10.5 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Pandemi Covid-19, ‘Mimpi Buruk’ Para Lansia Kanada

Ottawa. MISTAR.ID

Pandemi corona menjadi mimpi buruk bagi dunia. Termasuk bagi puluhan lanjut usia (lansia) di sebuah panti jompo di Montreal hidup tak terurus, kotor, bahkan tak makan selama beberapa hari, setelah pengurus mereka tak lagi datang ke rumah itu akibat pandemi virus corona Covid-19.

Bahkan, sebanyak 31 orang di antara mereka meninggal dunia karena penyakit itu. Kondisi itu menggambarkan kebobrokan pengelolaan penduduk lansia di Kanada.

Kasus puluhan lansia yang meninggal karena virus corona di Panti Jompo Residence Herron, di Dorval dekat Montreal, itu menimbulkan kegemparan dan menyulut sebuah investigasi atas kelalaian pengelolaan penduduk lansia di negara tersebut.

“Saya amat muak, saya sungguh muak,” kata Moira Davis, putri Stanley Pinnel yang tewas di panti jompo itu pada 8 April lalu karena Covid-19.”Tiba-tiba semua pertanyaan ini ada di kepala saya, apa sudah kami lakukan? Mengapa tak ada yang memberi tahu kami? Kenapa? Kenapa?” isaknya.

Kondisi panti jompo itu bak mimpi buruk kala dicek oleh petugas kesehatan yang mendapatkan panggilan darurat di tengah pandemi.Di sana, petugas menemukan puluhan penghuni mengalami dehidrasi, tak makan berhari-hari, dan terbaring lemas di atas kasur, bahkan beberapa di antara mereka berbalut kotorannya sendiri.

Sedangkan penghuni lansia lainnya, jatuh ke lantai. Dua jenazah bahkan ditemukan hingga tak bisa dikenali lagi karena telah meninggal selama beberapa hari. Setidaknya, lima dari 31 kematian baru-baru ini di rumah itu telah dipastikan berkaitan dengan Covid-19. Sedangkan kematian lainnya masih dalam penyelidikan.

Moira Davis, dari rumahnya di Creighton, Saskatchewan, mengatakan dirinya semula khawatir dengan ayahnya yang sudah berusia 96 tahun. Kala masih bisa berkomunikasi, Davis merasa ayahnya semakin lama semakin lemah kala mereka berbincang di telepon. Mendiang ayahnya diyakini terinfeksi virus corona beberapa pekan sebelum meninggal dunia.

“Residence Herron adalah sebuah gambaran anak atas hal yang salah dengan pelayanan kesehatan para orang tua kita,” kata Davis yang sekaligus meyakini ini bukan hal aneh. “Saya yakin ada panti jompo lainnya, saya yakin, di setiap negara di dunia, ketika keluarganya memiliki pengalaman serupa,” lanjutnya.

“Ini menakutkan bagi saya, ini menakuti saya untuk berpikir bahwa ketika saya berusia 60, dan saya mungkin suatu hari nanti berakhir di panti-panti itu,” kata Davis.

Kelalaian Besar

Pemerintah setempat melalui Perdana Menteri Quebec, Francois Legault mengatakan kasus tersebut adalah “kelalaian besar”, hanya ada dua perawat yang merawat 130 penduduk lansia. Kondisi itu semakin membuat penduduk Kanada marah. Apalagi, media Kanada juga mengungkapkan bahwa pemilik panti itu pernah dihukum karena perdagangan narkoba, penipuan, dan penggelapan pajak.

Bagi pihak keluarga, syok dan marah bercampur dengan frustrasi karena tak berdaya melakukan apa pun. Mereka terlarang untuk mengunjungi panti jompo demi mencegah terinfeksi.

Dinas Kesehatan setempat kini mengambil alih panti jompo tersebut dan tuntutan denda sebesar lima juta dolar Kanada atau sekitar Rp55,3 miliar telah diajukan kepada pemilik panti tersebut. Tuntutan itu diajukan dengan tuduhan “penganiayaan tak manusiawi dan merendahkan martabat” karena gagal memastikan keberlanjutan perawatan yang memadai.

“Pada 7 April, ibu saya ditinggalkan di kursi rodanya dengan popok yang penuh dan kotor selama tiga jam karena tak ada yang merespons,” kata Peter Wheeland kala menelpon panggilan darurat dan menangis meminta pertolongan. Wheeland mengatakan bahwa ibunya mengalami diare, salah satu gejala baru dari Covid-19.

“Kami tak bisa berkomunikasi dengan siapa pun. Kami menelepon pusat perawat, kami meninggalkan pesan, kami melakukan apa pun yang bisa kami lakukan untuk menjangkau orang tua kami dan tak ada jawaban,” kata Wheeland. “Saya diliputi ketakutan bahwa ibu saya bisa saja tiba-tiba meninggal dunia,” lanjutnya.

Ibunda Peter Wheeland, Connie, telah dipindahkan ke rumah sakit ketika positif terinfeksi Covid-19. Dia tak akan dikembalikan ke panti jompo Herron. Dibanding kembali membayar 45 ribu dolar Kanada atau sekitar Rp498 juta per tahun untuk biaya panti jompo, putra Connie berencana untuk mengambil kembali ibunya dan merawatnya di apartemen dengan suster khusus.

Pengabaian Lama

Di sisi lain, dari parkiran panti jompo Herron, Maxime Jacques bersama saudari, istri, dan anak mereka melambaikan tangan kepada ibu mereka, Jacqueline. Jacqueline dari kamarnya bisa melihat tanda yang ditinggalkan cucunya di pagar panti jompo itu: “Kami mencintaimu, Nek”. “Kami merasa kecewa,” kata Jacques yang masih berusaha mencari tahu lebih banyak dari staf tentang kondisi kesehatan ibunya yang berusia 86 tahun itu.

Situasi horor di Residence Herron tak banyak mengejutkan para ahli, yang menggambarkan pendanaan pelayanan penduduk senior yang kurang. Padahal, pekerjaan itu tergolong berat, dan pekerjanya dibayar jarang di atas upah minimum. “Kami telah mengabaikan perawatan dan pelayanan lansia untuk waktu yang sangat lama,” kata Rejean Hebert, mantan menteri kesehatan Kanada.

Merespons kemarahan publik, Legault telah menyerukan kepada pekerja kesehatan untuk membantu memberi makan, memandikan, dan merawat penduduk lanjut usia di panti-panti jompo di seluruh penjuru provinsi. Diperkirakan panti-panti itu kekurangan 2.000 pekerja. Legault juga menambah gaji pekerja perawatan lansia tersebut. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau pada Jumat lalu mengirim 125 dokter dan petugas medis militer, sesuai permintaan wilayah Quebec, untuk membantu petugas medis di panti-panti jompo tersebut.

Sumber : CNN Indonesia

Editor : Jelita Damanik

Related Articles

Latest Articles