untuk membuat citranya sebagai pelaku perdamaian,” sambung sumber itu.

Gedung Putih menolak mengomentari tentang laporan itu. Sedangkan Kementerian Luar Negeri AS juga meminta untuk mengkonfirmasi hal itu kepada Gedung Putih.

Kedutaan besar Arab Saudi di Washington juga sudah dikontak, tetapi belum memberikan jawaban. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles