8.3 C
New York
Friday, April 19, 2024

Lebih 5.000 Pendukung Navalny Ditahan Polisi Rusia

Moskow, MISTAR.ID

Polisi anti huru hara membubarkan aksi unjuk rasa di seluruh Rusia pada hari Minggu (31/1/21) yang mendukung kritikus Kremlin Alexei Navalny. Akibat kejadian itu, setidaknya ada 5.000 orang lebih yang telah ditahan akibat aksi unjuk rasa tersebut.

Melansir media, polisi memberlakukan penguncian keamanan besar-besaran di jantung kota Moskow, menutup jalan-jalan untuk pejalan kaki di dekat Kremlin, menutup stasiun metro dan mengerahkan ratusan polisi anti huru hara saat salju turun.

Pada satu titik, para pengunjuk rasa berbaris menuju penjara di Moskow utara tempat Navalny ditahan, meneriakkan “Biarkan dia pergi!”. Dalam adegan lain, orang-orang dalam kerumunan mengangkat tangan di atas kepala di depan barisan polisi anti huru hara dan meneriakkan “Kami bukan musuhmu”.

Baca juga: Tuntut Pembebasan Navalny, Rusia Tangkap 519 Pendemo

Navalny, 44 tahun, ditangkap pada 17 Januari setelah kembali ke Moskow dari Jerman di mana dia baru saja pulih dari keracunan zat saraf di Rusia musim panas lalu. Dia menuduh Presiden Vladimir Putin memerintahkan pembunuhannya, yang dibantah Kremlin.

Media memberitakan, kepulangannya yang dramatis ke Moskow meskipun ada ancaman penangkapan yang jelas dan protes di akhir pekan kedua berturut-turut di penjara menimbulkan tantangan bagi Putin yang telah mendominasi lanskap politik Rusia selama lebih dari dua dekade.

Yulia, seorang pengunjuk rasa berusia 40 tahun di Moskow, mengatakan dia telah bergabung dengan aksi unjuk rasa meskipun mengalami serangan panik pada malam sebelumnya karena khawatir akan dampaknya untuk ambil bagian.

“Saya mengerti bahwa saya hidup dalam keadaan tanpa hukum sama sekali. Di negara polisi, tanpa pengadilan independen. Di negara yang dikuasai korupsi. Saya ingin hidup berbeda,” katanya kepada media.

Baca juga: Tuntut Navalny Dibebaskan, 3.400 Pendemo Ditangkap Polisi Rusia

Polisi mengatakan pengunjuk rasa dapat menghadapi tuntutan pidana karena menghadiri atau menyerukan demonstrasi tidak sah dan memperingatkan mereka dapat menyebarkan Covid-19. Sekutu Navalny menggunakan media sosial untuk berulang kali mengubah lokasi unjuk rasa mereka, menyebarkan kerumunan di berbagai bagian Moskow dan mempersulit pembubaran.

Di St Petersburg dan Moskow, polisi menggunakan aksi kekerasan untuk menahan pengunjuk rasa dan kadang-kadang terlihat menggunakan alat kejut listrik. Seorang pengunjuk tampak mengalami luka disertai darah pada bagian kepalanya dan diperban.

Menurut OVD-Info, sebuah kelompok pemantau protes, setidaknya 5.021 orang ditahan secara nasional, termasuk 1.608 di Moskow. Yulia Navalnaya, istri kritikus Kremlin, termasuk di antara mereka yang ditahan. Dia kemudian dibebaskan. “Jika kita tetap diam, maka mereka bisa datang untuk kita besok,” tulisnya di Instagram sebelum bergabung dengan protes.

Baca juga: Panti Jompo Dilalap Api, 11 Lansia Tewas Terbakar Di Rusia

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengutuk apa yang dia katakan sebagai penggunaan taktik keras yang terus-menerus terhadap pengunjuk rasa dan jurnalis yang damai, dan menyerukan pembebasan Navalny.

Kementerian luar negeri Rusia menanggapi dengan menuduh Amerika Serikat munafik, ikut campur, dan berupaya mendorong aksi protes sebagai bagian dari strategi untuk menahan Rusia. “Semua orang tahu betul apa yang dilakukan Amerika Serikat dalam kasus-kasus itu- mereka melepaskan tembakan untuk membunuh,” katanya.

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab juga mengatakan Inggris mengutuk penangkapan pengunjuk rasa dan jurnalis, mengatakan dalam sebuah tweet: “Saya menyerukan kepada @GovernmentRF untuk menghormati hak orang untuk melakukan protes damai. #MediaFreedom harus dilindungi. ”

Barat telah memberi tahu Moskow untuk melepaskan Navalny. Negara sekutu AS telah meminta Presiden AS Joe Biden untuk menjatuhkan sanksi pada 35 orang yang mereka katakan sebagai sekutu dekat Putin. (kontan/hm09)

Related Articles

Latest Articles