12.5 C
New York
Saturday, April 20, 2024

Ketegangan AS-China Diprediksi Bakal Picu Perang Dunia III

Washington, MISTAR.ID

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang terus mamanas akhir-akhir ini, menjadi topik yang banyak diperbincangkan. Apalagi setelah ketegangan antar kedua negara meningkat akibat mewabahnya virus corona.

Perselisihan yang hadir di antara kedua negara sempat dikhawatirkan dapat berubah menjadi Perang Dingin hingga Perang Dunia Ketiga.

Hal itu karena kedua negara tidak hanya berselisih soal Covid-19, tapi juga banyak hal lainnya, termasuk dalam hal perdagangan sampai soal Laut China Selatan.

Kabar mengenai kemungkinan perubahan ketegangan yang meningkat di antara kedua negara menjadi perang sungguhan pun sempat diakui sendiri oleh pihak China.

Hal itu terlihat dari sebuah laporan bocor yang disampaikan oleh Kementerian Keamanan Negara China kepada Presiden Xi Jinping pekan lalu.

Dari laporan itu, diketahui bahwa sentimen global anti-China sekarang berada pada titik tertinggi sejak tragedi penumpasan Lapangan Tiananmen 1989.

Di sisi lain, sumber-sumber senior China mengatakan Xi sedang mempersiapkan skenario terburuk dari konfrontasi bersenjata dengan AS.

Menanggapi ini, Dean Cheng, rekan peneliti senior untuk Urusan Politik dan Militer China di think tank Yayasan Warisan Budaya AS, mengatakan perang antar kedua negara bisa saja terjadi dalam lima tahun mendatang.

Apalagi konflik kedua negara memang cukup luas, mulai dari bidang ekonomi hingga politik, seperti dalam urusan Taiwan.

Sebagaimana diketahui, China menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang memisahkan diri yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari negara itu lagi. Sementara AS adalah teman paling penting bagi Taiwan, dan satu-satunya sekutunya, sebagaimana dilaporkan BBC News.

Namun demikian, Cheng mengatakan keputusan untuk berperang ada di tangan pemimpin kedua negara. Apalagi Presiden China Xi jinping nampaknya lebih menyukai tekanan ekonomi dan politik, kata Cheng.

“Sementara Xi sepertinya tidak akan menggunakan kekuatan militer sebagai pilihan pertama sekarang, kecuali di Taiwan, apakah ini (perang militer) benar lima tahun dari sekarang?” tanya Cheng, sebagaimana dilaporkan Express.

“Jika China menciptakan ADIZ (Zona Identifikasi Pertahanan Udara) di Laut China Selatan dan tidak dapat menegakkannya, Xi kehilangan muka secara internal, dan itu penting. Pertanyaannya menjadi bukan ‘apakah (Presiden AS Donald) Trump pembuat kesepakatan’, tetapi apakah Xi Jinping merupakan pembuat kesepakatan?

“Sampai sekarang, semua orang bermain sesuai aturan. Tapi dunia pasca-COVID-19 akan melihat China mempertanyakan nilai buku peraturan yang dipaksakan oleh generasi sebelumnya, ketika itu tidak berguna lagi untuk mereka.”

Sebelumnya, AS-China diprediksi bakal terlibat Perang Dingin oleh seorang pejabat China. Itu terjadi karena hubungan kedua negara mengalami kemunduran yang dramatis dalam beberapa waktu terakhir dan hubungan bilateral mereka telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa dekade.

“Amerika Serikat dan China sebenarnya berada di era Perang Dingin yang baru,” kata Shi Yinhong, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Renmin China dan penasihat Dewan Negara China, yang secara efektif adalah kabinet negara tersebut.

“Berbeda dari Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, Perang Dingin baru antara AS dan China memiliki persaingan penuh dan decoupling yang cepat. Hubungan AS-China tidak lagi sama dengan beberapa tahun yang lalu, bahkan tidak sama dengan beberapa bulan yang lalu.”

Hubungan AS-China telah memanas belakangan karena selama beberapa pekan terakhir pemerintahan Trump telah mengancam untuk membatalkan kesepakatan perdagangan fase satu dan meningkatkan tarif pada China. Trump juga mendukung kontrol ekspor baru yang tangguh untuk perusahaan-perusahaan China yang membeli produk teknologi Amerika.

Trump bahkan disebut ingin merobohkan manufaktur China yang telah menjadi negara dengan output manufaktur terbesar dunia sejak 2010. Menurut catatan divisi statistik PBB, kontribusi China terhadap output manufaktur global mencapai 28,4%. Lebih dari separuh keluaran (output) manufaktur dunia dihasilkan China.

Sumber: CNBCIndonesia

Related Articles

Latest Articles