8.3 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Hadapi Gelombang II Covid-19, Swedia Akui Salah Perhitungan

Stockholm, MISTAR.ID

Berhadapan dengan gelombang kedua Covid-19 benar-benar membuat Swedia kelabakan. Pemerintah Swedia mengakui mereka salah perhitungan dalam menghadapi pandemi virus corona (Covid-19), dan dinilai gagal melindungi keselamatan kelompok penduduk lanjut usia yang berada di panti jompo.

“Saya pikir sebagian besar orang yang berada dalam tugas itu tidak melihat akan ada gelombang kedua di depan mereka, mereka hanya mengatakan hal itu sebagai klaster baru,” kata Lofven kepada surat kabar Swedia, Aftonbladet, seperti dikutip media, Rabu (16/12/20).

Saat ini Swedia menghadapi gelombang kedua infeksi Covid-19. Mereka selama ini tetap mempertahankan kebijakan tidak menerapkan penguncian wilayah, berbeda seperti yang dilakukan kebanyakan negara Eropa lainnya, tetapi meminta penduduknya bertanggung jawab menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain.

Baca juga: Pangeran Swedia dan Putri Sofia Positif Covid-19

Dalam laporan komisi independen yang dipimpin Mats Melin, yang melakukan evaluasi menyeluruh terhadap penanganan pandemi menyatakan pemerintah Swedia tidak siap dan kekurangan peralatan yang mumpuni.

Mereka juga menyatakan para penduduk lanjut usia tidak terlindung dari ancaman Covid-19, sebab hampir lebih dari separuh korban meninggal akibat infeksi virus itu adalah para manula yang menghuni panti jompo.

“Tetapi kami tetap menyatakan pemerintah masih memerintah negara ini dan seluruh pertanggungjawaban ada di tangan mereka dan pemerintahan terdahulu,” kata Melin.

Melin menyatakan ketidaksiapan Swedia menghadapi pandemi terjadi akibat celah dalam sistem kesehatan yang ditangani oleh sejumlah organisasi dan lembaga pemerintahan.

Sampai saat ini dari 10 juta lebih penduduk Swedia, ada 341.029 orang yang terinfeksi Covid-19. Dari jumlah itu, ada 7.667 pasien yang meninggal akibat Covid-19 atau komplikasi dengan penyakit lain. Jumlah kematian akibat Covid-19 di Swedia lebih tinggi dari negara tetangganya seperti Denmark, Finlandia atau Norwegia.

Dalam laporan komisi itu, negara-negara tetangga Swedia dilaporkan bisa menekan tingkat kematian akibat infeksi Covid-19 pada kelompok lansia dengan melindungi mereka melalui metode karantina dan isolasi.

Baca juga: Pangeran Swedia dan Putri Sofia Positif Covid-19

Swedia hanya menganjurkan para penduduknya menjaga jarak selama pandemi. Namun, mereka tetap mengizinkan kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan membiarkan bar hingga restoran beroperasi seperti biasa.

Meski tingkat kematian akibat Covid-19 per kapita di Swedia cukup tinggi, Perdana Menteri Stefan Lofven dan epidemiolog Anders Tegnell tetap menyatakan strategi membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) yang mereka terapkan akan berkesinambungan dalam jangka panjang. Akan tetapi, mereka mengakui kegagalan pemerintah untuk melindungi kelompok lansia dan panti jompo.

Akibatnya adalah Swedia kini mengalami lonjakan kasus infeksi yang membuat sistem kesehatan mereka kewalahan menangani pasien. Jumlah tenaga kesehatan yang terinfeksi juga bertambah, dan membuat pemerintah setempat menerapkan sejumlah larangan seperti tidak mengizinkan penjualan alkohol di restoran dan bar selepas pukul 22.00 waktu setempat. Mereka juga membatasi kerumunan maksimal hanya boleh diikuti delapan orang dengan menjaga jarak dan menerapkan protokol kesehatan lain. (cnn/hm09)

Related Articles

Latest Articles