10.5 C
New York
Wednesday, April 24, 2024

Kisah Mahasiswi Indonesia Terjebak Lockdown India di Hari Lebaran

New Delhi, MISTAR.ID

Anggy Eka Pratiwi tetap nekat merantau ke India pada awal 2021 demi melanjutkan kuliah di salah satu kampus teknologi di negara bagian Rajasthan.

Padahal, mahasiswi asal Indonesia itu tahu bahwa pandemi virus corona masih membuat situasi dan kondisi tidak menentu.

Ternyata benar, empat bulan berselang, situasi pandemi virus corona di India malah semakin memburuk. Saat ini, India menjadi salah satu negara dengan jumlah kasus dan kematian akibat corona nomor dua tertinggi di dunia.

Rumah sakit di seluruh penjuru India semakin kewalahan menangani pasien corona yang terus berdatangan setiap jam. Layanan krematorium pun harus tak henti mengkremasi jenazah pasien corona yang meninggal selama 24 jam dalam sepekan.

Baca Juga:Jumlah Kematian Pasien Covid-19 di India Capai 254 Ribu Orang

Situasi kian diperburuk dengan pasokan vaksin yang menipis. Padahal, India menjadi salah satu produsen dan pemasok vaksin corona terbesar di dunia.

Vaksinasi dianggap menjadi salah satu cara ampuh sejauh ini untuk menekan penularan corona.

Di sisi lain, warga India pun banyak yang abai terhadap protokol kesehatan seperti jarang menggunakan masker dan menjaga jarak sosial.

“Sebenarnya pas saya berangkat itu sudah berpikir kalau di India kan progresnya bagus, vaksinasi juga cepat, jadi akan membaik lebih cepat dari pada Indonesia. Tapi kenyataannya corona gelombang ke dua datang cepat banget hanya dalam hitungan hari banyak banget yang kena, untungnya saya ada di kompleks kampus yang cukup tertutup jadi merasa sedikit aman,” ucap Anggy.

Hingga H-10 Hari Raya Idul Fitri, Anggy terpaksa mengurungkan niat pulang ke Indonesia agar bisa berlebaran bersama keluarga.

Baca Juga:Pesantren Dan Mesjid di India Jadi Pusat Perawatan Darurat Covid-19

Selain takut tertular dan menularkan penyakit kepada keluarga, Anggy menuturkan tidak ada penerbangan menuju Indonesia dari India lantaran masih menerapkan penguncian wilayah atau lockdown.

“Lockdown awalnya sampai 2 Mei tetapi diperpanjang sampai 17 Mei. Jadi tidak ada pesawat ke Indonesia. Ada tapi mahal sekali karena pesawat charter,” ujar Anggi saat berbincang dengan CNNIndonesia.com pada 3 Mei lalu.

Anggy mengaku sedih lantaran keputusannya melanjutkan studi di India datang tidak pada waktu yang mudah. Hal itu membuatnya terjebak di negeri orang di tengah pandemi corona yang semakin memburuk.

Namun, Anggy mengaku tetap merasa beruntung bisa datang ke India dan belajar langsung di kampusnya, Institut Teknologi India Jodhpur (IITJ).

Terjebak Lockdown

Menurut mahasiswi jurusan teknik itu, sejauh ini dia bisa merasakan dan melihat langsung bagaimana warga India, terutama di lingkungan kampusnya, menggunakan teknologi untuk menerapkan protokol kesehatan dengan lebih efektif lagi.
Anggy menuturkan IITJ memiliki aplikasi khusus yang dapat melacak pergerakan para pengguna dan melacak orang-orang yang berada di dekat kita.

“Jadi setiap masuk ke gedung harus pindai (scan) barcode baru boleh masuk sehingga pergerakan kita diketahui dan aplikasi ini bisa melacak dan merekam orang-orang di dekat kita sesama pengguna aplikasi. Jadi semisal saya kena Covid-19, siapa saja yang kontak saya pasti ada datanya. Jadi akan dengan mudah langsung mereka isolasi diri,” kata Anggy.

Baca Juga:Di Tepian Sungai Gangga India, Puluhan Mayat Korban Covid-19 Terdampar

Terlepas dari kecanggihan teknologi tersebut, Anggy masih khawatir lantaran tingkat ketaatan protokol kesehatan warga India cukup rendah. Menurutnya, masih banyak sekali warga bahkan mahasiswa di kampusnya yang tak mengindahkan prokes seperti tidak menggunakan masker atau berkerumun.

Meski begitu, sejak mahasiswa banyak yang tertular corona, Anggy menuturkan kampusnya kembali melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring. Ia menyebutkan tidak ada dosen yang datang ke kampus dan kegiatan perkuliahan juga ditutup.

Akibat buruknya situasi, Anggy pun terpaksa menghabiskan sisa bulan Ramadan hingga hari raya Idul Fitri di asramanya sendiri.

Anggy mengaku merasa tidak aman jika harus bepergian ke luar sebab ia menganggap ketaatan warga India terhadap protokol kesehatan memang lebih buruk dari warga Indonesia.

“Saya juga tidak bisa dan tidak mau keluar dari area kampus, tidak memungkinkan saya pergi ke tempat teman-teman terdekat karena kita semua harus waspada. Jadi mungkin saya hanya akan menghabiskan waktu Lebaran di asrama bersama dengan teman-teman di sini, itu pun dengan protkes,” kata Anggy.

Anggy berharap warga di Indonesia bisa lebih patuh terhadap protokol kesehatan yang diterapkan pemerintah, terutama di masa libur lebaran kali ini, agar situasi pandemi corona di Tanah Air tidak menjadi separah seperti India.

Sebab, selain karena varian virus corona baru yang terdeteksi lebih menular, lonjakan kasus Covid-19 di India terjadi akibat upacara adat yang berlangsung sekitar akhir Maret lalu.

Saat itu, puluhan ribu orang memadati sejumlah sungai di India untuk merayakan ritual mandi di sungai alias Kumbh Mela.

Lebih dari seribu orang di India dinyatakan positif Covid-19 setelah perayaan ritual tersebut. Pemerintah setempat menuturkan Kumb Mela menjadi salah satu penyumbang terbanyak kasus positif Covid-19 di India saat ini.(cnnindonesia.com/hm01)

Related Articles

Latest Articles