7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Jepang Dan Singapura Diambang Resesi

Shanghai | MISTAR.ID – Jepang dan Singapura tampaknya berada di ambang resesi saat epidemi virus korona mengganggu pariwisata dan rantai pasok seluruh dunia, dan China memberlakukan pembatasan keras untuk menghentikan meluasnya penyebaran virus.

Setelah liburan Tahun Baru Imlek yang diperpanjang, warga China harus segera kembali bekerja. Tetapi beberapa kota tetap terkunci, jalan-jalan sepi, karyawan gelisah, dan larangan bepergian serta perintah karantina diberlakukan di seluruh negeri.

Banyak pabrik belum dibuka kembali sehingga menyebabkan gangguan rantai pasokan di China dan di luar negeri untuk produsen telepon pintar hingga produsen mobil.

Bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah pada Senin (17/2/20), sebuah langkah yang diperkirakan akan membuka jalan bagi pengurangan suku bunga pinjaman utama pada Kamis (20/2/20), untuk menurunkan biaya pinjaman bagi perusahaan yang terdampak virus.

Beijing juga telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan pemotongan pajak dan biaya yang ditargetkan dan bertahap untuk membantu bisnis.

Meski begitu, banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China melambat dan lembaga pemeringkat Moody’s pada Senin merevisi turun perkiraan pertumbuhan PDB 2020 untuk China menjadi 5,2 persen. Itu sebanding dengan pertumbuhan 5,7 persen yang dibutuhkan China tahun ini untuk memenuhi tujuan jangka panjangnya yaitu menggandakan PDB selama satu dekade hingga 2020, menurut seorang ekonom pemerintah.

Di Jepang, kerusakan yang berkaitan dengan virus terhadap ekonomi diperkirakan akan muncul pada kuartal saat ini, memicu kekhawatiran resesi di ekonomi terbesar ketiga di dunia yang sudah melambat pada laju tercepat sejak kuartal kedua 2014.

Singapura yang bergantung pada perdagangan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi 2020 dan akan mengungkap langkah-langkah untuk meredam pukulan dari epidemi pada Selasa (18/2/20). Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan bahwa resesi adalah suatu kemungkinan.

Pembatasan

Provinsi Hubei dan ibu kotanya, Wuhan, telah ditutup dan dikunci sejak 23 Januari, dengan sekolah, kantor dan pabrik ditutup dan sebagian besar perjalanan dihentikan.

Namun demikian, pembatasan diperketat di Hubei pada Minggu dengan larangan kendaraan, terlepas dari layanan penting, dan perusahaan mengatakan untuk tetap tutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Rantai makanan cepat saji seperti McDonald’s Corp dan Starbucks Corp meningkatkan layanan penjemputan dan pengiriman “tanpa kontak” di China untuk menjaga keselamatan pekerja dan pelanggan, kata perusahaan.

Pelanggan memesan dari jarak jauh melalui ponsel atau atau komputer di toko, dan karyawan membungkus makanan di kantong-kantong dan meletakkannya di tempat khusus untuk diambil melalui kontak antarmanusia, kata McDonald’s di situs resminya.

Selama dua pekan terakhir polisi China telah menggerebek rumah, restoran, dan pasar darurat untuk menegakkan larangan menjual atau mengonsumsi hewan liar. Polisi telah menangkap hampir 700 orang.

Tindakan keras yang telah menjaring hampir 40.000 hewan termasuk tupai, musang, dan babi hutan, menunjukkan bahwa selera warga China untuk makan satwa liar dan menggunakan bagian-bagian hewan untuk keperluan pengobatan tidak mungkin hilang dalam semalam, meskipun ada potensi infeksi virus korona baru.

Para pedagang yang secara legal menjual keledai, anjing, rusa, buaya, dan daging lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka berencana untuk kembali ke bisnis begitu pasar dibuka kembali.

Jumlah kasus baru virus korona di Provinsi Hubei, pusat epidemi, meningkat pada Senin dengan lebih dari 1.933 kasus dan tercatat 100 kematian dilaporkan sejak Kemarin.

Di seluruh daratan China, otoritas mengatakan jumlahnya meningkat dari 2.048 menjadi 70.548 kasus, dengan 1.770 kematian.

Hampir 90 persen kasus baru terjadi di Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta orang di mana virus itu diyakini berasal dari pasar yang memperdagangkan satwa liar secara ilegal akhir tahun lalu.

Virus yang diyakini memiliki masa inkubasi 14 hari, telah mengakibatkan ribuan orang dikarantina di seluruh dunia.

Sumber: Antara
Editor: Manson

Related Articles

Latest Articles