6.5 C
New York
Tuesday, March 26, 2024

Ini Perempuan Calon Direktur Intelijen AS

Washington, MISTAR.ID
Joe Biden, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) telah memilih seorang profesional yang gigih untuk mengungkapkan kebenaran dan menyamakannya dengan para pembuat keputusan. Biden tahu karena telah bekerja dengannya selama lebih dari satu dekade.

Dia memperkenalkan sosok yang masuk menjadi tim keamanan nasional AS, salah satu di antaranya adalah seorang perempuan yaitu Avril Haines. Haines ditunjuk Biden untuk mengisi kursi pemerintahannya sebagai Direktur Intelejen AS. Haines akan jadi perempuan pertama yang menempati posisi tersebut.

“Cemerlang. Rendah hati. Bisa berbicara tentang literatur dan fisika teoretis, memperbaiki mobil, menerbangkan pesawat, dan menjalankan kafe toko buku. Dia telah melakukan semua itu,” ungkap Biden saat memperkenalkan pilihannya di tempat tinggalnya di Wilmington, Delaware, AS.

Wanita kelahiran New York, 29 Agustus 1969, ini berasal dari pasangan Thomas H Haines dan Adrienne Rappaport. Ayahnya seorang ahli biokimia dan profesor emeritus di City College, yang menjabat sebagai ketua departemen biokimia dan membantu mendirikan Fakultas Kedokteran CUNY.

Baca Juga:Raih 80 Juta Suara Pemilu, Joe Biden Cetak Rekor Baru

Ibunya seorang pelukis. Ibunya mengidap penyakit paru obstruktif kronik dan terjangkit tuberkulosis unggas, yang menyebabkan kematiannya saat Haines berusia 15 tahun.

Setelah lulus dari Hunter College High School, Haines pergi ke Jepang selama satu tahun dan mendaftar di Kodokan, sebuah institut elit judo di Tokyo. Pada tahun 1988, Haines mendaftar di Universitas Chicago.

Ia belajar fisika teoritis yang salah satunya tugasnya memperbaiki mesin mobil di bengkel mekanik di Hyde Park. Pada 1991, Haines mengambil pelajaran terbang di New Jersey dan pada saat itu ia bertemu dengan calon suaminya, David Davighi. Pada 1992, ia kemudian lulus dengan gelar Bachelor of Arts di bidang fisika.

Saat menginjak usia 24 tahun, Haines melanjutkan belajar ilmu fisika di Universitas Johns Hopkins di Baltimore. Namun, akhir tahun itu, Haines keluar bersama David Davighi. Lalu, pada pertengahan 1990-an, Haines dan David membuka Adrian’s Book Cafe di Fells Point, sebuah kafe toko buku eklektrik di Broadway.

Baca JugaMichigan Sahkan Kemenangan Biden Di Pilpres AS 2020

Toko tersebut menampilkan lukisan karya ibunya sekaligus memberikan penghormatan. Di toko itu juga mengadakan bacaan bulanan tentang literatur erotis.

Haines mempunyai rekam jejak yang cukup apik. Di 2001, Haines menjadi pejabat hukum di Konferensi Den Haag mengurus Hukum Perdata Internasional. Pada 2002 hingga 2003, Haines menjadi juru tulis di Pengadilan Banding AS untuk Sirkuit ke-6 Hakim Danny Julian Boggs.

Dari 2003 hingga 2006, Haines bekerja di Kantor Penasehat Hukum Departemen Luar Negeri. Awalnya, di Kantor Urusan Perjanjian, kemudian di Kantor Urusan Politik Militer. Haines menjabat sebagai Wakil Ketua Penasehat Komite Hubungan Luar Negeri Senat, yang diketuai Biden saat 2007 hingga 2008.

Di 2010, Haines menjabat sebagai Wakil Asisten Presiden dan Penasihat Hukum Dewan Keamanan Nasional di Gedung Putih. Pada saat itu, ia baru pertama kali bergabung dengan pemerintahan Obama. Dari 2013 hingga 2015, ia menjadi wanita pertama yang memegang posisi nomor dua sebagai Wakil Direktur CIA.

Baca Juga:Ini Kabinet Joe Biden Presiden Terpilih Amerika Serikat

Pada 2015 – 2017, Haines memimpin Komite Deputi Dewan Keamanan Nasional sekaligus menjabat sebagai Asisten Presiden dan Wakil Utama Penasihat Keamanan Nasional.

Di 2018, Haines menyukai pencalonan Gina Haspel oleh Presiden Donald Trump sebagai direktur CIA. Meskipun tidak mengomentari catatan Haspel, dia memuji pengetahuannya tentang badan dan intelijen, sebuah posisi yang dipuji karena mempromosikan konfirmasi Haspel. Haspel dilaporkan terlibat dalam operasi situs penyiksaan situs hitam rahasia CIA pada 2002 dan 2003.

Haspel juga telah mengakui perannya dalam membantu menghancurkan rekaman video penyiksaan oleh interogator CIA. Setidaknya satu pemimpin nirlaba progresif mengatakan, dia takut dengan adanya pembalasan profesional karena berbicara di depan umum dalam kritik atas dukungan Haines terhadap Haspel sebagai Direktur CIA.

Setelah meninggalkan Gedung Putih, Haines diangkat ke berbagai posisi di Universitas Columbia. Ia seorang sarjana penelitian senior dan wakil direktur untuk Proyek Dunia Columbia, sebuah program yang dirancang untuk menanggung beasiswa akademis mengenai beberapa tantangan paling mendasar yang dihadapi dunia.(ltn/hm10)

 

Related Articles

Latest Articles