11.8 C
New York
Thursday, April 25, 2024

Ketegangan Meningkat Usai Pemilu di Malaysia, TikTok Siaga Tinggi

Kuala Lumpur, MISTAR.ID

Platform video pendek TikTok pada Rabu (23/11/22) menyatakan bahwa pihaknya mewaspadai konten yang melanggar pedoman setelah pihak berwenang memperingatkan peningkatan ketegangan etnis di media sosial setelah pemilu Malaysia.

Pemilu Malaysia pada hari Sabtu (19/11/22) lalu berakhir dengan parlemen yang menggantung. Tak satu pun dari dua koalisi yang bersaing mampu mengamankan kursi yang cukup di parlemen untuk membentuk pemerintahan. “Kami terus waspada dan akan secara agresif menghapus konten yang melanggar,” kata TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan ByteDance yang berbasis di China, dalam sebuah pernyataan.

TikTok menyatakan telah menghubungi otoritas Malaysia terkait dengan pelanggaran berat dan berulang terhadap pedoman komunitasnya sejak menjelang pemilu.

Baca Juga:Ketika Politikus Handal Keok di Pemilu Malaysia, Ini Alasan Kekalahan Mahathir Mohamad

Salah satu koalisi yang berharap untuk membentuk pemerintahan adalah kelompok muslim konservatif, sebagian besar etnis Melayu, yang dipimpin oleh mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin.

Ini termasuk partai Islam PAS, yang mengadvokasi interpretasi ketat syariat Islam. Perolehan elektoralnya telah menimbulkan kekhawatiran pada etnis China dan India yang signifikan, yang sebagian besar menganut agama lain.

Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim memimpin koalisi lain, yang terdiri dari sekelompok partai yang lebih multietnis dan progresif yang mencakup Partai Aksi Demokratis, sebuah partai yang didominasi etnis China yang secara tradisional tidak populer di kalangan pemilih dari mayoritas komunitas Melayu.

Baca Juga:Begini Cara Ubah Nama di TikTok

Pengguna media sosial telah melaporkan banyak unggahan TikTok sejak pemilihan yang menyebutkan kerusuhan di Kuala Lumpur pada 13 Mei 1969. Kerusuhan yang menewaskan sekitar 200 orang itu terjadi beberapa hari setelah partai oposisi yang didukung oleh pemilih etnis China melakukan penyerangan.

Pihak TikTok menyatakan telah menghapus video dengan konten terkait dengan insiden 13 Mei 1969 yang melanggar pedoman komunitasnya. Menurut TikTok, tidak ada toleransi untuk ujaran kebencian dan ekstremisme kekerasan. TikTok menolak mengungkapkan jumlah unggahan yang dihapus atau jumlah keluhan yang diterima.

Reuters meninjau sekitar 100 video di TikTok, beberapa di antaranya menampilkan orang-orang yang memamerkan senjata seperti pisau dan parang. Beberapa berbicara kepada “pejuang muda Melayu” dan mengatakan pendukung Anwar harus “mengingat insiden 13 Mei”.

Baca Juga:Tak Ingin Ditinggalkan Remaja, Facebook akan Bermutasi Mirip TikTok

Sebagai tanggapan, banjir video yang menjelaskan sejarah kekerasan 13 Mei muncul dengan banyak pengguna etnis Melayu menyerukan persatuan dan mengkritik mereka yang menghasut kekerasan.

Polisi mengatakan kepada pengguna media sosial untuk menahan diri dalam mengunggah konten provokatif, dengan mengatakan mereka telah mendeteksi unggahan yang menyinggung ras dan agama serta menghina monarki.

PAS mengeluarkan pernyataan yang meminta semua pihak menghormati konstitusi, menjaga ketertiban umum, dan menghindari provokasi yang dapat mengancam keharmonisan negara. Anwar mengatakan upaya membentuk pemerintahan yang bertanggung jawab dan stabil tidak boleh berakhir dengan gejolak.

Baca Juga:TikTok Resmi Hadirkan TikTok Now di Indonesia

“Saya prihatin melihat sentimen dan retorika rasis yang terus dianut oleh beberapa orang yang putus asa dan memiliki kepentingan pribadi,” katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara polisi mengatakan mereka menyiapkan pos pemeriksaan 24 jam di jalan-jalan di seluruh Malaysia untuk memastikan kedamaian dan keamanan publik. Polisi juga mengatakan mereka menangkap seorang pria di negara bagian Selangor dekat Kuala Lumpur karena mengancam raja dalam sebuah unggahan akun media sosial selain tiktok yang menyebut kelompok etnis tak dikenal sebagai “koruptor”.(channelnewsasia/hm15)

Related Articles

Latest Articles