7.6 C
New York
Friday, April 26, 2024

Intel Rusia Tuding AS Rekrut Teroris ISIS untuk Perang di Ukraina

Moskow, MISTAR.ID

Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) menuduh Amerika Serikat merekrut teroris untuk berperang di Ukraina. Lembaga itu menyatakan direkrutnya ISIS membuktikan bahwa AS menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan geopolitiknya.

Dilansir dari Russia Today, Rabu (18/5/22), SVR mengungkapkan dalam sebuah pernyataan bahwa menurut data intelijen yang diterimanya, Amerika Serikat secara aktif merekrut bahkan anggota organisasi teroris internasional, termasuk kelompok Negara Islam (ISIS) yang dilarang di Federasi Rusia, sebagai tentara bayaran untuk berpartisipasi dalam perang di Ukraina.

Badan intelijen Rusia menunjuk ke pangkalan militer Amerika di Suriah yang disebut al-Tanf, yang terletak dekat dengan perbatasan dengan Yordania dan Irak. Menurut sumbernya, pangkalan ini dan daerah sekitarnya telah berubah menjadi pusat teroris. Di sana sekitar 500 anggota ISIS dan jihadis lainnya dapat dilatih kembali secara bersamaan.

Baca Juga:Ukraina Menyerah, Rusia Kuasai Rubizhne dan Rebut Kota Voevodivka

SVR mengklaim bahwa bulan lalu 60 militan ISIS, yang telah dibebaskan dari penjara yang dikendalikan oleh Kurdi Suriah, dipindahkan ke al-Tanf. Mereka dimaksudkan akan dipindahkan ke wilayah Ukraina.

SVR menetapkan bahwa selama kursus pelatihan di al-Tanf para militan diinstruksikan tentang cara menggunakan sistem rudal anti-tank, drone pengintai dan serangan, komunikasi canggih serta peralatan pengawasan.

Menurut pendapat SVR, data ini menegaskan bahwa Amerika Serikat siap menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan geopolitiknya, tidak termasuk mensponsori kelompok teroris internasional.

Baca Juga:Dunia Dibayangi Krisis Pangan Dampak Serangan Rusia ke Ukraina, Bagaimana dengan Indonesia?

Dinas intelijen menyimpulkan bahwa pemerintah AS tidak mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan semacam itu. AS juga tidak mempertimbangkan konsekuensinya bahkan ketika menyangkut ancaman terhadap keamanan sekutu Eropa dan terhadap kehidupan orang Amerika.

Washington bersikeras bahwa tidak ada tentara AS di Ukraina. Sementara itu, kehadiran pasukan Amerika di wilayah Suriah di pangkalan al-Tanf, yang disebutkan SVR dalam pernyataannya, telah lama dianggap ilegal oleh Moskow dan Damaskus.

Pemerintah AS sebelumnya berjanji bahwa pasukan Amerika akan meninggalkan timur laut Suriah setelah militan ISIS dikalahkan dan Kurdi dilindungi. Penasihat Keamanan Nasional John Bolton menjelaskan bahwa tugas lain pasukan AS di al-Tanf adalah untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut.

Pada Oktober 2021, ada laporan menurut sumber pertahanan Israel, sekitar 350 anggota militer dan warga sipil masih menggunakan al-Tanf. Beberapa pasukan Inggris dan Prancis yang digambarkan sebagai ahli intelijen juga terlihat di sana. (tempo/hm14)

Related Articles

Latest Articles