12.3 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Pasca Tragedi 737 Max, Parlemen AS Kembali Panggil Petinggi Boeing

Washington | MISTAR.ID – Parlemen Amerika Serikat kembali memanggil Direktur Pelaksana Boeing Co, Dennis Muilenburg, pada hari kedua sidang dengar pendapat, Rabu, untuk mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tragedi kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX yang salah satunya terjadi di Indonesia.

Pada hari pertama sidang dengar pendapat, Selasa, parlemen AS telah mengajukan pertanyaan keras dan kritik tajam ke Muilenburg.

Anggota legislatif AS, Peter DeFazio yang memimpin Komite Transportasi dan Infrastruktur di parlemen, akan mengajukan sejumlah pertanyaan ke Muilenburg pada Rabu, kata DeFazio dalam pernyataan tertulis.

Parlemen AS menyampaikan pihaknya akan meminta penjelasan mengenai proses pengambilan keputusan petinggi Boeing.

“Tentu ada yang salah, 346 orang tewas, dan kami punya tanggung jawab untuk memperbaiki masalah ini,” kata DeFazio dalam kalimat pembukanya.

DeFazio mengatakan pihaknya mengetahui “ada seorang manajer Boeing yang meminta para petinggi seperti wakil presiden dan manajer umum untuk menghentikan produksi pesawat 737 MAX karena terkendala masalah keamanan”. Walaupun demikian, Boeing belum memberi tanggapan terhadap klaim tersebut.

Muilenburg pada Selasa mengakui pihaknya gagal memberi informasi lebih ke pilot mengenai sistem keamanan MCAS sebelum insiden kecelakaan terjadi. Dia turut menyampaikan Boeing telah membuat alarm yang akan mengingatkan pilot apabila ada ketidakcocokan data penerbangan pada pesawat Boeing 737 MAX.

“Kami telah berbuat kesalahan, dan hal buruk terjadi. Kami akan bekerja lebih baik dan belajar dari kesalahan ini,” tambah dia.

Sidang dengar pendapat merupakan pertemuan tertinggi yang diadakan kongres untuk mengawasi tingkat keamanan penerbangan komersial AS.

Dalam sidang dengar pendapat itu, anggota parlemen AS memberi tekanan keras ke petinggi Boeing guna memulihkan kembali kepercayaan pelanggan dan penumpang setelah serangkaian kecelakaan pesawat 737 MAX terjadi sehingga menewaskan total 346 orang.

Pasca insiden itu, pesawat Boeing seri 737 MAX kena larangan beroperasi selama delapan bulan.

“Anda menyampaikan jawaban yang tidak lengkap berulang kali,” kata Senator Tammy Duckworth ke Muilenburg. Pernyataan itu disampaikan saat Duckworth bertanya alasan Boeing tidak mengungkap lebih banyak informasi mengenai tingkat keamanan MCAS yang rendah.

Selain Duckworth, anggota parlemen lain ikut mengajukan pertanyaan keras ke Muilenburg.

Petinggi Boeing itu pernah dipanggil ke Capitol Hill setelah insiden kecelakaan 737 MAX pertama terjadi di Indonesia.

Para senator AS menyampaikan Boeing tidak sepenuhnya jujur dalam memberi penjelasan. Bahkan bagi parlemen AS, perusahaan tidak langsung bertindak pasca insiden berlangsung.

Selama berbulan-bulan, Boeing gagal mengakui kesalahannya. Perusahaan justru hanya berjanji mereka akan membuat “pesawat lebih aman”.

Namun, sidang dengar pendapat pada Selasa menunjukkan Boeing telah mengakui kesalahan dan menyatakan siap bertanggung jawab. Akan tetapi, Muilenburg terlihat belum sepenuhnya memahami keinginan parlemen AS dan anggota keluarga korban.

Dalam penyampaian testimoni Muilenburg, keluarga korban kecelakaan pesawat 737 MAX diundang untuk hadir, dan mereka duduk tiga baris di belakang petinggi Boeing itu. Saat pertemuan berlangsung, parlemen AS mengizinkan keluarga korban untuk berdiri dan menunjukkan foto orang-orang terkasih yang tewas akibat insiden 737 MAX.

Salah satu keluarga korban, Nadia Mileron mengatakan Muilenburg dan dewan petinggi Boeing harus mengundurkan diri karena gagal mencegah kecelakaan terjadi. Mileron merupakan ibu dari seorang perempuan yang tewas akibat kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX milik Ethiopian Airlines pada Maret.

Saat pertemuan itu, Mileron meminta Muilenburg melihat keluarga korban yang hadir saat dia meminta maaf. Muilenburg menoleh ke arah Mileron dan berkata: “saya minta maaf”.

Sumber: Reuters/Antar
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles