Stockholm, MISTAR.ID
Kalah dalam voting mosi tidak percaya, Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengundurkan diri pada Senin (28/6/21). Lofven pun juga telah mempersilahkan Ketua Parlemen Swedia untuk mulai mencari penggantinya. Selain mengundurkan diri, Lofven sebenarnya masih bisa menyerukan pemilihan cepat.
Namun, ia mengatakan dalam konferensi pers bahwa pemilihan cepat “bukan pilihan yang terbaik untuk Swedia,” – merujuk pada situasi sulit akibat pandemi Covid-19, dan pemilihan umum berikutnya yang juga masih dilangsungkan satu tahun lagi. “Dengan titik awal itu, saya telah meminta parlemen untuk melepaskan saya sebagai perdana menteri,” kata Lofven, seperti dikutip dari media, Selasa (29/6/21).
Lofven (63), mantan tukang las dan pemimpin serikat pekerja, berselisih dengan sayap kiri yang mendukung pemerintahannya – menjadi pemimpin pemerintah Swedia pertama yang dilengserkan oleh mosi tidak percaya. Mosi tidak percaya itu diajukan oleh Partai Kiri, tentang isu sewa apartemen.
Baca juga: Swedia Longgarkan Aturan Covid-19 Bagi yang Sudah Divaksin
Proposal tersebut dianggap memungkinkan tuan tanah untuk secara bebas menetapkan biaya sewa untuk apartemen baru, yang dipandang bertentangan dengan model sosial Swedia dan mengancam hak-hak penyewa.
Partai Moderat konservatif dan Demokrat Kristen mendukung mosi tersebut, yang disetujui oleh 181 dari 349 anggota parlemen. Saat mengumumkan pengunduran dirinya, Lofven mengkritik langkah untuk menggulingkannya di mana suara mayoritas dikesampingkan, yang dijamin untuk menggantikannya.
“Mereka memilih untuk melengserkan pemerintah tanpa mereka sendiri memiliki alternatif,” sebut Lofven. Kini, keputusan bergantung pada ketua parlemen Andreas Norlen untuk membuka negosiasi dengan partai-partai untuk menemukan perdana menteri baru. Pemerintahan Lofven untuk sementara ini masih menyelesaikan tugas-tugas rutin sampai pemerintahan baru terbentuk. (liputan6/hm09)
