9.9 C
New York
Friday, April 19, 2024

Nahdlatul Ulama : Akibat Lockdown, 1 Juta Imigran Indonesia di Malaysia Kekurangan Makanan

Kuala Lumpur, MISTAR.ID

Sekitar satu juta pekerja migran Indonesia di Kuala Lumpur menderita kekurangan makanan selama lockdown sebagian – partial lockdown – di Malaysia, kata Nahdlatul Ulama (NU) cabang Malaysia, Organisasi Muslim terbesar di Indonesia.

Agung (30) seorang buruh kasar terpaksa bertahan hidup hanya dengan telur dan mie instan di rumah reot yang berada di lokasi konstruksi yang sudah tidak digunakan di Kuala Lumpur.

Biasanya dia bisa mendapatkan 2.000 ringgit (sekitar Rp.7 juta) sebulan dari pekerjaannya membangun kantor dan rumah, dan memperbaiki pabrik di Kuala Lumpur. Agung belum dibayar karena sebagian besar tempat kerja sudah tutup pada 18 Maret 2020 kemarin.

Pasokan makanannya yang ia dapatkan dari sebuah Lembaga Sosial Masyarakat kian menipis, hanya cukup untuk selama 4-5 hari ke depan.

“Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan setelah ini,” kata Agung, yang juga mengkhawatirkan istrinya, anak berusia satu tahun dan orang tuanya yang lanjut usia. Mereka tinggal di suatu desa di luar Medan, Sumatera Utara. Dia adalah tulang punggung keluarganya.

“Sudah dua bulan saya belum bisa mengirimi mereka uang. Untuk saat ini mereka memiliki makanan, tetapi saya tidak tahu berapa lama itu akan bertahan, ”katanya.

Agung adalah salah satu dari 2,5 juta lebih pekerja Indonesia yang ada di Malaysia, yang kebanyakan dari mereka adalah Muslim. Mereka harus menghadapi dua kesulitan sekaligus, masalah keuangan menjelang bulan puasa Ramadhan yang dimulai pada hari Jumat ini, dan ketika diberitahu bahwa mereka tidak boleh kembali ke rumah, untuk merayakan Idul Fitri pada akhir Mei.

Pada hari Selasa (21/4/20), Presiden Indonesia Joko Widodo melarang ritual tahunan yang dikenal sebagai mudik sebagai upaya untuk mengekang penyebaran virus corona. Pemerintah telah menyarankan pekerja asing untuk tetap di tempat mereka dan tidak kembali ke rumah.

Mahfud Budiono, seorang pekerja migran yang merupakan ketua Nahdlatul Ulama (NU) cabang Malaysia, mengatakan 700.000 pekerja Indonesia yang berdokumen dan 1,5 juta dalam industri konstruksi, restoran, layanan kebersihan dan lainnya telah diberhentikan dengan cuti yang tidak dibayar selama periode lockdown, yang diperkirakan akan berakhir Selasa depan dan mungkin bisa diperpanjang.

“Mereka telah menggunakan semua tabungan mereka untuk membayar sewa dan kebutuhan pokok mereka,” kata Mahfud.

Sekitar 400.000 pekerja telah terancam akan digusur oleh penyewa mereka karena mereka sudah tidak punya uang untuk membayar, yang besarnya rata-rata sekitar 1.200 ringgit (Rp 4.2 juta ) sebulan, tambahnya.

Nahdlatul Ulama dan 20 LSM lainnya telah memberikan bantuan makanan kepada para pekerja Indonesia di sekitar Kuala Lumpur dan negara bagian Selangor yang berdekatan.

Menteri Wilayah Federal Malaysia Annuar Musa menyumbangkan 1.000 karung beras 5 kg pada 3 April, sementara Kementerian Luar Negeri Indonesia telah mendistribusikan 100.000 paket barang-barang kebutuhan pokok kepada para pekerjanya.

Glorene Das, Direktur Eksekutif Tenaganita, sebuah LSM yang melindungi hak-hak wanita, migran dan pengungsi di Malaysia mengatakan, pekerja migran tidak takut pada Covid-19. Mereka lebih takut kelaparan, karena tidak bisa lagi bekerja dan mendapatkan upah.

“Tanpa pekerjaan atau uang, sekitar 62.000 orang Indonesia telah kembali ke Indonesia sejak awal Malaysia melakukan lockdown sebagian, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah.

Menteri Luar Negeri Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan kepada This Week in Asia bahwa semua orang asing diizinkan untuk kembali ke negara asal mereka.

Seorang pekerja kesehatan Indonesia di Medan menyemprotkan desinfektan kepada pekerja
migran yang tiba dari Malaysia pada 10 April 2020.(f: EPA-EFE)

“Tapi bila masih di rumah, mereka tidak bisa kembali karena perintah pengontrol gerakan (MCO) sudah berlaku,” katanya, merujuk pada lockdown sebagian. “Ini berlaku tidak hanya untuk orang Indonesia tetapi juga semua warga negara asing.”

Muhammad Sinatra, seorang analis di Institut Studi Strategis dan Internasional (ISIS), mengatakan ekonomi Malaysia sangat tergantung pada pekerja asing dan pekerja Indonesia akan berperan membantu dalam pemulihan ekonomi Malaysia.

Pekerja migran yang tetap di Malaysia tanpa pekerjaan atau bantuan apa pun akan mengalami kondisi kehidupan yang memburuk dan bisa lebih baik jika mereka kembali ke rumah, katanya. Tetapi kembali ke Indonesia akan “mengekspos mereka pada kemungkinan infeksi yang lebih tinggi karena situasi di Indonesia masih belum terkendali”

Pekan lalu, Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan 43 siswa yang datang dari Jawa Timur di Indonesia dinyatakan positif terkena virus corona.

“Pulang ke rumah pada akhirnya adalah keputusan setiap pekerja Indonesia di sini. Namun, mereka juga harus memahami bahwa kepulangan mereka membawa risiko bagi diri mereka sendiri dan bagi Malaysia, ”kata Sinatra.

“Mereka mungkin tidak dapat segera kembali, karena pemerintah Malaysia harus mencegah kemungkinan gelombang ketiga yang dipicu oleh pekerja asing yang kembali,” katanya.

Sinatra meminta pemerintah Malaysia untuk menetapkan aturan untuk mencegah pemutusan hubungan kerja yang salah atau untuk mendorong pengusaha mempertahankan pekerjaan pekerja migran setelah periode lockdown sebagian, dan untuk memastikan mereka yang izin kerjanya berakhir tidak dituntut karena tetap tinggal di negara tersebut.

Setiap dua tahun sekali Agung kembali ke Indonesia, dan tahun ini harusnya akan dilakukan, tetapi sudah tentu Ramadhan kali ini akan menjadi sulit.

“Saya sangat sedih saya tidak bisa pulang untuk Idul Fitri – hal yang paling penting bagi saya,” katanya.

Sumber: SCMP
Penulis: Gustina Hong
Editor : Mahadi

Related Articles

Latest Articles