9.1 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Militer Myanmar Disanksi Inggris Dan Kanada

Naypyidaw, MISTAR.ID

Dunia internasional mulai bereaksi terhadap kudeta militer di Myanmar. Secara tegas, Inggris dan Kanada menjatuhkan sanksi terhadap militer Myanmar yang melakukan kudeta pada 1 Februari lalu. Inggris menjatuhkan sanksi terhadap tiga jenderal Myanmar dengan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia serius terkait kudeta.

“Kami, bersama sekutu internasional kami akan meminta pertanggungjawaban militer Myanmar atas pelanggaran HAM mereka dan mengejar keadilan bagi rakyat Myanmar,” kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, pada Jumat (19/2/21).

Para jenderal Myanmar yang dijatuhi sanksi oleh Inggris adalah Menteri Pertahanan Myanmar, Mya Tun Oo, Menteri Dalam Negeri, Soe Htut, dan Wakil Menteri Urusan Dalam Negeri, Than Hlaing. Raab menuturkan akan segera membekukan aset para jenderal Myanmar beserta keluarga, dan melarang mereka memasuki wilayah Inggris. Inggris juga telah memberlakukan sanksi terhadap 16 orang dari militer Myanmar.

Baca juga: Enam Selebriti Myanmar Diburu Militer Karena Ajak PNS Protes Kudeta

Dikutip media, Inggris juga berencana memantau setiap aliran dana sumbangan internasional guna mencegah bantuan negara Eropa Barat itu menguntungkan militer Myanmar, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Militer dan polisi Myanmar telah melakukan pelanggaran HAM serius, termasuk melanggar hak untuk hidup, hak atas kebebasan berkumpul, hak untuk tidak ditangkap atau ditahan secara sewenang-wenang, dan hak atas kebebasan berekspresi,” bunyi pernyataan pemerintah Inggris.

Selain Inggris, Kanada juga melakukan hal serupa sebagai bentuk kecaman terhadap kudeta di Myanmar. Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Kanada, Marc Garneau, menuturkan negaranya akan menjatuhkan sanksi kepada sembilan pejabat militer Myanmar.

Pemerintah Kanada menganggap kudeta memicu penahanan besar-besaran, kekerasan dan pengekangan praktik demokrasi di Myanmar.”Kami bekerja bersama mitra internasional kami yang mengajak pemulihan pemerintah yang dipilih secara demokratis dan kami menyampaikan desakan kepada militer Myanmar untuk membebaskan mereka yang ditahan secara tidak adil dalam kudeta,” kata Garneau.

Baca juga: Puluhan Ribu Warga Myanmar Demo, Penahanan Suu Kyi Diperpanjang

Amerika Serikat lebih dulu menjatuhkan sanksi terhadap militer Myanmar. Pemerintahan Presiden Joe Biden pada pekan lalu menjatuhkan sanksi terhadap 16 perwira militer Myanmar. AS juga mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melakukan aksi serupa untuk menekan militer Myanmar.

Militer Myanmar (Tatmadaw) yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil terpilih yang dipimpin Penasihat Aung San Suu Kyi dan Presiden Win Myint pada 1 Februari lalu. Kudeta dilakukan militer setelah menolak hasil pemilu yang diklaim curang.

Militer menuduh ada indikasi kecurangan sehingga Partai Liga Nasional untuk Demokrasi memenangi pemilihan umum dan meraih 83 persen kursi di parlemen. Mereka menuduh pada pemilu yang dimenangkan partai pemimpin de facto Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), itu terdapat setidaknya 8 juta pemilih palsu.

Baca juga: Ribuan Demonstran Myanmar Konvoi Kendaraan Bermotor

Seorang Pendemo Tewas Tertembak

Seorang demonstran perempuan penentang kudeta di Myanmar yang tertembak di kepala, Mya Thwate Khaing, wafat setelah dirawat beberapa hari akibat lukanya. Perempuan berusia 20 tahun itu tertembak ketika ikut berunjuk rasa menentang kudeta yang dilakukan militer Myanmar pada 1 Februari.

Adik mendiang, Ye Htut Aung, menuturkan sang kakak tertembak peluru tajam saat ikut berunjuk rasa di Ibu Kota Naypyidaw, seperti dikutip media. Insiden itu berlangsung ketika aparat keamanan Myanmar berupaya membubarkan massa pengunjuk rasa dengan melontarkan sejumlah tembakan.

Thwate Khaing meninggal setelah dirawat di rumah sakit sejak 9 Februari lalu. Htut Aung mengatakan kakaknya berada dalam kondisi kritis hingga harus menggunakan alat bantu sejak hari pertama dirawat. “Saya sangat sedih dan tidak tahu harus berkata apa,” kata Htut Aung berbicara melalui telepon pada Jumat (19/2/21).

Kematian Thwate Khaing dibenarkan rumah sakit. Dikutip media, seorang pejabat rumah sakit mengonfirmasi Thwate Khaing tutup usia pada pukul 11.00 waktu setempat. Pejabat tersebut menuturkan jenazah Thwate Khaing akan diperiksa lagi oleh pimpinan rumah sakit pada pukul 15.00. Alasannya adalah kasus kematian Thwate Khaing akibat ketidakadilan.

Baca juga: Soal Kekerasan Kudeta, Para Jenderal Militer Myanmar Dijatuhi Hukuman Oleh PBB

“Kami akan simpan catatan (penyebab kematiannya) dan kirim salinannya ke otoritas terkait. Kami akan mencari keadilan dan melangkah maju,” kata pejabat sekaligus dokter tersebut. Thwate Khaing merupakan orang pertama yang tewas dalam demonstrasi anti-kudeta yang semakin meluas di Myanmar. Pejabat rumah sakit mengatakan para pegawai ditekan oleh militer Thwate Khaing diopname di unit perawatan intensif.

“Beberapa staf bahkan sudah meninggalkan RS karena tekanan,” katanya. Junta militer Myanmar mengerahkan aparat dan kendaraan lapis baja ke sejumlah kota-kota besar seperti Yangon dan Ibu Kota Naypyidaw demi meredam demonstrasi.

Lebih dari 100 demonstran dilaporkan terluka saat bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat militer terjadi di Kota Mandalay. Juru bicara militer Myanmar yang kini menjadi Menteri Informasi, Zaw Min Tun, mengonfirmasi bahwa Thwate Khaing tertembak saat demo. Ia mengatakan pihak berwenang akan terus menyelidiki kasus tersebut.
Sejak tertembak, Thwate Khaing menjadi simbol perlawanan masyarakat Myanmar terhadap junta militer demi menuntut keadilan.(cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles